Perang Iran-Israel Bakal Picu Krisis Energi Global?

2 months ago 72

Liputan6.com, Jakarta - Ketegangan yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran menimbulkan kekhawatiran krisis energi global.

Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein telah memperingatkan harga minyak dapat meningkat tajam jika situasinya meningkat, terutama jika rute energi vital seperti Selat Hormuz diblokir. Demikian mengutip dari the Economic Times, Senin (16/6/2025).

Harga Minyak Dapat Melonjak

Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein menuturkan, harga minyak dapat naik hingga USD 200-USD 300 per barel. Ia membahas hal ini dengan Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul.

Hussein menuturkan, jika Selat Hormuz ditutup, ekspor minyak dapat turun yang akan memengaruhi Irak dan produsen lainnya, menurut laporan kantor berita INA.

Dampak pada Pasokan Energi Global

Husein menuturkan, penutupan Selat Hormuz dapat menghilangkan lima juta barel minyak per hari dari pasar. Sebagian besar minyak ini berasal dari Teluk Persia dan Irak. Gangguan seperti itu dapat menyebabkan dampak ekonomi serius termasuk inflasi yang lebih tinggi di Eropa.

Peringatan tentang Ketidakstabilan Regional

Hussein juga memperingatkan konflik Israel-Iran dapat menimbulkan inflasi dan masalah ekonomi bagi negara-negara produsen dan pengimpor. Irak, sebagai produsen dapat menghadapi masalah jika ekspor tertunda dan dihentikan.

Irak Meminta Tanggapan Internasional

Menteri Irak mengatakan, tindakan militer Israel di Iran melanggar hukum internasional dan kedaulatan regional. Ia memintak masyarakat global untuk merespons tindakan ini. Ia menekankan konflik yang berkelanjutan dapat membahayakan stabilitas regional dan global.

Serangan Israel Menghantam Ladang Gas South Pars

Iran harus menghentikan produksi gas di South Pars setelah serangan udara Israel menyebabkan kebakaran. Fase 14 ladang gas terkena serangan, menghentikan 12 juta meter kubik produksi harian. Ini adalah serangan Israel pertama terhadap infrastruktur energi Iran.

Peran Strategis Ladang Gas South Pars

Ladang South Pars dimiliki bersama oleh Iran dan Qatar. Ladang ini menyediakan dua pertiga gas Iran dan digunakan untuk listrik, pemanas, dan industri. Iran memproduksi sekitar 275 bcm gas setiap tahun, terutama untuk penggunaan dalam negeri. Sebagian kecil diekspor ke Irak.

Risiko Energi yang Lebih Luas

Qatar mengekspor gas dari ladang yang sama. Serangan di sini menandakan target ekonomi sekarang menjadi bagian dari konflik. Harga minyak naik 14% setelah serangan awal Israel. Analis peringatkan serangan lebih besar dapat mempengaruhi operasi LNG Qatar yang dapat menganggu pasokan ke depannya.

Harga Minyak Dunia Kembali Menguat

Sebelumnya, harga minyak mentah berjangka melonjak lebih dari 3% pada Minggu, 15 Juni 2025 waktu setempat. Kenaikan harga minyak dunia terjadi setelah Israel menyerang dua fasilitas gas alam di Iran.

Hal itu meningkatkan kekhawatiran perang akan meluas ke infrastruktur energi dan menganggu pasokan di wilayah tersebut.

Mengutip CNBC, Senin (16/6/2025), harga minyak mentah AS naik USD 2,72 atau 3,7% menjadi USD 75,67 per barel. Harga minyak Brent bertambah USD 3,67 atau 4,94% menjadi USD 77,90 per barel.

Kendaraan udara nirawak Israel menyerang ladang gas South Pars di Iran Selatan pada Sabtu pekan lalu, menurut laporan media pemerintah Iran. Serangan itu menghantam dua fasilitas pemrosesan gas alam.

Tidak jelas berapa banyak kerusakan yang terjadi pada fasilitas itu. South Pars adalah salah satu ladan gas alam terbesar di dunia. Israel juga menyerang depot minyak utama di dekat Teheran, demikian menurut sumber kepada The Jerusalem Post.

Sementara itu, rudal Iran merusak kilang minyak utama di Haifa, menurut the Times of Israel.

Memasuki Hari Ketiga

Harga minyak ditutup naik lebih dari 7% pada Jumat pekan lalu. Hal ini setelah Israel melancarkan gelombang serangan udara terhadap program rudal balistik dan nuklir Iran serta pimpinan militer seniornya.

Hal itu adalah pergerakan satu hari terbesar untuk pasar minyak sejak Maret 2022 setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina. Harga minyak mentah AS melonjak 13% pada pekan lalu.

Perang telah memasuki hari ketiga dengan sedikit tanda bahwa Israel atau Iran akan mundur, karena mereka saling beradu tembak rudal sepanjang akhir pekan.

Iran sedang mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz, kata seorang komandan senior pada Sabtu. Sekitar seperlima dari minyak dunia diangkut melalui selat itu dalam perjalanannya ke pasar global, menurut Goldman Sachs. Penutupan selat itu dapat mendorong harga minyak di atas USD 100 per barel, menurut Goldman.

Namun, beberapa analis skeptis Iran memiliki kemampuan untuk menutup selat itu. 

"Saya mendengar penilaian bahwa akan sangat sulit bagi Iran untuk menutup Selat Hormuz, mengingat keberadaan Armada Kelima AS di Bahrain," ujar Global Head of Commodity Strategy RBC Capital Markets, Helima Croft, kepada CNBC pada Jumat pekan lalu.

"Namun, mereka dapat menargetkan kapal tanker di sana, mereka dapat menambang selat tersebut," ia menambahkan.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |