Liputan6.com, Jakarta Presiden Donald Trump mengatakan ia berencana untuk mengenakan tarif impor lebih dari 10% pada negara-negara yang lebih kecil, termasuk negara-negara di Afrika dan Karibia.
"Kami mungkin akan menetapkan satu tarif untuk semuanya," kata Trump dikutip dari APNews, Kamis (17/7/2025).
Dia menambahkan bahwa tarif impor tersebut bisa berupa "sedikit di atas 10%" untuk barang-barang dari setidaknya 100 negara.
Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyela bahwa negara-negara yang barangnya akan dikenakan pajak pada tingkat ini akan berada di Afrika dan Karibia, tempat-tempat yang secara umum melakukan tingkat perdagangan yang relatif sederhana dengan AS dan akan relatif tidak signifikan dalam mengatasi tujuan Trump untuk mengurangi ketidakseimbangan perdagangan dengan seluruh dunia.
Presiden bulan ini telah mengirimkan surat ke sekitar dua lusin negara dan Uni Eropa yang hanya mengenakan tarif yang akan dikenakan mulai 1 Agustus.
Negara-negara tersebut secara umum menghadapi tarif pajak atas barang-barang yang mendekati tarif tanggal 2 April yang diumumkan oleh presiden AS, yang penerapan pajak impornya yang tinggi secara historis untuk AS menyebabkan pasar keuangan panik dan menyebabkan Trump menetapkan periode negosiasi 90 hari yang berakhir pada tanggal 9 Juli.
Kantongi Tarif Trump 19%, Kadin Prediksi Ekspor Indonesia ke AS Bakal Sentuh USD 80 Miliar
Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, menyambut positif kesepakatan tarif impor sebesar 19 persen oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, untuk produk Indonesia ke AS.
Kesepakatan ini dinilai dapat mendorong kenaikan signifikan nilai perdagangan bilateral. Pria yang akrab disapa Anin ini optimistis, ekspor Indonesia ke AS dalam 5 tahun ke depan bisa meningkat hingga dua kali lipat dari kondisi sekarang.
"Kalau saya lihat, perdagangan yang tadinya USD 40 miliar, dalam 5 tahun bisa mencapai USD 80 miliar. Kita mesti lihat bukan hanya untungnya buat mereka, tapi apa untungnya buat kita," ungkap Anin dalam keterangan tertulis, Kamis (17/7/2025).
Untuk memanfaatkan peluang ini, Kadin Indonesia berencana segera menggelar rapat dengan pelaku industri dalam negeri, khususnya sektor tekstil, garmen, alas kaki hingga elektronik. Anin menegaskan pentingnya memastikan kapasitas produksi cukup untuk memenuhi lonjakan permintaan.
"Jangan sampai kita (sudah) mendapatkan suatu kemudahan, tiba-tiba malah dimanfaatkan negara lain yang biayanya lebih mahal hanya karena kita tidak siap," ungkap dia.
"(Karena) Kita mau mencari tiga angka. Satu, berapa banyak investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas. Yang kedua, berapa banyak kita bisa meningkatkan perdagangan. Dan yang ketiga, berapa banyak lapangan kerja yang bisa diciptakan," tutur Anin.
RI Lebih Baik dari Negara Lain
Anin menilai, hasil negosiasi pemerintah ini lebih baik dibanding banyak negara lain dan menjadi peluang bagi peningkatan ekspor nasional.
Menurut dia, keberhasilan ini patut diapresiasi karena tercapai di tengah posisi Indonesia yang memang mencatat surplus perdagangan dengan AS. "Selamat kepada pemerintah. Karena menurut saya, apa yang telah disepakati itu bagus untuk Indonesia," ungkapnya.
Anin menilai wajar jika banyak pihak mempertanyakan mengapa tarif tidak bisa ditekan lebih rendah lagi. Namun, dibanding kondisi global, tarif ini dianggap lebih ringan.
Lebih Rendah dari Meksiko, China dan Inggris
Ia mencontohkan, tarif Indonesia lebih rendah daripada Meksiko yang dikenakan 35 persen dan China sebesar 30 persen. Anin juga membandingkan dengan Inggris yang hanya dikenai tarif 10 persen, namun neraca dagangnya dengan AS justru defisit, berbeda dengan Indonesia yang surplus.
"Memang banyak yang menanyakan, kenapa 19 persen? Tidak lebih rendah lagi. Tapi ini relatif daripada keadaan Indonesia saat ini. Indonesia berdagang dengan Amerika (Serikat) surplus USD 18 miliar," bebernya.
"Sehingga, pasti akan ada tarif. Tapi ini lebih bagus daripada yang dibicarakan sebelumnya sebesar 32 persen," pungkas Anindya Bakrie.