Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyulap minyak jelantah atau use cooking oil (UCO) menjadi bahan bakar pesawat terbang. Minyak jelantah itu bisa didapat dari rumah tangga maupun industri.
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono membeberkan fungsi minyak jelantah yang bisa digunakan lebih lanjut. Pengolahan minyak goreng bekas pakai, membuat bahan baku BBM pesawat menjadi lebih efisien.
"Kita bisa mengolah mulai dari minyak jelantah, use cooking oil, minyak yang sudah digunakan tadi, dikumpulkan, kita punya yang namanya Pertamina Patra Niaga, yang bisa mengumpulkan dari rumah tangga, dari industri," kata Agung dalam Indonesia Connect by Liputan6, ditulis Sabtu (6/9/2025).
Dia menjelaskan, biasanya minyak jelantah ini dibuang oleh masyarakat umum. Sementara itu, pada skala industri minyak jelantah dominan diekspor ke negara lain.
Padahal, kata Agung, minyak jelantah bisa diolah oleh Regional Unit 4 Kilanh Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah. Pengolahan ini menjadikan bahan bakar pesawat lebih ramah lingkungan.
"Sederhananya bahan bakar pesawat yang ramah lingkungan, dengan co-processing, kemudian ini didistribusikan ke penyimpanan terutama dua area, di Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai Denpasar, karena dua area tersebut merupakan hub," tutur dia.
Perdana Digunakan Pelita Air
Hasil olahan minyak jelantah tadi digunakan oleh maskapai anak usaha Pertamina, yakni Pelita Air. Sudah ada penerbangan Pelita Air yang ditenagai oleh SAF tadi.
"Tapi kita juga berharap nantinya dengan tentunya dukungan dari pemerintah, dari berbagai kementerian, dari Kemenko, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kemenko Infrastruktur juga, agar SAF ini menjadi suatu masa depan bagi Indonesia," ucap dia.
"Minyak jelantah menuju jet pesawat terbang. Circular economy bertemu dengan hilirisasi karena pada akhirnya ini semua kita lakukan di Pertamina karena kita percaya kita tidak mewarisi bumi kita ini yang cuma satu dari nenek moyang kita, tapi kita pinjam dari anak cucu kita, anak cucu adik-adik sekalian untuk masa depan Indonesia," sambung Agung Wicaksono.
Peluang Diekspor
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) tengah menjajaki peluang ekspor Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau avtur ramah lingkungan yang diproduksi dari minyak jelantah.
Komisaris Utama dan Independen Pertamina, Mochammad Iriawan, mengatakan bahwa langkah ini bisa menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di kawasan.
“Kami akan komunikasikan (rencana ekspor) nanti, untuk bisa menjajaki ekspor. Kalau sudah melihat hasil daripada SAF kita, pasti negara lain akan melirik (SAF) kita,” ujar Iriawan dikutip dari Antara, Rabu (27/8/2025).
Jadi Pertama di ASEAN Kembangkan SAF
Harga avtur berbahan baku minyak jelantah nantinya harus kompetitif agar bisa bersaing di pasar Asia Tenggara.
“Yang jelas, di ASEAN ini kita yang pertama (mengolah minyak jelantah jadi avtur),” katanya.
Saat ini, produksi SAF Pertamina masih terpusat di Kilang Cilacap dengan kapasitas 8.700 barel per hari. Menurut VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, SAF tersebut tidak hanya akan dipasarkan untuk maskapai Pelita Air, tetapi juga diarahkan ke pasar ekspor.