Liputan6.com, Jakarta PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) memperkuat pasokan biomassa dengan memberdayakan masyarakat pesesaan melalui pemanfaatan lahan kritis. Hal ini untuk menunjang program cofiring yang dapat mengurangi penggunaan batu bara pada PLTU.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan mengatakan, bahwa program ini merupakan wujud komitmen perseroan terhadap prinsip Environmental, Social dan Governance (ESG), dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan konsisten mencapai Sustainable Development Goals (SDGs)
“Biomassa bukan sekadar cofiring, tapi juga membuka rantai nilai baru di desa. PLN EPI melihat potensi besar untuk menjadikan ini model kolaborasi antara energi dan pemberdayaan masyarakat,” kata Mamit, Minggu (8/6/2025).
Untuk memperkuat pasokan biomassa yang memanfaatkan tumbuhan energi, PLN EPI menggelar pelatihan perawatan dan monitoring pohon multifungsi di Desa Berdaya Energi Gunung Kidul yang terletak di Kalurahan Gombang dan Karangasem, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
Dalam implementasinya, pelatihan ini mencakup materi teori dan praktik lapangan, termasuk pemupukan, pemangkasan, serta monitoring pertumbuhan tanaman. Kegiatan didampingi oleh tenaga ahli dan dirancang agar peserta memahami SOP perawatan pohon secara berkelanjutan.
Penguatan Ekonomi Desa
Menurut Mamit, program ini menjadi salah satu contoh integrasi nyata antara sektor energi, konservasi lingkungan, dan penguatan ekonomi desa. Dengan pendekatan kolaboratif, PLN EPI berharap model ini dapat direplikasi di wilayah lain, terutama di daerah dengan potensi lahan non produktif.
Dalam menjalankan program ini PLN EPI menggandeng Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Mulya (Kalurahan Gombang) dan Asem Mulya (Kalurahan Karangasem), yang sejak 2023 telah menanam lebih dari 175 ribu pohon multifungsi, termasuk Indigofera, di lahan Sultan Ground dan tanah kas desa.
Tanaman ini tidak hanya berfungsi sebagai pakan ternak, tetapi juga sebagai bahan baku energi dan pewarna alami batik, membuka peluang ekonomi sirkular bagi warga.
Program yang diikuti oleh 50 orang ini menjadi upaya peningkatan perekonomian rakyat.
Ketua Bebadan Pangresa Loka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Raden Mas Gustilantika Marrel Suryokusumo. menegaskan bahwa pemanfaatan lahan Sultan Ground dan tanah khas desa untuk pertanian berkelanjutan merupakan komitmen Keraton sejak awal.
“Arahan Ngarso Dalem jelas. Tanah-tanah ini harus membawa manfaat ekologis sekaligus ekonomi. Bahkan ke depan kami dorong agar bisa berkembang menjadi agro eduwisata,” jelas Gusti Marrel.
Tata Kelola Administratif
KRT Surya Satriyanto dari Kawedanan Panitikisma, Badan Keraton yang mengurusi pemanfaataan Sultan Ground dalam acara tersebut menekankan bahwa tata kelola administratif yang rapi tetap menjadi syarat utama untuk perluasan program. Keraton mendorong setiap Kalurahan agar memiliki dokumen legal dalam pemanfaatan tanah termasuk penetapan zona dan perizinan formal.
Vice President Transisi Energi dan Perubahan Iklim PLN, Anindita Satria Surya mengatakan, program ini telah berjalan selama dua tahun dan menunjukkan hasil signifikan. Lebih dari 175 ribu pohon multifungsi telah ditanam, termasuk tanaman Indigofera yang dinilai memiliki manfaat ganda.
“Tanaman ini sudah mencapai tinggi rata-rata 4 meter dan siap untuk dipruning. Dulu warga sampai jual sapi demi kasih makan sapi. Sekarang pakan ternak mulai bisa dipenuhi sendiri. Ini transformasi,” ujar Anindita.
Selain untuk pakan ternak dan bahan bakar biomassa, Indigofera juga mulai dikembangkan sebagai bahan pewarna alami batik. “Satu tanaman bisa menghasilkan nilai ekonomi berlapis. Inilah bentuk ekonomi sirkular berbasis lokal yang kita dorong,” tambahnya.