Liputan6.com, Jakarta Indonesia, sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, memiliki sejumlah gunung yang mengandung emas atau gunung emas. Potensi ini tidak hanya menarik perhatian penambang lokal tetapi juga investor asing yang tertarik dengan industri pertambangan di Indonesia.
Siapa yang tak kenal Grasberg di Mimika, Papua. Tambang emas raksasa ini telah beroperasi selama puluhan tahun dan menjadi salah satu tambang emas terbesar di dunia.
Tambang ini menghasilkan emas dalam jumlah yang sangat besar setiap harinya, berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.
Selain Grasberg, daerah lain seperti Banyuwangi, Jawa Timur; Gunung Pongkor, Jawa Barat; dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, juga terkenal akan potensi emasnya yang melimpah.
Bagaimana emas-emas ini bisa ada?
Proses geologi jutaan tahun yang membentuk batuan dan mineral di Indonesia, menghasilkan endapan emas yang kemudian dieksplorasi dan ditambang. Eksplorasi dan penambangan emas ini memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah setempat, namun juga penting untuk memastikan prosesnya dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Keberadaan gunung yang mengandung emas di Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Industri pertambangan emas menciptakan lapangan kerja bagi ribuan orang dan menjadi sumber pendapatan penting bagi negara.
Selain itu, ekspor emas juga meningkatkan devisa negara, membantu menstabilkan neraca perdagangan. Namun, penting bagi pemerintah dan perusahaan untuk memastikan bahwa eksploitasi sumber daya ini dilakukan dengan bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Proses Penambangan Emas Modern
Dikutip dari agincourtresources.com, sebelum menjadi sesuatu yang begitu berharga dan mewah, emas telah melalui serangkaian proses karena masih bercampur dengan mineral lainnya. Penggunaan cara penambangan emas modern tentu saja untuk meningkatkan kualitas komoditas dan agar hasilnya lebih melimpah.
Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan para pekerja tambang. Awalnya pengolahan masih menggunakan cara tradisional melalui metode pendulangan. Prosesnya dengan menggunakan kuali dan kemudian diisi dengan bebatuan yang diyakini mengandung emas.
Metode tersebut bekerja dengan memanfaatkan ukuran massa. Ketika kuali digoyang-goyangkan maka emas akan tertinggal di dasar.
Jika masih mempertahankan cara tradisional seperti ini tentu proses untuk mengolah bebatuan akan semakin lama. Oleh karenanya sudah ada cara-cara modern untuk memurnikan logam mulia (Au). Apa saja caranya? Cari tahu lebih dalam tentang cara penambangan secara modern yang sudah digunakan di Indonesia di bawah ini.
Penambangan Emas Modern Metode Hidrometalurgi
Salah satu metode penambangan yang banyak digunakan saat ini adalah Hidrometalurgi, yakni dengan memanfaatkan reaksi kimia. Prosesnya secara umum melalui tiga tahapan, yaitu tahap pelindian, pemekatan, dan pengambilan. Pada tahap pelindian (leaching), batuan mentah dilarutkan pada cairan yang sudah dicampur dengan pereaksi kimia. Proses ini bertujuan untuk memisahkan logam yang diinginkan dengan material lain.
Kemudian hasil dari leaching akan masuk ke proses pemekatan untuk meningkatkan konsentrasi logam yang ingin didapatkan. Terakhir akan masuk ke proses recovery atau pengambilan dengan cara menyeleksi emas murni.
Dalam proses penambangan emas menggunakan metode Hidrometalurgi biasanya memakai reagen kimia H2SO4 (asam sulfat) dan HNO (asam nitrat). Senyawa kimia tersebut dapat bekerja untuk memisahkan emas murni dengan logam lain yang tidak dibutuhkan. Hingga saat ini metode Hidrometalurgi masih banyak digunakan karena efektivitasnya untuk memurnikan logam mulia emas. Masyarakat umum mungkin lebih mengenalnya sebagai metode pelindian.
Penambangan Emas Modern Metode Pirometalurgi
Selain Hidrometalurgi, metode Pirometalurgi juga menjadi cara modern untuk mendapatkan emas murni. Prosesnya dengan menggunakan panas atau suhu tinggi untuk memisahkan logam mulia emas dengan mineral lainnya. Cara kerjanya dengan memanfaatkan reaksi gas, padatan dan lelehan pada tanur atau furnace. Tahapannya dibagi menjadi lima macam, berikut diantaranya:
- Pengeringan: tahap awal ini bertujuan untuk menghilangkan kelembaban batuan dengan menggunakan titik didih 120 derajat celcius. Proses pengeringan akan menghilangkan kandungan air pada material.
- Kalsinasi: tahapan yang menggunakan furnace atau tungku untuk mendekomposisi panas batuan/material.
- Pemanggangan: tahap pemanasan material menggunakan hembusan udara serta ditambahkan sejumlah bahan kimia. Temperature yang dipakai pada proses ini berada di bawah titik didih.
- Peleburan: proses melelehkan material menggunakan teknik peleburan pada suhu tinggi, lebih tinggi dari titik didih.
- Pemurnian: proses memisahkan emas dengan material-material yang tidak dibutuhkan dengan menggunakan kalor/panas.
Potensi Indonesia jadi Pemain Pertambangan Emas Dunia
Tak hanya terkenal dengan negara yang kaya rempah, Indonesia juga terkenal dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan emas terbesar di dunia. Indonesia diakui sebagai salah satu dari sepuluh negara penghasil emas terbesar di dunia.
Hal ini terungkap dalam laporan yang dikeluarkan oleh Investing News Network yang mengacu pada data dari United States Geological Survey (USGS). Negara kita menempati urutan ke-10 dengan total produksi emas mencapai 100 metrik ton (MT) pada tahun 2024.
Melihat banyaknya cadangan emas di Indonesia bagaimana potensi Indonesia menjadi salah satu pemain besar emas secara global, dan bagaimana dampak ekonominya bagi Indonesia?
Terkait hal ini, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan Proven reserve emas Indonesia hanya 2.600 ton, no ke-6 di dunia, jauh di bawah Australia (12.000 ton), Russia (11.000 ton), Afrika Selatan (5.000 ton), AS dan China (masing-masing 3.000 ton).
“Jadi, Indonesia tidak mungkin menjadi produsen emas terbesar di dunia,” kata Wijayanto kepada Liputan6.com.
Meskipun begitu, Wijayanto menambahkan emas tetap memberikan dampak ekonomi, selain pekerjaan bagi masyarakat, penerimaan bagi negara, dan tentunya aktivitas ekonomi bagi swasta.
“Permasalahan saat ini adalah investasi yang masih terbatas (termasuk kapasitas smelter) dan praktek penambangan yang masih jauh dari prinsip2 ESG,” lanjutnya.
Adapun menurut Analis mata uang dan emas Doo Financial Futures Lukman Leong Lukman Leong harga emas yang juga terus meningkat memberikan dampak perekonomian positif untuk Indonesia.
Sedangkan untuk menjadi pemain besar emas di dunia, sangat bergantung pada seberapa berapa besar produksi emas di Indonesia.
“Total produksi dunia tahunan adalah 3 ribuan ton, apabila kita sanggup memproduksi 10 persen ,maka itu adalah 300 ton senilai kurang lebih Rp 600 triliun,” tutur Lukman kepada Liputan6.com.
Pada kesempatan yang sama, Lukman menilai banyaknya masyarakat yang memborong emas belakangan ini hanya sekedar Fear of Missing Out (FOMO). Menurutnya, masih belum ada kesadaran investasi masyarakat.
“Kebanyakan sih fomo aja. dan memang harga emas yg tinggi masih akan terus naik, hal ini yg memicu permintaan. Jadi belum karena kesadaran investasi masyarakat,” pungkasnya.
Tantangan di Pertambangan Emas
Meski punya banyak gunung emas, namun bukan berarti potensi Indonesia untuk menjadi pemain utama di industri ini bisa berjalan mulus. Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, memberikan penjelasan mengenai kondisi produksi dan dinamika pasar emas saat ini.
Menurut Dilo, produksi emas Indonesia melalui MIND ID saat ini berkisar di angka 130 ton per tahun. Meski demikian, permintaan dalam negeri juga terus mengalami pertumbuhan signifikan.
"Sekarang kira-kira produksinya kita itu 130 ton per tahun, kira-kira ya, gue nggak tahu persisnya gimana. Tapi market-nya, demand-nya kita ini, grow dari 70 ton ke 100 ton," kata Dilo.
Tantangan Hilirisasi
Namun, Dilo mengakui bahwa meskipun Indonesia mampu memproduksi emas dalam jumlah besar, saat ini masih terdapat tantangan di sisi produksi yang membuat Indonesia tetap melakukan impor emas.
"Nah, memang sebagian dari orang berinvestasi untuk upstream, ini kan pasti butuh—harus sudah ada jaminan siapa yang mau offtake gitu, jadi dia memang sudah ada offtake yang memang nggak ekspor gitu. Hari ini, karena memang kita banyak gangguan dari sisi produksinya, kita masih impor," jelasnya.
Lebih lanjut, Dilo menjelaskan fenomena lonjakan permintaan emas yang terjadi belakangan ini. Ia menyebutkan bahwa pembelian emas sering kali dikaitkan dengan transaksi valuta asing, khususnya dolar Amerika Serikat (USD).
"Harga emasnya naik turun juga. Nah, hari ini terjadinya emas, demand-supply-nya berubah, sehingga indeksnya naik. Dolarnya menguat, jadi dua-duanya naik—ini eksponensial, membuat harga emas lonjakannya eksponensial," ujarnya.
Dilo juga menyoroti pola tahunan penguatan dolar di bulan April hingga Juli, yang biasanya disebabkan oleh jatuh tempo obligasi dan penarikan dividen. Ini membuat kebutuhan terhadap dolar meningkat, yang kemudian berpengaruh pada harga emas.
Menariknya, Dilo menekankan bahwa lonjakan harga emas bukan disebabkan oleh aksi spekulatif masyarakat seperti antrean di Antam, melainkan karena pergerakan besar dari institusi global.
"Yang bikin indeks emas naik itu bukan karena antre di Antam. Itu kecil pengaruhnya. Yang besar itu bank sentral, kayak Polandia dan China, mereka mulai geser cadangan devisanya ke emas," jelas Dilo.
Negara-negara tersebut, lanjutnya, mulai menaikkan porsi emas dalam cadangan devisa mereka dari sekitar 5% menjadi 12–15%. Hal ini menunjukkan kepercayaan pada emas sebagai aset lindung nilai, terutama di tengah ketidakpastian global seperti konflik Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah.
"Karena emas dianggap lebih resilient pada saat Ukraina-lah, Middle East-lah, apalah itu—dia lebih punya ketahanan terkait sama global issues," ujarnya.
Negara Bisa Untung Gede dari Gunung Emas
Sementara itu, Pengamat pertambangan sekaligus peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, menilai sektor pertambangan emas telah memberikan kontribusi sangat besar terhadap negara. Bukan hanya dari sisi pemasukan, tapi juga pengembangan daerah hingga pemberdayaan masyarakat sekitar.
Ferdy lantas menyebut beberapa gunung emas terbesar yang ada di Tanah Air. Mulai dari Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Papua, Batu Hijau di Sumbawa Barat milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), Tambang Tumpang Pitu Banyuwangi milik PT Merdeka Copper Gold Tbk, hingga Pongkor yang dikelola PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Menurut dia, tambang-tambang emas itu tidak hanya mengucurkan gelontoran penerimaan bagi negara, tapi juga pengembangan sumber daya masyarakat (SDM) di lingkar tambang lewat program Corporate Social Responsibility (CSR).
"Dari itu sih saya melihat manfaatnya sangat besar untuk negara ini. Kan penerimaan negara dari perusahaan-perusahan itu gede, dan perusahaan-perusahaan itu termasuk yang tertib bayar pajak, royalti, CSR-nya juga gede," kata Ferdy kepada Liputan6.com, Kamis (17/4/2025).
Masalah kesiapan SDM di lingkar tambang jadi hal yang tak boleh dilewatkan oleh pengelola. "Jadi banyak investor yang keluhkan tidak punya kompetensi tenaga kerja, siap bertarung di dalam dunia kerja," imbuhnya.
Oleh karenanya, ia menyebut pemerintah bisa coba ambil pelajaran dari pengelolaan tambang yang baik tersebut. Tidak hanya dari sisi operasi, tapi juga proses pemberdayaan lingkungan dan masyarakat sekitar tambang.
"Kementerian ESDM harus bisa belajar dari mereka juga, supaya bisa membuat regulasi. Supaya perusahaan-perusahaan tambang bisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Amman Mineral," ungkap Ferdy.
Deretan Gunung Emas di Indonesia
Dirangkum Liputan6.com, berikut ini deretan gunung emas yang ada di indonesia:
1. Grasberg Papua
Grasberg terletak di Pegunungan Tengah, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Grasberg dikenal sebagai lokasi tambang terbuka milik PT Freeport Indonesia, salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia.
Tambang ini berlokasi di Pegunungan Tengah, Mimika, Papua Tengah, dan mencapai ketinggian sekitar 4.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Tambang Grasberg beroperasi sejak tahun 1988 dan menjadi salah satu tambang yang paling produktif di dunia. Meskipun tambang terbuka telah ditutup pada awal 2020, PTFI masih melanjutkan operasional tambang bawah tanah di wilayah tersebut.
2. Martabe Tapanuli Selatan
Gunung Martabe mengacu pada tambang emas yang terletak di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Indonesia. Tambang ini juga merupakan salah satu penghasil emas terbesar di Indonesia dan dikelola oleh PT Agincourt Resources. Tambang ini juga dikenal sebagai sumber penghasil perak dan tembaga.
Keberadaan lokasi ini ditemukan memiliki kandungan emas sejak 2008 dengan dimulainya konstruksi pertambangan emas di sana. Rencana produksi akan dilakukan sampai tahun 2033. Pengerjaan ini sesuai dengan adanya kontrak karya dengan pemerintah Indonesia. Luas areal tambang adalah 1.303 KM persegi.
Untuk mendukung operasi penambangan, telah diciptakan fasilitas pendukung di areal tambang. Fasilitas ini sebagian besar berada dekat dengan jalan raya trans Sumatera.
Saat ini, terdapat dua areal operasi yang berupa pit terbuka. Saat ini pun sedang dilakukan pengembangan untuk pit ketiga. Di sana juga terdapat pabrik pengolahan bijih emas yang dilakukan secara carbon in leach dengan metode konvensional.
3. Pongkor Bogor
Produksi utama emas dan perak PT Aneka Tambang Tbk atau Antam berasal dari tambang bawah tanah Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung, Banten yang saat ini telah memulai fase pasca tambang.
Indikasi adanya deposit emas di Pongkor ditemukan oleh Unit Geomin pada tahun 1981 dan produksi dimulai pada tahun 1994 setelah ijin diperoleh pada tahun 1992.
Tambang emas Pongkor memiliki tiga urat emas utama yakni Ciguha, Kubang Cicau dan Ciurug. Metode penambangan menggunakan conventional cut and fill stoping pada urat emas Ciguha dan Kubang Cicau.
Pada urat emas Ciurug Antam menggunakan metode penambangan mechanised cut and fill dengan peralatan hydraulic jumbo drill dan load haul dump (LHD) sejak tahun 2000. Penggunaan metode mechanised cut and fill tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi namun juga menurunkan biaya produksi untuk meningkatkan efisiensi.
Pada 2023, total cadangan bijih emas Antam mencapai 860 ribu dry metric ton (dmt) bijih emas atau setara 184 ribu troy oz (5,72 ton) logam emas insitu (contained metal). Sedangkan sumberdaya mineral emas Perusahaan pada tahun 2023 mencapai 5,14 juta dmt bijih emas atau setara dengan 729 ribu troy oz (22,68 ton) logam emas insitu (contained metal).
4. Halmahera, Maluku Utara
Pulau Halmahera masuk dalam daftar pulau dengan harta karun terbesar di Indonesia. Harta karun ini tentunya adalah tambang emas yang dikelola oleh PT Nusa Halmahera Minerals atau NHM.
NHM dimiliki oleh PT Indotan Halmahera Bangkit (75%) dan 25% sisanya dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk. (Antam). Tambang emas terletak di Tambang Emas Gosowong Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara.
Tambang emas ini dikenal dengan nama Gosowong yang ditemukan dari eksplorasi greenfield di pulau Halmahera, dengan sumber daya awal 770 Koz Au pada 1996. Sumber daya meningkat menjadi 7 Moz Au pada 2020 dan telah memproduksi sekitar 6 Moz Au dengan total nilai rata-rata 25 g/t Au.
saat ini penambangan metoda tambang terbuka permukaan di Tambang Emas Gosowong sudah selesai, dan saat ini NHM sepenuhnya melaksanakan aktivitas penambangan bawah tanah di dua area produksi, yaitu Kencana dan Toguraci.
Perbandingan Tambang Emas Indonesia dengan Negara Lain
Berikut ini adalah deretan tambang emas terbesar di dunia yang masih aktif beroperasi dan memiliki cadangan emas yang melimpah, termasuk di Indonesia seperti dikutip dari Antara:
Berikut ini adalah deretan tambang emas terbesar di dunia yang masih aktif beroperasi dan memiliki cadangan emas yang melimpah dikutip dari Antara, Selasa (15/4/2025).
1. Tambang Grasberg – Indonesia
Tambang Grasberg yang terletak di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, merupakan salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia. Tambang ini dikelola oleh PT Freeport Indonesia, perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Freeport-McMoRan asal Amerika Serikat.
Tambang Grasberg memiliki empat lokasi utama penambangan, yaitu Grasberg Block Cave, Deep Ore Zone, Deep Mill Level Zone, dan Big Gossan. Berdasarkan data per 31 Desember 2022, Grasberg memiliki cadangan mineral sebesar 30,8 miliar pon tembaga, 26,3 juta ons emas, dan 121,3 juta ons perak.
2. Muruntau – Uzbekistan
Tambang Muruntau terletak di Gurun Pasir Qizilqum, Uzbekistan, dan dikenal sebagai tambang emas terbuka terbesar di dunia. Produksi emas dari tambang ini diperkirakan mencapai 2 juta ons (Moz) per tahun. Lubang tambangnya sangat besar, berukuran sekitar 3,5 km × 2,5 km dengan kedalaman mencapai 560 meter.
3. Cortez – Amerika Serikat
Terletak di Nevada, tambang Cortez dimiliki bersama oleh dua perusahaan tambang raksasa, Barrick dan Newmont Corporation. Tambang ini mencakup operasi bawah tanah dan tambang terbuka, seperti Pipeline, Crossroads, dan Cortez Hills. Bijih emas dari Cortez sebagian besar diproses di fasilitas Barrick Goldstrike.
4. Super Pit – Australia
Super Pit merupakan tambang emas terbuka terbesar di Australia yang berada di Kalgoorlie, Australia Barat. Tambang ini memiliki panjang sekitar 3,5 km, lebar 1,5 km, dan kedalaman lebih dari 600 meter. Pada tahun 2019, Super Pit memproduksi sekitar 456.000 troy ons emas dan mempekerjakan lebih dari 1.100 pekerja.
5. Yanacocha – Peru
Terletak di wilayah Cajamarca, Peru, Yanacocha merupakan salah satu tambang emas terbesar di Amerika Selatan. Tambang ini berlokasi di dataran tinggi antara 3.500 dan 4.100 meter di atas permukaan laut. Yanacocha dioperasikan oleh kemitraan antara Newmont Goldcorp, Compania de Minas Buenaventura, dan International Finance Corporation.
6. Tarkwa – Ghana Tambang
Tarkwa terletak di bagian selatan Cekungan Tarkwa, Ghana. Tambang ini beroperasi di lahan seluas 20.800 hektar dan pada tahun 2009 menghasilkan sekitar 612.000 ons emas. Tarkwa merupakan salah satu tambang terbuka terbesar di kawasan Afrika Barat.
7. Carlin Trend – Amerika Serikat
Carlin Trend adalah wilayah pertambangan emas yang sangat kaya di Nevada. Terdapat beberapa tambang bawah tanah dan terbuka di kawasan ini. Produksi emas di daerah ini dimulai secara signifikan sejak tahun 1964 dan telah menghasilkan lebih dari 70 juta ons emas hingga tahun 2008.
8. Lihir – Papua Nugini
Tambang Lihir terletak di pulau Lihir, Papua Nugini. Merupakan tambang terbuka dengan dua lubang penambangan yang saling tumpang tindih. Setelah merger antara Lihir Gold dan Newcrest pada tahun 2010, tambang ini menjadi bagian dari Newcrest Mining, produsen emas terbesar kelima di dunia saat itu.
9. Goldstrike – Amerika Serikat
Tambang Goldstrike berlokasi di utara Carlin Trend, Nevada, dan dikelola oleh Nevada Gold Mines, perusahaan patungan Barrick dan Newmont. Emas pertama kali ditemukan di sini pada tahun 1962 dan hingga 2018 telah menghasilkan lebih dari 44 juta ons emas.
10. Boddington – Australia
Boddington merupakan tambang terbuka emas dan tembaga yang terletak di Australia Barat, sekitar 13 km dari kota Boddington. Tambang ini adalah tambang emas terbesar di Australia saat ini dan diperkirakan memiliki cadangan yang cukup untuk terus berproduksi hingga tahun 2036.
Tambang-tambang emas terbesar dunia ini tidak hanya menjadi penghasil emas utama secara global, tetapi juga memainkan peran penting dalam perekonomian negara tempatnya berada. Di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, permintaan terhadap emas diperkirakan akan terus meningkat.