Pentingnya Peran Risk Engineering di Industri Asuransi

23 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re berkomitmen memperkuat peran risk engineering di industri asuransi dan reasuransi melalui penyelenggaraan Risk Engineering Forum 2025 dengan tema “From Risk Insight to Underwriting Impact”.

Kegiatan ini menjadi wadah strategis bagi para risk engineer untuk berbagi wawasan, memperdalam keterampilan teknis, serta memperkuat kolaborasi lintas perusahaan.

Sejak dibentuk pada tahun 2024, Risk Engineering Community yang diprakarsai Indonesia Re telah menjadi forum penting dalam mendukung penguatan fungsi teknis underwriting. Keberadaan komunitas ini diharapkan dapat terus memberikan kontribusi nyata dalam menghasilkan risk survey report yang memenuhi standar pasar dengan kualitas teknis yang andal, serta mendorong kolaborasi antara Indonesia Re dengan perusahaan asuransi melalui program joint survey.

Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khairat menyampaikan pentingnya menjaga keberlanjutan komunitas ini.

“Eksistensi Risk Engineering Community ini harus terus diperkuat melalui berbagai aktivitas yang konsisten dan relevan dengan perkembangan industri. Kolaborasi dan komunikasi lintas perusahaan sangat dibutuhkan agar komunitas ini mampu memperkuat posisinya di industri, menghasilkan insight teknis yang berkualitas, serta mendukung underwriter dalam pengambilan keputusan yang tepat,” ujarnya, Sabtu (6/9/2025).

Kolaborasi Industri Asuransi dan Reasuransi

Lebih lanjut, Delil menekankan bahwa komunitas ini tidak hanya berfungsi sebagai ruang berbagi pengetahuan, namun juga sebagai sarana membangun jejaring profesional yang kuat.

“Di tengah derasnya arus informasi yang membanjiri kita setiap hari, penting bagi komunitas ini untuk mampu mengelola, meramu, dan menyajikan data serta riset yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan begitu, risk engineer dapat berperan lebih signifikan dalam mendukung daya saing industri asuransi nasional,” tambahnya.

Melalui penyelenggaraan Risk Engineering Community Event 2025, Indonesia Re berharap komunitas ini dapat menjadi platform tahunan yang berkelanjutan untuk memperluas wawasan para risk engineer, memperkuat kompetensi teknis, dan mempererat kolaborasi antara pelaku industri asuransi dan reasuransi di Indonesia.

BUMN Indonesia Re Perkuat Budaya Transparansi Lewat Forum Edukasi Keterbukaan Informasi Publik 2025

Sebelumnya, BUMN Pelat Merah PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re berhasil meraih predikat sebagai BUMN Informatif dengan skor 97,2 pada Monitoring dan Evaluasi (MONEV) Keterbukaan Informasi Publik 2024 yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat (KIP).

Hal itu merupakan sebuah pencapaian yang menegaskan komitmen perusahaan terhadap transparansi dan akuntabilitas.

Keberhasilan ini menjadi fondasi Indonesia Re untuk mempertahankan predikat sebagai badan publik informatif ditahun 2025 ini melalui berbagai inisiatif strategis dan inovasi dalam keterbukaan informasi.

Sebagai perwujudan komitmen tersebut, Indonesia Re kembali menggelar Forum Edukasi Keterbukaan Informasi Publik Indonesia Re Group.

Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Komisi Informasi Pusat (KIP) Donny Yoesgiantoro beserta Komisioner KIP Bidang Sosialisasi, Edukasi dan Komunikasi Publik, Samrotunnajah Ismail dan Komisioner KIP Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi Syawaludin, Direksi Indonesia Re Group, serta Tim Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Indonesia Re Group.

"Forum ini menjadi langkah strategis Indonesia Re untuk memperkuat sinergi dan pemahaman dalam pengelolaan informasi Perusahaan agar lebih akurat, transparan dan sesuai dengan kebutuhan informasi publik," ujar Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu melalui keterangan tertulis,Jumat (15/8/2025).

Hal ini, lanjut dia, sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Benny dalam sambutannya menyampaikan, implementasi keterbukaan informasi publik di Indonesia Re bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga cerminan komitmen perusahaan terhadap tata kelola yang akuntabel.

"Sebagai perusahaan milik negara, transparansi begitu penting. Kegiatan ini adalah upaya untuk meningkatkan keterbukaan informasi publik di lingkungan Indonesia Re grup," ucap dia.

"Selain itu, literasi juga menjadi fokus kami untuk menjelaskan kepada publik atau masyarakat mengenai perusahaan reasuransi, tetapi juga bagaimana perusahaan dijalankan berbasis akuntabilitas dan transparansi," tandas Benny.

Pentingnya Kolaborasi

Sementara itu, Ketua Komisi Informasi Pusat Donny Yoesgiantoro, menegaskan pentingnya kolaborasi antara badan publik dan KIP dalam membangun ekosistem keterbukaan informasi. Selain itu, ia juga menggarisbawahi transformasi yang dilakukan KIP di tahun ini.

"Pada monev tahun ini, Artificial Intelligence (AI) perlu dimasukkan dalam proses pengawasan. Dulu verifikasi informasi bisa memakan waktu 3–4 jam, dengan AI hanya butuh 15 menit," kata dia.

"Efektivitas waktu ini menjadi lesson learned penting. Informasi publik harus terus diperbarui, tidak hanya menjelang monev. PPID juga perlu dikelola secara lengkap dan detail," sambung Donny.

Ia menegaskan, badan publik wajib menyampaikan informasi yang dibutuhkan publik, namun juga berhak menutup informasi yang bersifat rahasia perusahaan atau negara.

Dalam penerapan keterbukaan informasi di lingkungan BUMN, keselarasan antar regulasi dan komitmen pimpinan menjadi poin penting yang disoroti dalam forum ini.

"Pelaksanaan komunikasi perusahaan kepada publik harus berjalan rutin. Informasi publik perlu diperbarui minimal setiap enam bulan sekali. Untuk itu dukungan manajemen, regulasi internal, dan sarana layanan yang inklusif sangat penting," kata Komisioner KIP Bidang Sosialisasi, Edukasi dan Komunikasi Publik Samrotunnajah Ismail yang hadir sebagai pemateri.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |