Harga Beras Naik Padahal Stok Cetak Rekor, Ada Apa?

2 weeks ago 12

Liputan6.com, Jakarta Muncul menyoroti fenomena kontradiktif di pasar beras nasional. Di satu sisi, Indonesia mencatat sejarah dengan capaian stok beras nasional yang sangat melimpah. Namun, pada saat bersamaan, harga beras justru mengalami kenaikan yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

“Stok beras kita mencetak sejarah, tetapi ada kontradiksi ketika harga tetap naik. Stok yang melimpah itu tidak boleh hanya menjadi angka di gudang, melainkan harus segera digelontorkan ke pasar untuk menekan harga,” tegas Anggota Komisi VI DPR M. Sarmuji, Jumat (22/8/2025).

Menurutnya, pemerintah bersama Bulog harus lebih agresif dalam memastikan distribusi beras dari gudang ke pasar berjalan cepat, tepat, dan merata. Mekanisme operasi pasar perlu diperluas, terutama ke wilayah-wilayah dengan tren harga tinggi, agar cadangan beras nasional benar-benar memberi dampak positif pada stabilitas harga.

“Ketersediaan pangan adalah satu hal, keterjangkauan harga adalah hal lain. Keduanya harus berjalan seiring agar masyarakat terlindungi,” ujarnya.

“Kuncinya ada di percepatan distribusi. Jangan sampai rekor cadangan pangan ini hanya tercatat di laporan, tapi rakyat masih menjerit karena harga beras tinggi. Bulog punya kapasitas dan instrumen, tinggal dipercepat dan dimaksimalkan,” kata dia.

Cadangan Beras Terbesar

Dengan cadangan beras terbesar sepanjang sejarah ini, menurut Sekretaris Jenderal Partai Golkar itu, pemerintah punya peluang emas untuk menunjukkan keseriusan dalam menjaga stabilitas pangan.

“Momentum ini harus dimanfaatkan. Jangan biarkan masyarakat bingung dengan ironi: beras melimpah di gudang, tapi mahal di pasar,” pungkas.

Merujuk data Perum Bulog, stok beras nasional Indonesia mencapai 4.251.259 ton, terdiri dari cadangan pemerintah sekitar 4.237.120 ton ditambah stok komersial sekitar 14.139 ton. Angka ini merupakan capaian tertinggi dalam sejarah Bulog sejak didirikan pada tahun 1969, dan mencetak rekor cadangan pangan nasional. 

Bos Bulog Wajibkan Setiap Gudang Jual 5 Ton Beras Tiap Hari, Ini Alasannya

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani mewajibkan setiap gudang untuk menjual 5 ton beras tiap hari sebagai strategi untuk mempercepat penyaluran beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

“Kami wajibkan setiap gudang itu menjual minimal 5 ton beras setiap hari di setiap gudang,” ucap Rizal dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV yang membidangi pertanian di Senayan, dikutip dari Antara, Kamis (21/8/2025).

Rizal mendorong setiap gudang untuk merealisasikan hal tersebut, baik dengan cara berjualan beras di depan gudang maupun berkeliling pasar untuk menjajakan beras.

Menurut Rizal, langkah tersebut merupakan “operasi pasar” yang dilakukan oleh gudang Bulog, dalam rangka menstabilkan harga beras di pasaran.

“Baik jualan di depan gudang maupun keliling di masing-masing pasar atau di tempat keramaian, ini kami wajibkan,” ujar Rizal menegaskan.

Rizal menyampaikan langkah percepatan penyaluran SPHP diperlukan, sebab sepanjang 2025, SPHP baru tersalurkan 230.945 ton, dari target penyaluran SPHP sebesar 1,5 juta ton.

Strategi Pemasaran

Dengan demikian, pemerintah harus segera menyalurkan 1,269 juta ton beras SPHP untuk merealisasikan targetnya. Selain mewajibkan setiap gudang menjual 5 ton beras per hari, Rizal juga mengimplementasikan program canvassing oleh seluruh karyawan Bulog.

Canvassing adalah strategi pemasaran yang melibatkan pendekatan langsung kepada calon pelanggan untuk mempromosikan atau menjual produk.

“Yang jual di pasar, pengecer-pengecer (beras) banyak yang sudah sepuh. Rata-rata mereka kurang mahir menggunakan hp, sehingga perlu pendekatan langsung oleh anggota Bulog ke pasar tradisional,” kata Rizal.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |