Liputan6.com, Jakarta - Iran dikabarkan telah mempertahankan pasokan minyak mentahnya, dengan memuat tanker satu per satu dan memindahkan penyimpanan minyak terapung ke wilayah dekat China.Kabar tersebut disebarkan oleh perusahaan pelacakan kapal, Vortexa.
Mengutip Yahoo Finance, Jumat (20/6/2025) Vortexa melaporkan Iran telah memindahkan sebagian dari armada penyimpanan minyak terapungnya yang berkapasitas 40 juta barel, yang berada di 36 kapal yang berbeda, ke wilayah dekat China.
Langkah tersebut dilakukan untuk meminimalkan dampak gangguan dari konflik yang sedang terjadi antara Iran dan Israel.
Vortexa menyebut, sekitar 10 kapal tanker yang membawa sekitar 8 juta barel minyak mentah Iran, sekarang ditempatkan langsung di lepas pantai China.
Adapun sisa penampungan minyak sekitar 12 juta barel berada di Teluk Persia pada awal bulan, tetapi perkembangan lokasi tabung tersebut saat ini tidak diketahui jelas. Dengan adanya penyimpanan terapung, kapal tanker dapat memuat minyak mentah tanpa tujuan pasti yang harus dituju.
"Iran telah memindahkan barel-barel ini ke arah timur bahkan tanpa pesanan pasti untuk menempatkan barel-barel tersebut secara strategis lebih dekat ke pembeli akhir di saat risiko geopolitik meningkat," kata analis pasar senior Vortexa untuk China, Emma Li.
Memindahkan barel-barel lebih dekat ke China akan mengimbangi dampak dari gangguan pemuatan minyak Iran hingga dua minggu, Vortexa menambahkan.
Iran Produksi 2,2 Juta Barel Minyak per Hari
Seperti diketahui, konflik antara Iran dan Israel yang pecah pekan lalu menimbulkan rintangan baru bagi Iran, yang menggunakan armada tanker bayangan dan menghindari sanksi AS yang diberlakukan kembali pada tahun 2018 atas program nuklirnya.
Iran sendiri telah memuat 2,2 juta barel minyak mentah per hari selama minggu ini, menandai tertinggi lima minggu, data terbaru dari perusahaan analitik Kpler menunjukkan. Ekspor minyak Iran sejauh ini stabil tahun ini di sekitar 1,7 juta barel per hari, menurut catatan Badan Energi Internasional.
Iran-Israel Memanas, Shell Mulai Hati-hati Jalankan Pengiriman di Timur Tengah
Sebelumnya, CEO Shell Wael Sawan mengungkapkan bahwa perusahaan minyak dan gas asa Prancis itu kini sangat berhati-hati saat menjalankan pengiriman melalui Timur Tengah, mengingat meningkatnya konflik Israel-Iran.
"Meningkatnya ketegangan selama beberapa hari terakhir, pada dasarnya, telah menambah ketidakpastian yang sudah signifikan di kawasan tersebut," kata Wael Sawan dalam sebuah konferensi industri di Tokyo, dikutip dari US News, Jumat (20/6/2025).
"Kami sangat berhati-hati dengan, misalnya, pengiriman kami di kawasan tersebut, hanya untuk memastikan bahwa kami tidak mengambil risiko yang tidak perlu,” terangnya.
Seperti diketahui, sekitar 20% minyak dan bahan bakar dunia mengalir melalui Selat Hormuz, jalur laut penting di Timur Tengah.