Harga Minyak Terjepit di Tengah Ketidakpastian

1 week ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah (WTI) memulai pekan dengan kenaikan tipis, dipicu oleh meningkatnya ketegangan di Eropa Timur. Kenaikan ini terjadi setelah laporan serangan drone Ukraina yang menargetkan fasilitas energi penting di Rusia, termasuk terminal ekspor dan kilang minyak. Meskipun serangan tersebut memicu kekhawatiran tentang pasokan global, kenaikan harga terpantau terbatas.

Analis dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, penguatan harga minyak ini tidak menandakan pembalikan tren.

"Secara teknikal, pergerakan harga masih menunjukkan dominasi penjual, yang mengindikasikan bahwa tren bearish (penurunan) masih kuat," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (25/8/2025).

Ia menambahkan, jika harga tidak mampu bertahan di atas level dukungan USD 62, ada potensi penurunan lebih lanjut. Sebaliknya, kenaikan akan menghadapi level resistensi kuat USD 64.

Selain geopolitik, ada dua faktor utama lain yang memengaruhi pasar:

1. Faktor Geopolitik:

Konflik Rusia-Ukraina terus menjadi penentu utama pergerakan harga minyak. Serangan baru-baru ini meningkatkan ketidakpastian pasokan.

Namun, di sisi lain, pernyataan tentang kemungkinan negosiasi damai dari pihak AS sedikit meredakan ketegangan.

Situasi ini membuat arah politik di kawasan tersebut sulit diprediksi, sehingga investor tetap waspada.

2. Faktor Makroekonomi:

Sinyal dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang membuka peluang penurunan suku bunga pada bulan September, memberikan harapan baru.

Kebijakan moneter yang lebih longgar ini dapat merangsang pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan permintaan energi.

Meskipun sentimen ini mendorong pasar komoditas, tekanan teknikal tetap membatasi potensi kenaikan harga minyak.

Perlu Diperhatikan

Dengan kondisi pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ini, Andy Nugraha memperkirakan harga minyak akan bergerak dalam rentang yang sempit.

Investor disarankan untuk memantau dengan ketat perkembangan konflik di Eropa Timur dan keputusan kebijakan The Fed, karena kedua faktor ini memiliki potensi besar untuk memicu volatilitas harga minyak dalam waktu dekat.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |