Liputan6.com, Jakarta - Ketua the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell telah memberikan sinyal besar terhadap harapan akan ada penurunan suku bunga pada September. Hal ini sebuah langkah yang telah dituntut oleh Presiden AS Donal Trump selama berbulan-bulan.
Mengutip BBC, Sabtu (23/8/2025), berbicara di hadapan para bankir sentral yang berkumpul di Jackson Hole, Wyoming, Ketua the Fed Jerome Powell juga berpendapat dampak inflasi dari tarif Trump 2025 dapat bersifat sementara.
Namun, ia tidak, seperti yang diperkirakan beberapa pihak, membahas tantangan tambahan yang dihadapinya dalam beberapa bulan terakhir: tekanan politik yang diberikan kepada bank sentral AS, rentetan ejekan Trump, dan tuntutan agar Powell dicopot dari jabatannya.
Pergeseran ke sikap yang lebih "dovish", yang menunjukkan pelonggaran biaya pinjaman, mendorong harga saham lebih tinggi.
Mengutip CNBC, indeks Dow Jones ditutup naik 1,89% ke posisi 45.631,74. Indeks S&P 500 menguat 1,52% ke posisi 6.466,91. Indeks Nasdaq bertambah 1,88% ke posisi 21.496,53.
Para ekonom dan investor sudah memperkirakan suku bunga pinjaman akan turun dari kisaran 4,25 hingga 4,5% saat ini.
Dibayangi Tarif Dagang
Pelemahan pasar tenaga kerja AS baru-baru ini semakin meningkatkan ekspektasi tersebut, tetapi dampak tarif besar-besaran Trump terhadap harga telah menimbulkan keraguan.
"Dalam jangka pendek, risiko inflasi cenderung meningkat, dan risiko ketenagakerjaan cenderung menurun—sebuah situasi yang menantang," kata Powell.
Bank sentral biasanya memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan jika ada tanda-tanda perlambatan ekonomi dan penurunan lapangan kerja. Hal itu karena membuat konsumen dan bisnis lebih murah untuk meminjam.
Namun, mendorong pertumbuhan harus diimbangi dengan mengendalikan kenaikan harga. Suku bunga yang lebih tinggi dapat membantu mengendalikan inflasi, yang seringkali dianggap sebagai prioritas utama bank sentral.
Powell Melihat Dampak Tarif Sudah Terlihat
Powell mengatakan dampak tarif terhadap harga konsumen kini "terlihat jelas", tetapi ia juga mengatakan ada alasan yang "wajar" inflasi akan "berlangsung relatif singka, perubahan tingkat harga yang hanya terjadi satu kali".
Ia mengatakan, perubahan harga akan membutuhkan waktu untuk berdampak, tetapi ia mengecilkan kemungkinan inflasi yang melekat akibat meningkatnya tuntutan upah, atau ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.
Karena suku bunga sudah "berada di wilayah restriktif, cukup tinggi sehingga berdampak negatif pada aktivitas ekonomi. Powell menyatakan, "pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian sikap kebijakannya".
Satu-satunya momen Powell tampaknya merujuk pada tekanan ekstra yang diberikan oleh kepresidenan Trump adalah ketika ia memperingatkan agar tidak berasumsi pemotongan suku bunga pada September sudah pasti.
Ia berkata, "Kebijakan moneter tidak berada pada jalur yang telah ditentukan sebelumnya".
Pidato Powell Terakhir di Jackson Hole
Anggota komite pembuat kebijakan akan mengambil keputusan "semata-mata berdasarkan penilaian mereka terhadap data dan implikasinya terhadap prospek ekonomi dan keseimbangan risiko."
"Kami tidak akan pernah menyimpang dari pendekatan itu," ujarnya.
Pidato Jumat kemungkinan akan menjadi pidato terakhir Powell di pertemuan tahunan para bankir sentral negara itu di Jackson Hole, karena masa jabatannya akan berakhir pada Mei 2026. Ia ditunjuk sebagai ketua Federal Reserve oleh Trump pada 2017.
Namun, sejak itu Trump telah menunjukkan permusuhan yang semakin meningkat, melontarkan hinaan pribadi kepada bankir sentral tersebut, termasuk menyebutnya "orang bodoh" dan "orang bodoh yang keras kepala", karena ia tidak mendukung seruan presiden untuk pemotongan suku bunga pinjaman yang cepat dan besar.
Trump juga secara terbuka telah mengemukakan gagasan untuk mencopot Powell dari jabatannya lebih awal, meskipun tidak jelas apakah ia memiliki wewenang hukum untuk melakukannya.
Respons Ekonom
Awal pekan ini, presiden meminta pejabat Fed lainnya, Lisa Cook, untuk mengundurkan diri, karena dugaan penipuan hipotek. Ia mengatakan tidak akan "diintimidasi" untuk pergi.
Kepala ekonom di Annex Wealth Management, Brian Jacobsen mengatakan The Fed telah memilih untuk tidak menjadi "pengganggu pesta".
"Ketua Powell telah menunjukkan bahwa ia berpikiran terbuka untuk membaca tanda-tanda data," katanya.
Kepala ekonom di KPMG AS Diane Swonk menuturkan, Powell membuka pintu sedikit lebih lebar untuk penurunan suku bunga pada September.
Namun ia mengatakan The Fed jelas tetap khawatir tentang risiko kenaikan harga. "Ada lebih banyak kehati-hatian daripada yang diperkirakan pasar," katanya.