Miliarder Ini Bakal Dongkrak Kapasitas Kilang Minyak di Afrika

11 hours ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder sekaligus pemilik kilang terbesar di Afrika akan memperluas kapasitas kilangnya menjadi 1,4 juta barel per hari. Langkah miliarder ini untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar yang terus meningkat di Afrika dan sekitar.

Orang terkaya di Afrika, Aliko Dangote menuturkan, kilang Dangota yang terletak di pusat ekonomi Nigeria, Lagos akan meningkatkan kapasitas lebih dari dua kali lipat yakni 650.000 barel per hari. Ia akan memakai bantuan pembiayaan eksternal untuk meningkatkan kapasitas kilang. Demikian mengutip laman ABC News, Rabu (29/10/2025).

“Ketika selesai, ini akan menjadi kilang terbesar yang pernah dibangun satu lokasi, melampaui kilang Jamnagar di India,” kata Dangote yang merujuk kepada kilang terbesar di dunia yang terletak di dunia.

Nigeria adalah salah satu produsen minyak terbesar di Afrika, tetapi mengimpor produk minyak bumi olahan untuk keperluan sendiri. Sektor minyak dan gas alam negara tersebut telah mengalami kesulitan selama bertahun-tahun, dan sebagian besar kilang milik negara beroperasi jauh di bawah kapasitas karena buruknya perawatan.

Kilang Dangote yang dikelola swasta telah membantu memenuhi permintaan lokal dan internasional sejak mulai berproduksi pada Januari 2024.

Namun, industrialis tersebut mengatakan ekspansi ini diperlukan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, baik di dalam maupun luar negeri.

"Ekspansi ini mencerminkan "kepercayaan terhadap Nigeria, Afrika, dan kapasitas kita untuk membentuk masa depan energi kita sendiri," ia menambahkan.

Mitra di perusahaan riset SBM Intelligence, Ikemesit Effiong menuturkan, rencana ekspansi ini merupakan langkah yang patut dipuji, tetapi belum banyak yang diketahui mengenai jadwal dan ketersediaan dananya.

Kilang senilai USD 19 miliar atau Rp 315,12 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.585) ini membutuhkan waktu hampir satu dekade untuk diselesaikan.

Promosi 1

Harga Minyak Dunia Turun, OPEC Siapkan Rencana Tambah Produksi Global

Sebelumnya, harga minyak dunia ditutup lebih rendah pada perdagangan Senin (28/10/2025), setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengungkapkan rencana untuk kembali meningkatkan produksi.  Langkah OPEC ini menekan optimisme pasar terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta sanksi baru AS ke Rusia.

Mengutip CNBC, Selasa (28/10/2025), harga minyak mentah Brent turun 32 sen atau 0,5 persen menjadi USD 65,62 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 19 sen atau 0,3 persen ke USD 61,31 per barel. Kedua kontrak sempat terkoreksi sekitar 1 persen di awal perdagangan.

Delapan negara anggota OPEC+ disebut tengah mempertimbangkan peningkatan produksi secara bertahap untuk Desember mendatang, seiring dorongan Arab Saudi yang ingin merebut kembali pangsa pasar minyak global.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu Kamis ini untuk membahas kesepakatan dagang yang berpotensi menunda tarif baru AS serta pembatasan ekspor mineral langka oleh China.

Pelaku Pasar Masih Berhati-hati

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan bahwa kedua negara telah mencapai “kerangka substansial” untuk kesepakatan dagang yang bisa menghindari tarif 100 persen terhadap barang-barang China. Kesepakatan itu juga berpotensi menunda pengendalian ekspor mineral langka dari China.

“Pasar minyak sedang mengambil jeda setelah reli tajam pekan lalu, seiring pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi yang diharapkan menyelesaikan sebagian besar perbedaan dagang,” ujar Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial Dennis Kissler

Namun, Amerika Serikat baru saja menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan minyak utama Rusia, yang berpotensi menekan ekspor minyak Rusia jika diterapkan penuh.

“Langkah ini bisa menjadi faktor pendukung harga minyak,” tambah Kissler.

Meski demikian, para pedagang masih berhati-hati dan menunggu dampak nyata dari kebijakan tersebut terhadap pasokan global.

Pelaku Pasar Masih Berhati-hati

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan bahwa kedua negara telah mencapai “kerangka substansial” untuk kesepakatan dagang yang bisa menghindari tarif 100 persen terhadap barang-barang China. Kesepakatan itu juga berpotensi menunda pengendalian ekspor mineral langka dari China.

“Pasar minyak sedang mengambil jeda setelah reli tajam pekan lalu, seiring pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi yang diharapkan menyelesaikan sebagian besar perbedaan dagang,” ujar Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial Dennis Kissler

Namun, Amerika Serikat baru saja menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan minyak utama Rusia, yang berpotensi menekan ekspor minyak Rusia jika diterapkan penuh.

“Langkah ini bisa menjadi faktor pendukung harga minyak,” tambah Kissler.

Meski demikian, para pedagang masih berhati-hati dan menunggu dampak nyata dari kebijakan tersebut terhadap pasokan global.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |