Hilirisasi Bauksit Jadi Pilar Strategis Industri Mineral

6 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus memperkuat strategi hilirisasi sektor pertambangan dengan menjadikan bauksit sebagai komoditas kunci dalam meningkatkan nilai tambah mineral nasional.

Komitmen ini menjadi bagian dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batubara (Minerba), yang mewajibkan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri sebelum komoditas tambang diekspor.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menegaskan bahwa kebijakan larangan ekspor bijih bauksit yang berlaku sejak Juni 2023 bukan keputusan dadakan, melainkan bagian dari transisi panjang menuju industrialisasi.

"Larangan ekspor bukan hanya soal pendapatan negara, tapi strategi membangun kemandirian industri nasional," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, ditulis Kamis (1/5/2025).

Tri menjelaskan bahwa Indonesia memiliki cadangan bauksit yang besar. Namun sejak larangan ekspor diberlakukan, produksi bijih mengalami penurunan, dari 31,8 juta ton pada 2022 menjadi 19,8 juta ton di 2023 dan 16,8 juta ton pada 2024.

Meski demikian, pemerintah optimistis volume ini akan kembali naik seiring beroperasinya proyek-proyek pengolahan dan pemurnian baru.

ANTAM Perkuat Ekosistem Hilirisasi Terpadu

Salah satu pelaku usaha yang paling aktif mempercepat hilirisasi bauksit adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM).

Direktur Utama ANTAM, Niko Kanter, menyatakan bahwa perusahaan telah membangun rantai nilai yang menyeluruh dari pertambangan bauksit hingga produksi alumina. Tahun 2024, ANTAM mencatatkan produksi bauksit sebesar 1,3 juta wet metric ton (WMT) dan penjualan sebesar 0,7 juta WMT.

Tak hanya berhenti di produksi bahan mentah, ANTAM juga aktif di sektor hilir melalui anak usaha patungan Indonesia Chemical Alumina (ICA), yang telah menghasilkan 148 ribu ton alumina dengan penjualan mencapai 177 ribu ton.

“Kami ingin memastikan bahwa setiap bijih bauksit yang diambil dari bumi Indonesia benar-benar memberi nilai tambah maksimal bagi bangsa,” kata Niko.

Keterlibatan ANTAM juga terlihat dalam proyek strategis nasional PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), yang kini tengah memasuki fase transisi menuju operasi komersial.

BAI telah berhasil memproduksi alumina dalam skala uji coba dan mengirimkan pengapalan perdana sebanyak 21 ribu ton ke PT Inalum untuk pengujian kualitas.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |