Liputan6.com, Jakarta Pemerintah telah mengeluarkan lima paket stimulus ekonomi per 5 Juni 2025. Lima paket stimulus tersebut senilai Rp24,4 tirilun yang bersumber dari APBN sebesar Rp23,59 triliun dan non-APBN senilai Rp0,85 triliun.
Dari lima paket stimulus ekonomi yang digulirkan pemerintah, dua di antaranya adalah diskon transportasi dan diskon tarif tol yang beririsan dengan momen libur sekolah di bulan Juni-Juli 2025.
Dua paket stimulus ekonomi tersebut pun ditujukan untuk mendorong perjalanan dalam negeri guna meningkatkan aktivitas ekonomi domestik. Adapun diskon transportasi dialokasikan sebesar Rp0,94 triliun dan diskon tarif tol senilai Rp0,65 triliun dari APBN.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai bahwa paket stimulus yang diberikan pemerintah di libur sekolah selama Juni-Juli menjadi momen penting untuk mendorong konsumsi masyarakat.
“Kita harus mencermati bahwa libur sekolah bisa dimanfaatkan untuk mendorong belanja masyarakat, terutama di sektor leisure dan pariwisata, data menunjukkan bahwa sektor ini cukup stabil pertumbuhannya bahkan sejak masa pandemi,” ujarnya.
Josua pun mengatakan, paket stimulus ekonomi (diskon transportasi dan tarif tol) dapat menciptakan multiplier effect. Menurutnya, momentum liburan efektif menggerakkan berbagai sektor jasa.
“Misalnya saat libur Iduladha, destinasi seperti Puncak dan Bandung tetap padat, ini menunjukkan bahwa momentum liburan masih efektif menggerakkan sektor jasa seperti restoran dan hotel, serta ekonomi daerah, dan dampaknya besar, karena konsumsi ini juga melibatkan transportasi, oleh-oleh, hingga UMKM lokal,” katanya.
Normalisasi Pertumbuhan Ekonomi
Senior Chief Economist PT Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi menilai bahwa paket stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah untuk menormalisasi pertumbuhan ekonomi.
“Kalau dilihat tujuan utama dari paket stimulus ini untuk menormalisasi pertumbuhan ekonomi, terutama setelah kuartal I kemarin yang di bawah 5%, dan pemerintah ingin membawa kembali ke level 5% atau bahkan mencapai target awal yaitu 5,2%,” ujarnya.
Khusus paket stimulus ekonomi diskon transportasi dan tarif tol, Faisal memandang bahwa hal itu sangat tepat diberikan. Pasalnya, transportasi dan tarif tol memiliki kaitan dengan sektor pariwisata..
“Khusus stimulus transportasi, itu sangat strategis karena sektor ini punya interlinkages atau keterkaitan yang kuat dengan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yang di dalamnya banyak UMKM dan pekerja informal,” ujarnya.
“Diskon transportasi ini diharapkan memicu permintaan (demand) dari kelas menengah ke atas selama liburan sekolah, yang kemudian berdampak ke sektor lain,” jelas Faisal.
Dirinya pun menyebut, paket stimulus ekonomi tersebut dapat berkontribusi pada sektor ekonomi lainnya.
“Misalnya Purchasing Managers’ Index (PMI) kita sempat berada di bawah 50 selama dua bulan terakhir, yang artinya kontraksi, tapi kalau ada permintaan yang meningkat karena stimulus ini, maka akan ada ruang bagi produsen untuk berekspansi,” sebut Faisal.
“Ekspansi ini akan menciptakan peluang ekonomi baru, dan itu yang diharapkan bisa mendorong ekonomi tumbuh ke arah 5%,” jelasnya.