Pedagang Hadapi Tantangan Ini saat Promosi Produk Lewat Media Sosial

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Indonesia (Akumandiri), Hermawati Setyorinny mengungkapkan tantangan promosi penjualan di media sosial. Maraknya penipuan menjadi satu tantangan yang dinilai cukuo berat.

Hermawati mengamini, pengusaha rintisan skala mikro banyak yang menjajakan barang atau jasanya melalui media sosial. Hanya saja, media sosial masih banyak digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

"Kalau pelaku usaha mikro di media sosial itu kalau bisa dilihat dari Instagram, dari Facebook, dari TikTok, itu kayaknya sudah masif ya mereka. Hanya saja kadang itu usaha mereka terasa berat bila media sosial itu dipakai orang-orang yang tidak bertanggung jawab," kata Hermawati saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (10/6/2025).

Atas hal tersebut, dia mengaku banyak pelaku usaha mikro yang terdampak dari praktik tidak bertanggung jawab tersebut. Meski ciri penjual yang disinyalir penipu bisa diidentifikasi dari beberapa hal.

Misalnya, nonaktifnya kolom komentar dari akun yang menjual barang. Kemudian, keaslian pengikut (followers) di media sosialnya juga jadi perhatian. Walaupun sebagian konsumen sadar, tetapi dikatakan Hermawati masih ada yang cenderung menghindar melakukan transaksi di media sosial tadi.

"Banyak sekali yang sekarang itu orang-orang yang tidak bertanggung jawab masuk ke situ. Nah mungkin kalau konsumen bisa melihat dari misalnya enggak ada komentar sama sekali, kita bisa lihat followernya itu asli atau tidak. Nah itu tapi kan yang tahu, yang tidak kan konsumen yang tidak paham kayak gitu kan langsung antipati, dia udah enggak trust (percaya)," terangnya.

Jurus Promosi di Media Sosial

Sebelumnya, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan sejumlah strategi yang harus dimiliki UMKM untuk berjualan melalui media sosial. Mulai dari ilmu pemasaran (marketing) hingga penentuan target pasar dan promosi yang tepat.

Cara awal yang bisa dilakukan oleh pengusaha UMKM adalah memperkuat pasarnya di aplikasi perpesanan WhatsApp.

"Ke depan, UMKM harus menyiapkan strategi yang pas jika ingin masuk ke ekosistem digital, termasuk ke perdagangan daring. Pertama mereka harus mengembangkan terlebih dahulu pasar mereka di WhatsApp," kata Huda saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (10/6/2025).

Merambah ke Platform Lain

Setelah itu, pengusaha UMKM bisa mulai merambah ke media sosial lainnya seperti Instagram, Facebook, hingga TikTok. Hal ini disebutnya harus pula dibekali dengan ilmu yang mumpuni.

"Belajar marketing via media sosial kepada para pakar dan kelas ini bisa dan harus difasilitasi oleh pemerintah, agar mindset mereka bisa terbentuk untuk berjualan via media sosial," ucapnya.

"Mereka harus paham untuk masing-masing karakteristik channel perdagangan daring. Sehingga bisa memilih tempat yang tepat," Huda menambahkan.

Migrasi ke E-Commerce

Huda mengatakan, masih banyak pengusaha UMKM terutama di tataran mikro yang lebih memilih media sosial ketimbang e-commerce. Menurut dia, pemangku kepentingan termasuk pemerintah perlu menguatkan pemahaman UMKM terhadap platform tersebut.

"Platform ecommerce sebenarnya sudah membantu namun memang belum terlampau optimal. Keterbatasn infraatruktur hingga ke level mikro menjadi penghambat," kata dia.

"Mereka harus menyediakan orang yang secara langsung membantu UMKM untuk go digital, dan itu berat. Maka butuh kolaborasi dengan pemerintah di daerah untuk bisa mengeksekusi digitalisasi UMKM secara optimal," pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |