Harga Minyak Tergelincir Usai Sanksi Baru Uni Eropa terhadap Rusia

1 month ago 40

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak stabil pada perdagangan Jumat, 18 Juli 2025. Harga minyak melemah seiring beragamnya berita ekonomi Amerika Serikat (AS) mengimbangi kekhawatiran sanksi terbaru Uni Eropa terhadap Rusia atas perang di Ukraina dapat mengurangi pasokan minyak.

Mengutip CNBC, Sabtu (19/7/2025), harga minyak Brent turun 20 sen atau 0,3% menjadi USD 69,32 per barel pada pukul 14.32 EDT. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 16 sen atau 0,2% menjadi USD 67,38.

Hal ini membuat kedua patokan harga minyak mentah tersebut berada dii jalur untuk turun sekitar 1% pada pekan ini.

Di Amerika Serikat, pembangunan rumah keluarga tunggal turun ke level terendah dalam 11 bulan pada bulan Juni karena suku bunga KPR yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi menghambat pembelian rumah, menunjukkan investasi residensial kembali berkontraksi pada kuartal kedua.

Namun, dalam laporan lain, sentimen konsumen AS membaik pada bulan Juli, sementara ekspektasi inflasi terus menurun.

Inflasi yang lebih rendah akan memudahkan Federal Reserve atau the Fed AS untuk menurunkan suku bunga, yang seharusnya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan membuat konsumen lebih murah untuk meminjam uang. Pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat juga akan mendorong permintaan energi.

Sanksi Baru terhadap Rusia

Di Eropa, Uni Eropa mencapai kesepakatan mengenai paket sanksi ke-18 terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina, yang mencakup langkah-langkah yang bertujuan untuk memberikan pukulan lebih lanjut terhadap industri minyak dan energi Rusia.

Uni Eropa akan menetapkan batas harga bergerak untuk minyak mentah Rusia sebesar 15% di bawah harga pasar rata-ratanya, kata para diplomat Uni Eropa, yang bertujuan untuk memperbaiki batas $60 yang sebagian besar tidak efektif yang telah dicoba diberlakukan oleh Kelompok Tujuh negara ekonomi utama sejak Desember 2022.

"Sanksi baru terhadap minyak Rusia dari AS dan Eropa minggu ini disambut oleh reaksi pasar yang teredam," kata para analis di Capital Economics dalam sebuah catatan. "Ini mencerminkan keraguan investor terhadap Presiden (Donald) Trump akan menindaklanjuti ancamannya, dan keyakinan bahwa sanksi Eropa yang baru tidak akan lebih efektif daripada upaya sebelumnya."

"Kami memperkirakan fundamental permintaan yang lemah akan kembali menguat tahun ini dan mendorong harga minyak mentah Brent turun menjadi USD60 (per barel) di akhir tahun," kata Capital Economics.

Larangan Produk Minyak Bumi

Uni Eropa juga tidak akan lagi mengimpor produk minyak bumi apa pun yang terbuat dari minyak mentah Rusia, meskipun larangan tersebut tidak akan berlaku untuk impor dari Norwegia, Inggris, AS, Kanada, dan Swiss, kata diplomat Uni Eropa.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas juga mengatakan di platform X Uni Eropa telah menetapkan kilang minyak Rosneft terbesar di India sebagai bagian dari langkah-langkah tersebut. India adalah importir minyak mentah Rusia terbesar, sementara Turki adalah yang terbesar ketiga, menurut data Kpler.

Eropa memproduksi lebih sedikit solar dan bahan bakar jet daripada yang dikonsumsinya, sehingga bergantung pada impor dari kawasan lain.

Larangan Uni Eropa terhadap impor produk olahan tersebut membantu meningkatkan harga minyak diesel dan gasoil berjangka AS dan Eropa.

Di Amerika Serikat, harga solar yang lebih tinggi dalam beberapa hari terakhir mendorong selisih harga solar ke level tertinggi sejak Februari. Selisih retakan mengukur margin keuntungan penyulingan.

"Ini menunjukkan pasar khawatir akan hilangnya pasokan solar ke Eropa, karena India selama ini merupakan sumber minyak," kata Wakil Presiden Rystad Energy,Janiv Shah.

Dalam berita lain, perusahaan minyak besar AS, Chevron, menyelesaikan akuisisi perusahaan energi AS, Hess, senilai $55 miliar pada hari Jumat setelah memenangkan pertempuran hukum penting melawan rival besar perusahaan minyak AS, Exxon Mobil, untuk mendapatkan akses ke penemuan minyak terbesar dalam beberapa dekade di lepas pantai Guyana.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |