Harga Minyak Melompat 5% Setelah Donald Trump Beri Sanksi Perusahaan Rusia

6 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak lebih dari 5% pada perdagangan Kamis, 23 Oktober 2025 waktu setempat. Kenaikan harga minyak terjadi setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap dua perusahaan minyak mentah terbesar Rusia. Hal ini dengan alasan kurangnya komitmen serius Moskow terhadap proses perdamaian untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Mengutip CNBC, Jumat (24/10/2025), harga minyak Brent naik USD 3,4 atau 5,43% ditutup ke posisi USD 65,99 per barel. Harga minyak mentah AS bertambah USD 3,29 atau 5,62% ditutup menjadi USD 61,79 per barel.

"Sekaranglah saatnya untuk menghentikan pembunuhan dan untuk gencatan senjata,” ujar Menteri Keuangan Scott Bessent saat mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil.

"Departemen Keuangan siap mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Trump untuk mengakhir perang lainnya,” ujar Bessent.

"Kami mendorong sekutu kami untuk bergabung dengan kami dan mematuhi sanksi ini,” ia menambahkan.

Departemen Keuangan mengatakan, sanksi baru tersebut akan merugikan kemampuan Kremlin untuk mengumpulkan penghasilan guna mendanai perangnya melawan Ukraina.

Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada NBC News, sanksi baru tersebut terkait dengan rencana pertemuan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Rusia Vladimir Putin di Budapest yang gagal.

Trump juga telah berupaya menekan India untuk berhenti membeli minyak Rusia. New Delhi adalah salah satu pembeli terbesar ekspor minyak mentah Rusia.

Harga minyak mentah AS telah turun 16% tahun ini dan Brent turun hampir 14%. OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, telah meningkatkan produksi selama berbulan-bulan.

Sementara itu, ketegangan perdagangan yang disebabkan oleh tarif Trump juga telah menimbulkan kekhawatiran di pasar minyak.

Promosi 1

Harga Minyak Dunia Melonjak 5% Usai AS Sanksi Dua Raksasa Energi Rusia

Sebelumnya, harga minyak dunia melonjak tajam pada Rabu malam waktu AS (23/10/2025), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjatuhkan sanksi tambahan terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia, yakni Rosneft dan Lukoil.

Langkah ini diambil karena Washington menilai Moskow tidak menunjukkan komitmen serius untuk mengakhiri konflik bersenjata di Ukraina.

Dikutip dari CNBC, Kamis (23/10/2025), harga minyak mentah Brent, sebagai acuan global, naik USD 3,03 atau 4,94% menjadi USD 64,35 per barel. Sementara harga minyak mentah AS (WTI) menguat USD 1,40 atau 2,39% menjadi USD 59,90 per barel.

Sebelumnya, dalam sesi perdagangan reguler, Brent telah naik 2% ke USD 62,59 per barel, sedangkan WTI menguat 2,2% ke USD 58,50 per barel.

“Sekarang saatnya menghentikan pertumpahan darah dan memulai gencatan senjata segera,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent saat mengumumkan sanksi tersebut.

Sanksi Baru AS Bikin Pasar Energi Bergejolak

Scott Bessent menegaskan, Departemen Keuangan AS siap mengambil langkah tambahan jika diperlukan, guna mendukung upaya Presiden Trump mengakhiri perang di Ukraina.

“Kami mendorong para sekutu untuk bergabung dan mematuhi sanksi ini,” ujarnya.

Kementerian Keuangan AS menilai, sanksi tersebut akan menghambat kemampuan pemerintah Rusia dalam mengumpulkan pendapatan dari ekspor minyak, yang selama ini digunakan untuk mendanai operasi militer di Ukraina.

Kebijakan baru itu juga langsung mengguncang pasar energi global. Investor khawatir sanksi terhadap dua perusahaan besar Rusia bisa mengganggu pasokan minyak dunia dan memicu lonjakan harga di pasar internasional.

Beberapa analis memperkirakan ketegangan geopolitik ini akan terus menekan stabilitas harga komoditas energi selama beberapa pekan ke depan.

Pertemuan Trump dan Putin Batal, Ketegangan Kian Meningkat

Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada NBC News keputusan untuk memperluas sanksi terhadap Rusia diambil setelah rencana pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin di Budapest batal terlaksana.

Kegagalan pertemuan tersebut dinilai memperburuk hubungan diplomatik antara Washington dan Moskow.

Langkah sanksi tambahan ini pun menjadi sinyal kuat bahwa AS ingin meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Rusia, sembari mendorong upaya gencatan senjata di Ukraina.

Kondisi geopolitik yang semakin panas itu membuat harga minyak dunia kembali berada dalam tren penguatan. Para pelaku pasar kini menunggu langkah lanjutan dari AS dan sekutunya, apakah sanksi tambahan akan kembali dijatuhkan dalam waktu dekat.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |