Dari Perut Bumi ke Masa Depan Teknologi: Potensi Logam Tanah Jarang Indonesia yang Jadi Rebutan

3 weeks ago 22

Liputan6.com, Jakarta Logam Tanah Jarang atau Rare Rarth Elements (REE) mungkin masih jarang terdengar di telinga sebagian besar masyarakat. Namun komoditas ini ternyata menyimpan banyak kegunaan yang menjadikannya mineral langka yang diincar banyak negara.

Dalam buku yang berjudul Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia (2019) yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM, logam tanah jarang diklasifikasikan sebagai salah satu mineral strategis dan termasuk dalam kategori "critical mineral" yang terdiri dari 17 unsur kimia. Publikasi ini menjadi acuan penting bagi para peneliti dan industri dalam memahami potensi logam tanah jarang di Indonesia.

Ketujuh belas unsur kimia tersebut mencakup scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y). Masing-masing unsur ini memiliki karakteristik unik dan aplikasi spesifik dalam berbagai industri teknologi tinggi.

Meskipun begitu, elemen-elemen ini sangat menantang untuk diekstraksi karena konsentrasinya yang tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini memiliki banyak kemiripan karakteristik dan umumnya ditemukan bersama-sama dalam satu deposit secara geologis. Hal ini menyebabkan proses pemisahan dan pemurnian logam tanah jarang menjadi kompleks dan mahal.

Beberapa mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel. Yang menarik, logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara. Penemuan ini membuka peluang baru untuk eksplorasi dan ekstraksi logam tanah jarang dari sumber-sumber yang sebelumnya kurang diperhatikan.

Kegunaan Logam Tanah Jarang 

Dikutip dari DW Indonesia, kelompok logam tanah jarang (LTJ) mengandung 17 elemen kimia yang memainkan peran kecil namun begitu signifikan untuk berbagai teknologi modern. 

Ponsel pintar, televisi digital berlayar datar, kamera digital, hingga lampu LED—semuanya bergantung pada elemen logam tanah jarang ini. Logam tanah jarang punya andil besar dalam pembuatan magnet permanen.

Magnet permanen dari logam tanah jarang ini dapat mempertahankan sifat magnetiknya selama puluhan tahun. Magnet ini kuat dan bisa dibuat lebih kecil dan ringan dibandingkan magnet alternatif yang terbuat dari material lain. Itulah mengapa komponen ini sangat penting dalam pengembangan kendaraan listrik dan turbin angin.

Kegunaan logam tanah jarang atau Rare Rarth Elements (REE) tidak sebatas pada teknologi digital tapi juga pada teknologi pertahanan, mulai dari jet tempur, kapal selam, hingga sistem pelacak laser.

Nilai strategis LTJ dari sisi ekonomi dan pertahanan, menjadikannya sangat berharga. Dua unsur tanah jarang yang paling penting untuk pembuatan magnet permanen, adalah neodymium(Nd) dan praseodymium(Pr). Harganya dibandrol seharga EUR 55 (sekitar satu juta rupiah) per kilogram. Sementara itu, unsur kimia lain pada LTJ yaitu terbium(Tb) bisa mencapai harga hingga EUR 850 (16 juta rupiah) per kilogram.

Asal Logam Tanah Jarang

Meskipun disebut "jarang", unsur tanah jarang sebenarnya cukup melimpah di lapisan bumi. Tantangannya adalah menemukan lokasi dengan kandungan LTJ yang tinggi untuk ditambang dan diekstrasi, sehingga menguntungkan secara finansial.

Menurut US Geological Survey, sekitar 70% pasokan global unsur tanah jarang saat ini ditambang di utara Cina, di tambang Bayan Obi. Tambang ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tambang mineral besar dunia yang terletak di Gunung Weld, Australia, atau Kvanefjeld, Greenland.

Setelah ditambang, unsur logam tanah jarang harus melalui proses pemisahan dan pemurnian yang kompleks agar bisa digunakan. Proses lanjutan ini sebagian besar juga dilakukan di Cina, menjadikan negara tersebut tidak hanya sebagai pemasok utama logam tanah jarang, tetapi juga produsen utama magnet berbasis berbahan dasar logam tanah jarang.

Monopoli unsur tanah jarang tertentu terasa makin kuat. Unsur tanah jarang dikelompokkan menjadi tiga kategori, berdasar berat atom yang dimilikinya: ringan, sedang, dan berat. Unsur ringan umumnya lebih mudah ditemukan dan kurang bernilai ekonomis, kecuali neodymium dan praseodymium. Sekitar 80–100% pasokan tanah jarang ringan Uni Eropa berasal dari Cina. Untuk tanah jarang kategori berat, yang sulit ditemukan dan sulit diproses, UE sepenuhnya bergantung pada Cina.

Alasan Disebut Tanah Jarang

Komoditas ini diberi nama logam tanah jarang berdasarkan anggapan awal bahwa keberadaannya langka di alam. Namun faktanya, LTJ ini berlimpah, bahkan melebihi beberapa unsur lain dalam kerak bumi.

Ironisnya, meskipun berlimpah, proses ekstraksi dan pemurniannya yang rumit membuat logam tanah jarang tetap menjadi komoditas yang berharga.

Terlepas dari tantangan dalam ekstraksinya, sumber daya logam tanah jarang ini sangat diminati oleh berbagai pihak. "Harta karun" ini memiliki beragam manfaat dan menjadi bahan baku esensial untuk berbagai peralatan berteknologi modern, termasuk baterai, telepon seluler, komputer, dan industri elektronika.

Selain itu, logam tanah jarang juga krusial dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB).

Lebih jauh lagi, logam tanah jarang menjadi komponen vital dalam industri pertahanan dan pengembangan kendaraan listrik, menunjukkan perannya yang semakin penting dalam transisi menuju teknologi yang lebih bersih dan efisien.

Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan potensi sumber daya logam tanah jarang yang besar. Hal ini diakui Presiden Prabowo Subianto dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-1 Tahun Sidang 2025/2026 dan Penyampaian RAPBN Tahun Anggaran 2026 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (15/8/2025).

"Alhamdulillah yang Maha Kuasa telah memberi karunia kepada kita memiliki mineral-mineral yang disebut tanah jarang rare earth. Kita memiliki semua rare earth yang ada di dunia," jelas dia.

Saat ini, kata Prabowo, sumber daya logam tanah jarang ini sangat penting untuk menciptakan teknologi tinggi bagi kehidupan modern. 

"Rare earth ini vital untuk teknologi tinggi untuk kehidupan modern dan pertahanan modern. Kita harus menciptakan manusia yang unggul agar semua sumber daya alam kita bisa kita manfaatkan secepatnya," tegas dia.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto secara gamblang memperlihatkan potensi Logam Tanah Jarang (LTJ) yang dimiliki Indonesia, sebagai komoditas mineral yang banyak diperebutkan oleh berbagai negara.

Brian mengungkapkan, Indonesia punya cukup banyak kandungan LTJ dengan nilai sangat tinggi di beberapa wilayah, seperti Bangka Belitung dan Mamuju, Sulawesi Barat.

"Di beberapa by product atau produk samping dari pengolahan mineral yang saat ini ada, seperti di Bangka Belitung, Mamuju, Sulawesi itu juga mengandung banyak," ungkap Brian.

Menurut dia, beberapa perguruan tinggi telah melakukan penelitian untuk menghitung cadangan Logam Tanah Jarang di Indonesia. Penelitian itu juga dilakukan untuk mengkaji proses pemurnian terhadap komoditas mineral tersebut.

Dikatakan Brian, proses pemurnian LTJ membutuhkan teknologi tinggi. Beberapa negara pun telah pasang mata pada LTJ. Semisal China, yang menjadikan komoditas tersebut sebagai salah satu senjata untuk bernegosiasi tarif dengan Amerika Serikat.

"Dan kita ternyata punya cukup banyak. Harapannya, penelitian di berbagai perguruan tinggi kita bisa lakukan percepatan hilirisasi. Sehingga LTJ bisa kita murnikan dan menjadi komoditas yang bisa menambah pendapatan negara," tuturnya.

Keuntungan Buat Indonesia

Lantas, keuntungan apa yang bisa didapat Indonesia dengan memiliki potensi sumber daya logam tanah jarang?

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi tak memungkiri, bahwa secara geologis Indonesia diberkahi keuntungan berupa logam tanah jarang. Sayangnya, keuntungan ekonomi daripadanya belum bisa dibuktikan, lantaran pemerintah maupun investor belum pernah melakukan eksplorasi terkait itu di Tanah Air.

"Karena secara teknis itu juga sulit dalam melakukan eksplorasi. Hingga sampai kita merdeka 80 tahun ini, kita belum pernah memanfaatkan logam tanah jarang tadi," kata Fahmy Radhi kepada Liputan6.com.

Menurut dia, komoditas mineral itu punya beberapa keuntungan sebagai komponen produk, semisal untuk telepon genggam alias handphone. Namun dalam konteks ini, logam tanah jarang hanya berfungsi sebagai komponen pendukung, bukan komponen utama.

"Nah, tapi kalau itu digunakan pun juga tidak begitu banyak komponen yang digunakan tadi. Karena eksplorasinya itu sulit, butuh suatu teknologi dan butuh investasi yang besar tadi. Hingga masih jarang itu dieksplorasi," ungkapnya.

"Beda dengan nikel misalnya, itu kan komponen utama. Tapi untuk tanah jarang tadi itu hanya sebagai bagian dari suatu produk tadi. Bahkan yang digunakan itu, itu juga tidak mempengaruhi kualitas produk, artinya ada substitusi lain yang bisa digunakan," kata dia seraya memberikan contoh.

Senjata China Nego Amerika Serikat

Di sisi lain, China telah memakai logam tanah jarang sebagai salah satu alat negosiasi untuk merundingkan ketentuan tarif impor oleh Amerika Serikat. Fahmy menilai, itu jadi salah satu bentuk strategi China untuk lebih melakukan eksplorasi terhadap LTJ.

Khususnya di Indonesia yang secara geologis punya keuntungan, tapi belum terbukti secara ekonomis.

"Amerika sebagai suatu negara industri yang menghasilkan berbagai produk memang dia membutuhkan komponen dari logam tanah jarang tadi. Sehingga itu ditawarkan, barangkali sekaligus menarik apakah Amerika tertarik untuk melakukan eksplorasi di Indonesia. Itu konteksnya kali ya," tuturnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |