Kementan Mau Pangkas Rantai Distribusi Ayam Hidup, Banyak Tengkulak!

2 months ago 49

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian berencana memangkas rantai distribusi ayam hidup (livebird) dari peternak hingga konsumen. Kementan mencatat ada 67 persen keuntungan yang didapat middleman atau tengkulak.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Agung Suganda menyampaikan rantai distribusi ayam hidup saat ini terlalu panjang. Ada banyak pengepul dalam alur distribusi sebelum mencapai ke konsumen akhir.

"Saat ini tuh rantai tata niaganya terlalu panjang, dari mulai peternakan, begitu dijual di peternakan, sampai ke rumah potong itu melalui banyak middleman. Ada di sana broker, kemudian pengepul, distributor 1, 2," ungkap Agung di Kantor Kementan, Jakarta, dikutip Kamis (19/6/2025).

Banyak Masuk Tengkulak

Dalam hitungannya, sekitar 67 persen margin keuntungan masuk ke kantong-kantong pengepul atau tengkulak tadi. Porsi ini yang ingin dioangkas oleh Kementan.

Pemangkasan tadi akan memanfaatkan eksistensi Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih agar rantai distribusinya lebih sederhana.

"Kita sudah coba menghitung dari mulai broker sampai dengan karkas yang dijual ke konsumen. Karena dari rumah potong itu sampai ke konsumen itu ada pengepul juga, ada lapak lagi. Itu marginnya bisa 67 persen. Jadi itulah yang mau kita kurangi," ucap dia.

"Dengan apa? Caranya kita mendorong para peternak rakyat, peternak mandiri untuk bergabung, membentuk kooperasi atau bergabung dalam Koperasi Merah Putih yang saat ini sudah ada untuk men-supply tentu daging ayam," sambungnya.

Keuntungan Tengkulak Masuk Kas Peternak

Agung berharap penyaluran lewat koperasi akan melandaskan pada asas ekonomi kerakyatan dan kekeluargaan. Sehingga, praktik distribusi yang dijalankan bisa dinikmati peternak.

Agung menghitung, 67 persen keuntungan yang tadinya masuk ke kantong tengkulak bisa berkurang menjadi hanya 10 persen. Dengan demikian, sisanya akan jadi keuntungan bagi peternak.

Sehingga mereka bersama-sama akan mendapatkan akses input, baik itu GPS (grand parent stock), pakan, termasuk akses output itu juga semakin pendek. Jadi porsi yang 67 persen margin tadi itu bisa dikurangi hanya maksimum di 10 persen. Sehingga sisa margin tadi itu bisa diberikan kepada peternak kita, tetapi di sisi lain konsumen kita tetap mendapatkan harga karkas yang masih relatif wajar dan terjangkau. Itu yang kita harapkan," tandasnya.

Harga Ayam Hidup Rp 18.000 per Kg

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pertanian mengumpulkan sejumlah pengusaha ayam broiler menyusul anjloknya harga ayam hingga menyentuh Rp 14.500 per kilogram (kg) di tingkat peternak. Hasilnya, disepakati harga pembelian ayam di tingkat peternak menjadi Rp 18.000 per kg.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Agung Suganda mengatakan, harga pokok produksi (HPP) ayam hidup atau livebird sebelumnya adalah Rp 17.500 per kg. Menyusul anjloknya harga, disepakati harganya naik jadi Rp 18.000 per kg.

"Per tanggal 19 Juni 2024 itu di harga Rp 18.000 per kilogram untuk semua ukuran. Tentu kami bersama-sama akqn melakukan pengawasan terkait harga ayam hidup di tingkat peternak ini," ungkap Agung di Kantor Kementan, Jakarta, dikutip Kamis (19/6/2025).

Masih di Bawah Harga Acuan

Dia menuturkan, harga ini merupakan acuan minimal yang harus dibayarkan kepada para peternak. Utamanya bagi peternak rakyat maupun peternak mandiri.

Agung berharap, harga serapan ayam hidup dari peternak bisa berangsur naik. Pasalnya, harga yang disepakati tadi masih jauh di bawah harga acuan pembelian (HAP) sebesar Rp 25.000 per kg.

"Harapannya tidak terus-terusan Rp 18.000 tapi secara bertingkat mendekati pada harga acuan pembelian yang ditetapkan oleh Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 6 tahun 2024 di mana harga acuan ayam hidup di tingkat peternak adalah Rp 25.000 (per kg)," jelas dia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |