Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia melonjak tajam pada Rabu malam waktu AS (23/10/2025), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjatuhkan sanksi tambahan terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia, yakni Rosneft dan Lukoil.
Langkah ini diambil karena Washington menilai Moskow tidak menunjukkan komitmen serius untuk mengakhiri konflik bersenjata di Ukraina.
Dikutip dari CNBC, Kamis (23/10/2025), harga minyak mentah Brent, sebagai acuan global, naik USD 3,03 atau 4,94% menjadi USD 64,35 per barel. Sementara harga minyak mentah AS (WTI) menguat USD 1,40 atau 2,39% menjadi USD 59,90 per barel.
Sebelumnya, dalam sesi perdagangan reguler, Brent telah naik 2% ke USD 62,59 per barel, sedangkan WTI menguat 2,2% ke USD 58,50 per barel.
“Sekarang saatnya menghentikan pertumpahan darah dan memulai gencatan senjata segera,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent saat mengumumkan sanksi tersebut.
Sanksi Baru AS Bikin Pasar Energi Bergejolak
Scott Bessent menegaskan bahwa Departemen Keuangan AS siap mengambil langkah tambahan jika diperlukan, guna mendukung upaya Presiden Trump mengakhiri perang di Ukraina.
“Kami mendorong para sekutu untuk bergabung dan mematuhi sanksi ini,” ujarnya.
Kementerian Keuangan AS menilai, sanksi tersebut akan menghambat kemampuan pemerintah Rusia dalam mengumpulkan pendapatan dari ekspor minyak, yang selama ini digunakan untuk mendanai operasi militer di Ukraina.
Kebijakan baru itu juga langsung mengguncang pasar energi global. Investor khawatir sanksi terhadap dua perusahaan besar Rusia bisa mengganggu pasokan minyak dunia dan memicu lonjakan harga di pasar internasional.
Beberapa analis memperkirakan ketegangan geopolitik ini akan terus menekan stabilitas harga komoditas energi selama beberapa pekan ke depan.
Pertemuan Trump dan Putin Batal, Ketegangan Kian Meningkat
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada NBC News bahwa keputusan untuk memperluas sanksi terhadap Rusia diambil setelah rencana pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin di Budapest batal terlaksana.
Kegagalan pertemuan tersebut dinilai memperburuk hubungan diplomatik antara Washington dan Moskow.
Langkah sanksi tambahan ini pun menjadi sinyal kuat bahwa AS ingin meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Rusia, sembari mendorong upaya gencatan senjata di Ukraina.
Kondisi geopolitik yang semakin panas itu membuat harga minyak dunia kembali berada dalam tren penguatan. Para pelaku pasar kini menunggu langkah lanjutan dari AS dan sekutunya, apakah sanksi tambahan akan kembali dijatuhkan dalam waktu dekat.