Liputan6.com, Jakarta - Belanja melalui online shop seperti Walmart dan Amazon kini telah menjadi pilihan utama banyak orang. Alasannya sederhana, praktis dan harga yang ditawarkan sering kali lebih murah. Namun, di balik kelebihan itu ada risiko besar yang patut diwaspadai, yakni maraknya peredaran barang palsu.
Kecenderungan konsumen yang lebih mementingkan harga dan kenyamanan ketimbang loyalitas merek membuat online shop tumbuh dengan pesat. Sayangnya, situasi ini juga dimanfaatkan para penjual nakal untuk memasarkan barang palsu.
Dikutip dari CNBC, Kamis (25/9/2025), fenomena barang palsu atau yang sering disebut barang KW ini memang bukan hal baru. Bedanya, platform digital membuat proses transaksi menjadi lebih mudah, hampir siapa pun bisa membuka toko, menjual produk dengan cepat, bahkan menyamarkan identitas.
Hal ini memberi celah bagi para penjual nakal untuk masuk dengan mudah dan menjual barang palsu. Menurut laporan investigasi CNBC, banyak toko non-resmi di Walmart yang mencuri identitas bisnis toko lain. Tak jarang mereka menjual produk kecantikan dan produk kesehatan palsu.
Data Bea Cukai Amerika Serikat menunjukkan bahwa sepanjang 2020 hingga 2024, penjualan e-commerce mencetak rekor tertinggi. Namun, hal ini dibarengi dengan peningkatan jumlah barang sitaan akibat pelanggaran merek dan hak cipta hingga lebih dari dua kali lipat.
Menyikapi kondisi tersebut, Walmart memperketat proses verifikasi penjual dan menegaskan kebijakan ‘nol toleransi’ terhadap produk terlarang.
Berikut beberapa hal yang harus dicermati supaya tidak tertipu dengan barang palsu.
Cek Reputasi Produk dan Penjual
Pakar hukum kekayaan intelektual, Megan Carpenter, mengingatkan konsumen agar selalu waspada. Menurutnya, harga murah memang menggiurkan, tapi sering kali justru menjadi jebakan yang membuat konsumen berisiko membeli barang palsu.
Aturan perlindungan konsumen yang diberlakukan sejak 2023 membuat identitas penjual di online shop kini lebih transparan. Pada halam produk, konsumen sudah bisa melihat nama toko, alamat, hingga nomor kontak penjual. Dari informasi ini, reputasi penjual bisa ditelusuri dengan mengecek katalog barang atau membaca ulasan pembeli lain.
Jika ada yang menyebut bahwa barang itu adalah barang palsu, sebaiknya segera cari penjual lain. Selain itu, perhatikan alamat tokonya. Nama toko kosmetik yang berlokasi di toko bengkel tentu tidak masuk akal, hal ini patut untuk dicurgai. Begitupula jika nama toko tidak sesuai dengan barang yang dijual. Jika masih ragu, lakukan pengecekan langsung di situs resmi merek untuk memastikan status penjual.
Para ahli menegaskan bahwa khusus untuk produk kesehatan dan kecantikan sebaiknya selalu membeli langsung dari merek atau distributor resmi agar terhindar dari risiko barang palsu.
Jangan Tergiur Harga Miring
Harga adalah indikator penting. Diskon yang terlalu besar biasanya menjadi sinyal kuat bahwa barang tersebut palsu.
Menurut laporan investigasi CNBC, bahkan ada produk krim kecantikan mewah yang dijual 91 persen lebih murah dari harga normal.
Menurut Saleem Alhabash, Wakil Direktur Riset di Michigan State’s Center for Anti-Counterfeiting and Product Protection, harga murah adalah strategi utama para penjual nakal.
Namun, tidak semua harga miring berarti palsu. Ada toko-toko non resmi yang memang mendapat stok barang promo atau lelang sehingga bisa menjual lebih murah.
Bedanya, potongan harga yang diberikan masih dalam batas wajar dan tidak terlalu jauh dari harga pasar. Namun, belakangan ini banyak penjual nakal yang semakin pintar dan menyesuaikan harga agar mirip harga normal, sehingga pembeli benar-benar dituntut untuk jeli.
Perhatikan Kemasan
Kemasan juga bisa menjadi salah satu petunjuk. Jika yang pernah membeli produk serupa, gunakan kemasan lama untuk jadi pembanding. Jika ada kesalahan eja, cetakan buruk, atau ukuran berbeda, besar kemungkinan barang tersebut palsu.
Namun, perubahan kemasan juga bisa terjadi karena produsen resmi telah mengganti desain kemasan. Jika masih ragu, Namun, perubahan kemasan juga bisa disebabkan oleh pembaruan desain dari produsen. Jika masih ragu, langkah paling aman adalah menghubungi langsung pihak resmi merek untuk memastikan.
Solusi Jika Terlanjur Membeli
Jika sudah terlanjur membeli produk palsu, hentikan penggunaan dan lakukan laporan di online shop tempat pembelian. Kari Kammel, Direktur Pusat Anti-Pemalsuan di Universitas Negeri Michigan, menyarankan beberapa langkah, yakni:
- Segera cari pertolongan medis jika timbul reaksi fisik.
- Segera laporkan ke instansi berwenang.
- Simpan informasi lengkap penjual, seperti nama, alamat, dan nomor telepon.
- Kumpulkan bukti berupa struk, tautan produk, serta foto barang dan kemasannya.
- Laporkan juga pada pihak merek agar mereka mengetahui adanya peredaran produk palsu.