Harga Emas Hari Ini: Antara Gejolak Geopolitik dan Kebijakan The Fed

2 weeks ago 17

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia memulai pekan dalam mode menunggu, bergerak terbatas di rentang yang sempit. Para investor dan pelaku pasar tengah mencerna agenda geopolitik dan moneter yang padat. Kondisi ini membuat harga emas bertahan di area USD 3.330 pada Senin (18/8/2025), nyaris tanpa perubahan.

Perhatian utama tertuju pada pertemuan penting di Washington antara Presiden AS Donald Trump, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, dan para pemimpin Eropa. Spekulasi gencatan senjata yang muncul setelah pertemuan Trump-Putin pekan lalu sempat mengurangi minat terhadap aset safe-haven, namun belum cukup kuat untuk membalikkan tren secara meyakinkan.

Analis Dupoin Futures IndonesiaAndy Nugraha menjelaskan, grafik candlestick dan Moving Average menunjukkan bahwa tekanan bearish pada harga emas mulai melemah.

"Ini menandakan bahwa penjualan tidak lagi seagresif sebelumnya, meskipun dominasi pembeli (bulls) juga belum terkonfirmasi," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (19/8/2025).

Andy menekankan dua level penting yang harus diperhatikan. Jika tekanan turun kembali mengemuka, support terdekat berada di sekitar USD 3.313.

"Sebaliknya, jika terjadi koreksi naik, hambatan awal diproyeksikan di zona USD 3.357," jelas dia. 

Selama harga masih berada di antara dua batas ini, setiap kenaikan yang terjadi kemungkinan besar hanya bersifat teknikal sebagai "napas" dalam konsolidasi, bukan sinyal pembalikan tren yang berkelanjutan.

Faktor Fundamental: Menanti Sinyal dari Bank Sentral

Di sisi fundamental, pergerakan harga emas sangat dipengaruhi oleh jadwal bank sentral yang penting. Saat ini, XAU/USD terkonsolidasi dalam rentang $3.320–$3.360 selagi pelaku pasar menantikan Risalah Rapat The Fed dan pidato Ketua Jerome Powell di simposium Jackson Hole.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga pada September masih tinggi, meskipun peluang pemotongan 50 basis poin yang sempat menguat kini telah memudar. Di sisi lain, data Indeks Harga Produsen (PPI) Juli yang lebih kuat dari perkiraan membuat sebagian pasar mengantisipasi nada hati-hati dari The Fed.

Probabilitas pemangkasan 25 basis poin pada September, menurut data Prime Market Terminal, berada di kisaran 82%. Angka ini cukup untuk menopang harga emas, tetapi tetap membuka risiko “sell the rally” jika imbal hasil obligasi AS berbalik naik.

Kondisi Pasar dan Skenario ke Depan

Faktor pasar uang juga mendukung narasi tersebut. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun naik tipis ke 4,335%, sementara real yield naik menuju 1,955%. Kombinasi ini cenderung membatasi kenaikan harga emas.

Selain itu, Indeks Dolar AS (DXY) juga menguat 0,31% ke 98,14, yang membuat harga emas tertahan di bawah level psikologis USD 3.360.

Dari sisi geopolitik, optimisme atas gencatan senjata Ukraina-Rusia dapat menggeser dana dari aset aman ke aset berisiko. Namun, kegagalan diplomatik bisa dengan cepat mengembalikan premi safe-haven pada emas.

Andy menggarisbawahi dua skenario utama yang mungkin terjadi:

  • Skenario Utama: Konsolidasi defensif dengan risiko harga turun ke USD 3.313. Ini terjadi jika data ekonomi AS yang akan datang (PPI, penjualan ritel, klaim pengangguran) memperkuat dolar AS atau mendorong imbal hasil naik.
  • Skenario Alternatif: Pantulan teknikal menuju USD 3.357. Skenario ini terjadi jika komentar dari The Fed bersifat dovish atau jika sinyal kemajuan diplomatik melemah.

"Konfirmasi arah baru memerlukan breakout bersih di luar rentang pendek ini, idealnya disertai momentum dan volume," ujar Andy.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |