Harga Minyak Melonjak 7% Dampak Perang Israel-Iran

15 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah melonjak sekitar USD 5 per barel pada perdagangan hari Jumat setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap Iran tanpa dukungan AS. Serangan ini memicu ketakutan di kalangan investor bahwa konflik tersebut dapat menyebar dan mengganggu pasokan minyak di Timur Tengah.

Pelaku pasar memandang serangan Israel sebagai peristiwa geopolitik paling signifikan sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, dengan harga minyak mentah ditutup pada level tertinggi sejak Maret 2022.

Mengutip CNBC, Sabtu (14/6/2025), harga minyak mentah AS naik USD 4,94, atau 7,26%, ditutup pada USD 72,98 per barel pada hari Jumat. Sedangkan harga minyak patokan global Brent naik USD 4,87, atau 7,02% menjadi USD 74,23 per barel.

Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel telah melancarkan operasi militer terarah terhadap program rudal balistik dan nuklir Iran pada Jumat dini hari waktu setempat. Serangan itu tampaknya tidak mengganggu infrastruktur minyak yang signifikan.

Israel menyerang situs pengayaan utama Iran di Natanz dan menyerang jantung operasi program rudal balistik milik Iran. Dalam serangan udara ini menewaskan anggota senior militer Iran.

"Operasi ini akan terus berlanjut selama beberapa hari yang diperlukan untuk menghilangkan ancaman," kata Netanyahu.

Sebagai balasan, pasukan Pertahanan Israel menyebut Iran telah menembakkan rudal ke Israel pada Jumat malam. Harga minyak mentah naik lebih dari 8% dalam perpanjangan perdagangan setelah serangan balik Iran.

AS Memperingatkan Iran

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Israel telah mengambil tindakan sepihak terhadap Iran tanpa dukungan AS. Rubio memperingatkan Iran agar tidak menargetkan kepentingan AS di kawasan itu.

"Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan itu," kata Rubio dalam sebuah pernyataan.

"Israel memberi tahu kami bahwa mereka yakin tindakan ini diperlukan untuk membela diri."

Presiden Donald Trump mengatakan Iran membayar harga karena gagal membuat kesepakatan mengenai program nuklirnya sesuai batas waktu 60 hari.

"Mereka seharusnya melakukannya!" kata Trump dalam sebuah unggahan di platform media sosialnya Truth Social.

"Hari ini adalah hari ke-61. Saya memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan, tetapi mereka tidak bisa melakukannya. Sekarang mereka mungkin punya kesempatan kedua!"

Apa yang Terjadi dengan Harga Minyak?

Pasar minyak berisiko mengalami gangguan pasokan dari Teheran dan pemain regional lainnya yang dapat terseret ke dalam konflik. Dalam Laporan Pasar Minyak Bulanan OPEC edisi Mei, produksi minyak Iran mencapai 3,305 juta barel per hari pada April.

Badan Energi Internasional (IEA), yang awalnya dibentuk untuk menanggapi guncangan minyak global, pada hari Jumat mengatakan bahwa mereka memiliki 1,2 miliar barel stok darurat yang tersedia dalam sistem keamanannya.

presiden Lipow Oil Associates Andy Lipowmengatakan, investor minyak kini khawatir Iran akan membalas dengan menyerang target Israel atau AS, yang akan menyebabkan eskalasi militer besar-besaran dan potensi gangguan pasokan minyak.

“Iran tahu betul bahwa Presiden Donald Trump berfokus pada harga energi yang lebih rendah,” kata Lipow kepada CNBC.

Ia menambahkan bahwa tindakan Iran yang memengaruhi pasokan minyak Timur Tengah dan akibatnya menaikkan harga bensin dan solar bagi warga Amerika secara politis merugikan presiden AS.

Fasilitas Minyak Iran Tak Jadi Sasaran

Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Iran dapat memanfaatkan Selat Hormuz, titik rawan utama yang menghubungkan Teluk Persia dan Teluk Oman, yang dilalui oleh seperlima pasokan minyak dunia.

Pendiri Washington Ivy Advisors Ellen Wald menjelaskan, meskipun operasi Israel lebih signifikan daripada yang telah terlihat dalam waktu yang lama, belum ada penargetan langsung terhadap fasilitas produksi atau ekspor minyak Iran, yang berarti Teheran dapat terus mengekspor minyak.

"Bagi Iran, sebenarnya tidak ada keuntungan bersih untuk mencoba menghalangi jalur minyak melalui Selat Hormuz," kata Wald.

Kemampuan Iran untuk sepenuhnya memblokir Selat Hormuz secara fisik juga bisa diperdebatkan. Meskipun kapal melintasi perairan Iran, mereka masih dapat dialihkan ke perairan Uni Emirat Arab dan Oman, kata Wald.

"Meskipun akan ada periode gangguan, itu tidak mungkin berlangsung lama."

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |