Ekonomi Global Tak Pasti, Wamendag Jagokan Perjanjian Dagang dengan Negara Lain

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Dyah Roro Esti menyadari kondisi ekonomi global yang dirundung ketidakpastian. Untuk itu, dia menggencarkan perjanjian dagang dengan negara lain.

Roro menyampaikan kondisi ketidakpastian ini dihadapi oleh hampir semua negara di dunia. Seperti diketahui, tensi geopolitik global tengah memanas dengan adanya konflik antara Iran dan Israel.

"Memang kondisi geopolitik kita yang tidak menentu dengan berbagai macam hal yang terjadi di dunia saat ini. Saya rasa kita semua dalam posisi yang sama, negara-negara dalam menghadapi berbagai macam tantangan," ungkap Roro dalam Peluncuran Laporan Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan Indonesia 2025, di Auditorium CSIS, Jakarta, Jumat (20/6/2025).

Meski begitu, dia turut andil dalam mencari solusi terbaik untuk menjaga ekonomi nasional. Pada konteks hubungan internasional, Roro menegaskan posisi Indonesia sebagai negara non blok yang membuka peluang kerja sama dengan banyak negara.

"Tapi yang satu hal yang menurut saya di mana negara Indonesia juga berupaya untuk mencarikan solusi maupun jalan keluar adalah untuk memperbaiki bukan hanya status kita sebagai non blok tetapi juga hubungan kita, bagaimana kita memperbaiki, mempertaruhkan hubungan kita dengan negara-negara sahabat kita," tuturnya.

"Ketika kita berbicara mengenai meningkatkan kualitas dari hubungan bilateral tersebut, we are not only talking about trade itself. Tentu perdagangan ini merupakan salah satu fondasi ketika berbicara mengenai meningkatkan kualitas dari hubungan bilateral," imbuh Roro.

Perkuat Pasar Internasional

Roro menjelaskan, salah satu upayanya adalah memperkuat perjanjian dagang internasional. Ada beberapa yang sedang berproses, seperti Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-CA CEPA).

Dia berharap, perjanjian ekonomi komprehensif ini bisa rampung pada 2025 ini. "Ada beberapa agreement yang kita harapkan kerasung tahun ini, termasuk yang dengan Indonesia-Canada CEPA, hopefully 2025, lalu kemudian Indonesia-EU CEPA itu juga sedang berproses," terangnya.

"Tapi pada intinya adalah kembali lagi, di tengah kondisi global kita tetap berupaya untuk mencarikan jalan keluar bagaimana perlindungan bilateral dengan beberapa negara tersebut itu semakin kita kuatkan lagi," tegas Roro.

Waspada Ekonomi Melambat

Diberitakan sebelumnya, dentuman konflik Iran dan Irael mengguncang fondasi perekonomian global yang selama ini sudah rapuh. Dampaknya tidak hanya terasa di wilayah Timur Tengah, tetapi menjalar hingga ke Indonesia dan berbagai negara lainnya yang terhubung dalam sistem ekonomi dunia.

Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengingatkan bahwa Indonesia menghadapi ancaman serius akibat gejolak ini. Dia menuturkan, provokasi Israel bukan hanya peristiwa besar yang sulit diprediksi akhirnya, tetapi juga pemicu dari krisis pertumbuhan ekonomi global yang nyata.

"Bagi Indonesia, sebagai bagian tak terpisahkan dari perekonomian global, badai ini datang pada saat yang tidak tepat. Kita sedang berjuang untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi yang menantang," kata Achmad kepada Liputan6.com, Selasa (17/6/2025).

Proyeksi Ekonomi RI

Di mana proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 sudah berada di level 4,7% dan diprediksi akan mencapai 4,5% dan sulit melampaui angka ini, bahkan cenderung menurun ke level 4,0%.

Ia menjelaskan proyeksi tersebut sudah menantang sejak awal, mengingat tekanan inflasi global dan proses pemulihan ekonomi pasca-pandemi yang belum sepenuhnya stabil. Kini, dengan meletusnya konflik di Timur Tengah, tekanan itu bertambah berat.

"Jika investasi asing langsung (FDI) yang menjadi motor penggerak pertumbuhan tersendat karena ketidakpastian global yang meningkat dan investor memilih menunda ekspansi, maka lapangan kerja yang bisa tercipta akan berkurang," jelasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |