Harga Minyak Dunia Melonjak 3% Imbas Perang Israel Iran

9 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia menunjukkan pergerakan yang dinamis dalam beberapa hari terakhir. Harga minyak mentah berjangka melonjak lebih dari 3% pada Minggu, 15 Juni 2025 waktu setempat. Kenaikan harga minyak dunia terjadi setelah Israel menyerang dua fasilitas gas alam di Iran.

Hal itu meningkatkan kekhawatiran perang Iran Israel akan meluas ke infrastruktur energi dan menganggu pasokan di wilayah tersebut.

Mengutip CNBC, Senin (16/6/2025), harga minyak mentah AS naik USD 2,72 atau 3,7% menjadi USD 75,67 per barel. Harga minyak Brent bertambah USD 3,67 atau 4,94% menjadi USD 77,90 per barel.

Kendaraan udara nirawak Israel menyerang ladang gas South Pars di Iran Selatan pada Sabtu pekan lalu, menurut laporan media pemerintah Iran. Serangan itu menghantam dua fasilitas pemrosesan gas alam.

Tidak jelas berapa banyak kerusakan yang terjadi pada fasilitas itu. South Pars adalah salah satu ladan gas alam terbesar di dunia. Israel juga menyerang depot minyak utama di dekat Teheran, demikian menurut sumber kepada The Jerusalem Post.

Sementara itu, rudal Iran merusak kilang minyak utama di Haifa, menurut the Times of Israel.

Harga minyak ditutup naik lebih dari 7% pada Jumat pekan lalu. Hal ini setelah Israel melancarkan gelombang serangan udara terhadap program rudal balistik dan nuklir Iran serta pimpinan militer seniornya.

Memasuki Hari Ketiga

Hal itu adalah pergerakan satu hari terbesar untuk pasar minyak sejak Maret 2022 setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina. Harga minyak mentah AS melonjak 13% pada pekan lalu.

Perang telah memasuki hari ketiga dengan sedikit tanda Israel atau Iran akan mundur, karena mereka saling beradu tembak rudal sepanjang akhir pekan.

Iran sedang mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz, kata seorang komandan senior pada Sabtu. Sekitar seperlima dari minyak dunia diangkut melalui selat itu dalam perjalanannya ke pasar global, menurut Goldman Sachs. Penutupan selat itu dapat mendorong harga minyak di atas USD 100 per barel, menurut Goldman.

Namun, beberapa analis skeptis Iran memiliki kemampuan untuk menutup selat itu.

"Saya mendengar penilaian bahwa akan sangat sulit bagi Iran untuk menutup Selat Hormuz, mengingat keberadaan Armada Kelima AS di Bahrain," ujar Global Head of Commodity Strategy RBC Capital Markets, Helima Croft, kepada CNBC pada Jumat pekan lalu.

"Namun, mereka dapat menargetkan kapal tanker di sana, mereka dapat menambang selat tersebut," ia menambahkan.

Faktor Pemicu Kenaikan Harga Minyak

Salah satu faktor utama yang memicu kenaikan harga minyak adalah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Iran. Serangan terhadap fasilitas energi di Iran memicu kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan minyak global.

Kekhawatiran ini mendorong para investor untuk meningkatkan pembelian minyak, sehingga mendorong harga naik. Pasar minyak sangat rentan terhadap sentimen geopolitik, dan setiap eskalasi konflik dapat memicu reaksi yang signifikan.Demikian mengutip dari berbagai sumber, Senin (16/6/2025).

Selain faktor geopolitik, kondisi ekonomi global dan dinamika penawaran dan permintaan juga turut mempengaruhi harga minyak. Perubahan dalam pertumbuhan ekonomi global dan kebijakan produksi minyak oleh negara-negara produsen dapat berdampak besar pada harga.

AS Memperingatkan Iran

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Israel telah mengambil tindakan sepihak terhadap Iran tanpa dukungan AS. Rubio memperingatkan Iran agar tidak menargetkan kepentingan AS di kawasan itu.

"Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan itu," kata Rubio dalam sebuah pernyataan.

"Israel memberi tahu kami bahwa mereka yakin tindakan ini diperlukan untuk membela diri," demikian mengutip CNBC.

Presiden Donald Trump mengatakan Iran membayar harga karena gagal membuat kesepakatan mengenai program nuklirnya sesuai batas waktu 60 hari.

"Mereka seharusnya melakukannya!" kata Trump dalam sebuah unggahan di platform media sosialnya Truth Social.

"Hari ini adalah hari ke-61. Saya memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan, tetapi mereka tidak bisa melakukannya. Sekarang mereka mungkin punya kesempatan kedua!"

Apa yang Terjadi dengan Harga Minyak?

Pasar minyak berisiko mengalami gangguan pasokan dari Teheran dan pemain regional lainnya yang dapat terseret ke dalam konflik. Dalam Laporan Pasar Minyak Bulanan OPEC edisi Mei, produksi minyak Iran mencapai 3,305 juta barel per hari pada April.

Badan Energi Internasional (IEA), yang awalnya dibentuk untuk menanggapi guncangan minyak global, pada hari Jumat mengatakan bahwa mereka memiliki 1,2 miliar barel stok darurat yang tersedia dalam sistem keamanannya.

Presiden Lipow Oil Associates Andy Lipow mengatakan, investor minyak kini khawatir Iran akan membalas dengan menyerang target Israel atau AS, yang akan menyebabkan eskalasi militer besar-besaran dan potensi gangguan pasokan minyak.

“Iran tahu betul bahwa Presiden Donald Trump berfokus pada harga energi yang lebih rendah,” kata Lipow kepada CNBC.

Ia menambahkan bahwa tindakan Iran yang memengaruhi pasokan minyak Timur Tengah dan akibatnya menaikkan harga bensin dan solar bagi warga Amerika secara politis merugikan presiden AS.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |