Pengamat Sebut WhatsApp Masih Jadi Sarana Jualan Paling Banyak Dipakai

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, aplikasi perpesanan WhatsApp masih jadi primadona sarana berjualan para UMKM dibandingkan dengan media sosial lainnya.

Dia mengatakan, masih minimnya pengusaha UMKM yang terjun ke ekosistem digital. Biasanya, pemilik bisnis fisik terjun menawarkan produknya lewat pesan WhatsApp.

"Paling mudah ditemui adalah UMKM yang mempunyai jaringan toko melalui perdagangan daring. Itu pun paling banyak masih melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp," ungkap Huda saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (10/6/2025).

Data yang dikumpulkannya mencatat, sekitar 90 persen pelaku usaha yang berjualan secara online, memilih berjualan via WhatsApp. Selanjutnya, baru memiliki media sosial lain yakni Facebook, Instagram, dan TikTok. 

Metode dagang ini menurut dia lebih dipilih ketimbang melirik menjajakan produknya lewat platform e-commerce.

"Sekitar 60 persen pelaku usaha berjualan via media sosial. Baru sekitar 26 persen yang berjualan via platform ecommerce. Kenapa mereka memilih berjualan via WhatsApp atau media sosial? bagi mereka paling mudah ya berjualan via platform tersebut," terangnya.

Kisah Penjual Menjajakan Produk di Media Sosial

Diberitakan sebelumnya, media sosial masih menjadi salah satu 'senjata' ampuh untuk memasarkan produk-produk dari usaha rintisan. Konten menjadi kekuatan salah satunya.

Konten kreatif dari berbagai produk berseliweran di linimasa media sosial; Instagram, TikTok, X, dan platform lainnya. Konten ini berlaku baik untuk produk barang maupun makanan.

Salah satunya dikisahkan Hernanda Prisniaty yang menjajakan rangkaian bunga sebagai bingkisan. Dia kerap mengunggah konten merangkai bunga di platform media sosialnya.

"Seringnya bikin video pada saat ngerangkai karena kebanyakan viewers tertarik pada saat liat proses merangkai," ungkap perempuan yang akrab disapa Nanda ini kepada Liputan6.com, Selasa (10/6/2025).

Pemilik bisnis rintisan Glammore Flowershop Bandung ini tahu betul kekuatan media sosial. Jangkauan luas dari para penggunanya, ditambah algoritma yang diterapkan acapkali jadi satu keuntungan produknya bisa meluas dilirik masyarakat.

"Platform media sosial seperti Facebook, TikTok, terlebih instagram ini mudah mempromosikan produk melalui foto, video, atau cerita, yang bisa menarik perhatian audiens dengan cara yang lebih kreatif," tuturnya.

Kekuatan Tutur Cerita

Cara serupa dengan tambahan narasi yang menggugah juga dipraktikkan dalam menjajakam produk makanan. Hal ini dikisahkan Syifa, pemilik bisnis rintisan Baso Aci BEUH! asal Bandung.

Syifa mengisahkan, salah satu peluangnya untuk menarik minat konsumen adalah dengan membubuhkan cerita. Tentunya dilengkapi dengan pengambilan konten video yang juga bisa dinikmati.

"Sering main di angle foto dan video. Sama tambahan story telling yang menarik konsumen," kata dia.

Konten Rekomendasi

Perluasan pasar dirasakan Syifa. Terutama jika konten dan cerita yang dibuatnya itu bisa menjadi rekomendasi dalam algoritma media sosial. Pada platform TikTok, hal ini biasa disebut dengan For Your Page atau FYP.

"Ya, sangat bermanfaat. Terutama jika konten FYP, bisa menarik customer baru. Sangat efektif (perluas pasar), karena banyak yang baru tahu via kontennya, penasaran ingin coba, lalu jadi customer baru," tuturnya.

Konten yang meluas dari sesama pengguna juga dirasakan Nanda. "Biasanya dari teman-teman Instagram yang lihat terus ngasih tau ke teman yang lainnya. Via Facebook juga biasanya promosi lewat grup-grup jual beli yang ada di Facebook. Kalau dari TikTok lebih ke bikin konten aja, misalkan konten aku lagi ngerangkai bunga atau hasil bunganya," terangnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |