Liputan6.com, Jakarta Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi program andalan dari Presiden Prabowo Subianto guna mengatasi stunting dan memperkuat gizi anak-anak Indonesia.
Selain fokus pada aspek kesehatan anak-anak Indonesia, program MBG yang memberdayakan UMKM pun bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede menyebut, program MBG memiliki potensi signifikan dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
“Dengan menyediakan makanan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah, balita, dan ibu hamil atau menyusui, program ini akan secara langsung memperbaiki kondisi gizi masyarakat Indonesia, menurunkan angka stunting serta meningkatkan kapasitas intelektual dan produktivitas generasi muda,” sebutnya.
“Dalam jangka panjang, hal ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja yang lebih sehat, produktif, dan kompetitif di pasar global, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional dan ekonomi lokal melalui penguatan rantai produksi lokal dan UMKM,” jelas Josua.
Sebagai informasi, sejak diluncurkan pada 6 Januari 2025, program MBG pun sudah menjangkau 4,89 juta penerima manfaat per 21 Mei 2025. Penerima itu terdiri dari siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah atas (SMA/SMK), serta ibu hamil.
Penyaluran manfaat MBG itu pun menggandeng 1.716 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) alias dapur umum yang tersebar di berbagai daerah.
Distribusi Mulai Berjalan Optimal
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengungkapkan, hingga 12 Juni 2025, realisasi belanja untuk program Makan Bergizi Gratis (Program MBG) sudah mencapai Rp4,4 triliun.
Jumlah tersebut naik drastis dibanding akhir Mei 2025 yang baru menyentuh Rp3,29 triliun. Artinya, hanya dalam waktu kurang dari dua minggu, anggaran MBG bertambah sekitar Rp1,11 triliun.
"Per tanggal 12 Juni 2025 telah dibelanjakan, realisasi belanja Badan Gizi Nasional adalah Rp4,4 triliun. Realisasi akhir bulan Mei 2025 Rp3,3 triliun, sampai setengah bulan kira-kira nambah Rp1,1 triliun," kata Suahasil dalam konferensi pers APBN Kita Edisi Juni 2025 di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Melihat hal tersebut, Josua menilai, kenaikan realisasi anggaran sebesar Rp1,1 triliun menunjukkan bahwa mekanisme distribusi sudah mulai berjalan lebih optimal.
“Meski demikian, peningkatan distribusi dalam periode singkat ini harus terus didukung oleh penguatan kapasitas logistik dan infrastruktur agar dapat berjalan konsisten dan efisien di masa mendatang,” ujarnya.
Harus Diawasi Secara Ketat
Pemerintah menargetkan program MBG bisa menjangkau 82,9 juta orang di kuartal IV/2025, dengan dukungan 32 ribu dapur umum di seluruh Indonesia.
Untuk itu, pemerintah pun menambah anggaran MBG hingga Rp100 triliun. Dengan begitu, total dana yang disiapkan untuk program MBG di tahun 2025 mencapai Rp171 triliun.
Josua mengungkapkan, ada risiko fiskal baik secara makro maupun mikro jika implementasinya dipaksakan tanpa persiapan matang.
Menurutnya, dari sisi makro, peningkatan belanja publik secara drastis dapat menyebabkan tekanan pada defisit anggaran dan utang publik.
“Sedangkan secara mikro, risiko utama adalah efektivitas implementasi di lapangan yang melibatkan puluhan ribu dapur umum dengan tata kelola yang kompleks,” ujar Josua.
Ia pun meminta pemerintah agar mengawasi ketat program MBG, perkuat kapasitas institusional, dan transparansi tata kelola yang berjalan.
“Dengan pendekatan ini, manfaat dari program MBG dapat dimaksimalkan tanpa membebani keberlanjutan fiskal secara berlebihan,” ucap Josua.
Empat Kelompok Sasaran MBG
Melalui Perpres Nomor 83 Tahun 2024, pemerintah menunjuk Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menjalankan tugas dalam pemenuhan gizi nasional. Selanjutnya, sasaran pemenuhan gizi yang menjadi tugas BGN tersebut diarahkan kepada setidaknya empat kelompok utama.
Pertama, peserta didik pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah di lingkungan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus, dan pendidikan pesantren.
Pada kelompok ini, program menyasar anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, di mana gizi yang cukup sangat penting untuk mendukung proses belajar dan perkembangan kognitif mereka.
Kedua, anak usia di bawah lima tahun. Kelompok ini termasuk menjadi sasaran utama program makan bergizi gratis lantaran balita merupakan periode kritis dalam tumbuh kembang anak.
Ketiga, ibu hamil. Gizi yang baik selama kehamilan memberi perlindungan bagi ibu hamil dan janin sebab dapat mencegah komplikasi kehamilan, kelahiran prematur, serta stunting pada bayi.
Keempat, ibu menyusui. Gizi yang cukup pada ibu menyusui penting untuk produksi ASI yang berkualitas dan tumbuh kembang bayi yang optimal. Oleh sebab itu, kelompok ibu menyusui juga penting untuk diperhatikan dan menjadi sasaran program pemenuhan gizi oleh pemerintah.
(*)