Liputan6.com, Jakarta PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) menyiapkan kereta api khusus melayani petani dan pedagang. Uji coba tahap pertama kereta api petani ini telah dilakukan sejak 15 Agustus 2025 lalu.
VP Public Relation KAI, Anne Purba menyampaikan Kereta Penumpang Kelas Ekonomi (K3) Khusus Petani-Pedagang sedang dimodifikasi di UPT Balai Yasa Surabaya Gubeng. Kereta ini dirancang khusus untuk memudahkan petani membawa hasil panen dan pedagang membawa barang dagangannya.
“Konsep desainnya mengedepankan kemudahan akses dan ruang angkut yang lebih luas. Tempat duduk dipasang sejajar di sisi kiri dan kanan kereta, sehingga ruang tengah lapang untuk menempatkan hasil pertanian atau barang dagangan, sekaligus memudahkan pergerakan di dalam kereta,” ungkap Anne dalam keterangannya, dikutip Rabu (20/8/2025).
Selain perubahan tata letak tempat duduk, sejumlah detail teknis juga dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan khusus ini. Lebar pintu bordes diperbesar dari 800 mm menjadi 900 mm, sekat partisi dan bordes dihilangkan untuk memperlancar akses barang.
Kemudian, jumlah kursi disesuaikan menjadi 73 dari sebelumnya 106 tempat duduk. Fasilitas toilet tetap tersedia satu unit per kereta, sementara rak bagasi dipertahankan untuk kenyamanan penumpang.
"Hadirnya kereta ini adalah bukti nyata komitmen KAI dalam memperluas akses transportasi publik yang inklusif, sekaligus mendukung roda perekonomian masyarakat. Kami ingin kereta api menjadi sahabat perjalanan para petani dan pedagang," tutur Anne.
Proses Persiapan
Sebagai informasi, awal mula perecanaan teknis telah dimulai sejak Mei 2024 lalu. Kemudian, uji statis telah dilaksanakan pada 14-15 Agustus 2025 di UPT Balai Yasa Surabaya Gubeng, kemudian dilanjutkan dengan uji dinamis pada 15 Agustus 2025 dengan rute Surabaya Gubeng-Lamongan (pulang-pergi).
Pengujian tahap pertama ini dilakukan oleh jajaran KAI. Pada tahap pengujian selanjutnya akan melibatkan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan hingga mendapatkan sertifikasi agar aspek keselamatan terpenuhi secara menyeluruh, sebelum kereta api tersebut bisa melayani masyarakat.
“Dengan transportasi yang tepat, rantai pasok akan lebih kuat, peluang usaha lebih terbuka, dan aktivitas ekonomi daerah semakin bergerak,” kata Anne.
KAI Logistik Angkut 173 Ribu Ton Produk Rentan
Sebelumnya, PT Kereta Api Logistik (KAI Logistik) mencatat kinerja positif pada layanan unggulannya, KALOG Plus Reefer Container. Layanan ini mendukung distribusi bahan pangan segar, farmasi, dan produk mudah rusak lainnya dengan menjaga mutu, kesegaran, dan ketepatan waktu.
Selama Januari-Juli 2025, total tonase pengiriman melalui Reefer Container mencapai 173.484 ton, naik 16% dibandingkan periode sama tahun 2024 sebesar 149.598 ton. Peningkatan ini menandakan tingginya permintaan layanan logistik berpendingin, khususnya di sektor pangan, farmasi, dan komoditas sejenis.
“Mayoritas pengiriman komoditas perishable didominasi rute Surabaya–Jakarta untuk memenuhi konsumsi wilayah barat Pulau Jawa, khususnya Jabodetabek. Komoditas umumnya berasal dari hasil penangkapan laut maupun impor. Dengan jaringan perkeretaapian dan fasilitas cold chain kami, pengiriman dapat dilakukan lebih cepat, aman, dan terukur,” ujar Direktur Pengembangan Usaha KAI Logistik, Riyanta, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (16/8/2025).
Pengiriman Mei 2025 Paling Tinggi
Selain rute utama tersebut, jalur Jakarta–Surabaya dan Surabaya–Semarang Tawang juga mencatat volume signifikan. Puncak pengiriman terjadi pada Mei 2025 dengan 29.574 ton, terdorong oleh permintaan tinggi saat Hari Besar Keagamaan.
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan tangkap laut Indonesia pada 2023 mencapai 7.373.516 ton, menunjukkan potensi besar yang memerlukan logistik efisien dan terjaga mutunya. Proyeksi pertumbuhan logistik rantai pendingin diperkirakan mencapai CAGR 10,8% pada 2024–2032.
KAI Logistik mengoperasikan fasilitas depot Plug In Reefer Container di lokasi strategis seperti Depo Sarwajala, Terminal Kalimas Surabaya, dan Terminal Sungai Lagoa Jakarta untuk memastikan kestabilan suhu komoditas hingga tiba di tujuan.