Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melihat ada kecenderungan peralihan konsumen dari pembelian beras di ritel moderen ke pasar tradisional. Perubahan ini dinilai menguntungkan usaha kecil.
"Yang terjadi saat ini adalah ‘pesta’ penggilingan kecil karena pasokan melimpah. Terjadi hukum pasar. Pemerintah ingin agar usaha kecil tidak tertindas, sehingga ekonomi kerakyatan tetap berjalan,” ujar Amran di Kantor Kementan, mengutip keterangan resmi, Kamis (14/8/2025).
Dia menuturkan, pasokan beras di pasar tradisional pun melimpah dan memberikan keuntungan ke pedagang. Menyusul menipisnya stok beras premium di pasar ritel moderen.
"Kondisi ini justru menurut pedagang dan penggilingan kecil menjadi berkah bagi mereka. Penggilingan kecil dan pengecer bahagia, ” ungkapnya.
Dia menegaskan pula beras nasional saat ini dalam kondisi aman dengan surplus mencapai 3,9 juta ton. Setelah operasi pasar melalui Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 1,3 juta ton. Pasokan beras SPHP akan terus digelontorkan ke pasar untuk menjaga stabilitas harga sekaligus mendukung pedagang kecil.
"Ini akan membentuk struktur pasar baru yang lebih menguntungkan produsen dan konsumen. Di pasar tradisional, harga beras medium sekitar Rp 13.000 per kilogram, jauh lebih murah dibanding premium di pasar modern yang mencapai Rp 17.000–Rp 18.000,” jelas Mentan Amran.
Tunggu Restu Prabowo
Sebelumnya, Pemerintah berencana menghapus kelas beras premium dan medium. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan masih akan membahas rencana itu dengan Presiden Prabowo Subianto.
Dia mengatakan telah menggelar rapat dengan jajaran menteri dan pemangku kepentingan terkait. Namun, belum bisa mengumumkan hasilnya karena perlu melaporkannya lebih dahulu ke Presiden Prabowo.
"Ya, kami sudah rapat. Tentu nanti kami akan lapor kepada Pak Presiden dulu, ya," ungkap Zulkifli di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Sudah Ada Harga Baru
"Sudah (rapat), tapi belum bisa diumumkan sebelum lapor kepada Pak Presiden. Kami akan lapor dulu," sambungnya.
Rencana menghapus kelas beras premium dan medium mencuat usai ramai polemik beras premium oplosan. Kemudian, ada kasus yang ditangani Satgas Pangan Polri soal penjualan beras premium tak sesuai mutu dan standar.
Selain menghapus kelas premium-medium, pemerintah juga akan menyesuaikan harga maksimal beras. Nantinya, tak akan lagi diatur harga eceran tertinggi (HET) bagi beras medium dan premium, tapi menggunakan satu harga tertinggi.
Harga Baru Beras Masih Dihitung
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah akan menghapus harga eceran tertinggi (HET) untuk beras premium dan medium, serta menggantinya dengan satu harga maksimal. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan mengatakan pihaknya masih merumuskan harga baru beras tersebut.
"Oh harganya lagi dirumuskan," kata Zulkifli di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Penghapusan HET beras premium dan medium sebetulnya telah dibahas dalam rapat koordinasi beberapa waktu lalu. Kemudian, tugas penghitungan harga beras baru diemban oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Zulkifli belum bicara banyak mengenai prosesnya. Namun, pihaknya masih menghitung besaran harga beras baru nantinya. "Lagi dihitung," singkatnya.