Dari Dapur ke Ritel Modern, Kisah Para UMKM Alumni Kemendag

2 weeks ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Program Penguatan Branding dan Kemasan yang digagas Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus menunjukkan hasil nyata. Sejumlah pelaku UMKM pangan yang menjadi alumni program pada 2024 kini berhasil menembus pasar ritel modern, toko oleh-oleh bandara, hingga merambah jaringan minimarket nasional.

Kisah inspiratif para alumni ditampilkan dalam acara peluncuran program tahun ini, di Auditorium Kemendag, Jakarta, Rabu (20/8/2025). Dari cerita pelaku UMKM, terlihat bagaimana pendampingan branding mampu mengubah wajah UMKM, dari yang semula hanya memasarkan produk sederhana, kini menjadi brand yang percaya diri bersaing dengan produk besar.

Selain soal kemasan dan branding, pemerintah juga memperhatikan aspek keamanan pangan agar produk UMKM bisa diterima pasar internasional.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan produk bebas dari kontaminasi, seperti kasus tuduhan cemaran Cesium-137 pada udang beku ke Amerika Serikat (AS).

“Standar pangan global sangat tinggi. Karena itu, kita terus evaluasi agar UMKM kita tidak hanya menarik dari sisi kemasan, tapi juga memenuhi standar keamanan internasional,” tegas Mendag.

Testimoni Para Alumni Program Kemendag

Dari Minder Jadi Percaya Diri

Salah satu peserta alumni, pemilik Menisku Cookies, mengaku sempat minder karena produknya tidak dilirik konsumen. “Dulu saya merasa kesulitan memperluas pasar. Produk saya kalah saing karena kemasan sederhana,” ungkapnya dalam testimoni.

Namun, setelah mendapatkan bimbingan branding, produknya tampil dengan identitas baru: cookies sehat berbahan whey protein yang diposisikan untuk gaya hidup modern. “Setelah mengikuti program ini, saya makin percaya diri. Produk saya kini sudah masuk JS Fresh, Ramayana, hingga toko oleh-oleh Bandara Soekarno-Hatta,” ujarnya bangga.

Cerita serupa datang dari Whiz Abon Ayam yang kini dikenal dengan tagline “Let’s Whiz It!”. Brand ini memosisikan diri sebagai abon ayam sehat berbahan daging asli, menyasar konsumen urban modern. “Tagline ini bukan sekadar kata, tapi mencerminkan kepraktisan dan kesenangan dalam mengonsumsi produk kami,” jelas pemilik Whiz.

Sementara itu, Peyek den Bagus, produsen rempeyek premium, mengangkat kekayaan rempah Nusantara sebagai identitas merek. Dengan slogan baru “Camilannya Para Bangsawan”, produk ini berhasil menembus segmen pasar premium.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Isy Karim, menegaskan bahwa branding merupakan kunci utama agar produk UMKM naik kelas. “Branding bukan sekadar logo. Bagi UMKM, branding adalah identitas, kepercayaan, dan kunci membuka pasar yang lebih luas,” ujarnya.

Menurutnya, hasil yang dicapai para alumni membuktikan bahwa pendampingan intensif mampu meningkatkan daya saing UMKM, baik dari sisi citra maupun pemasaran. “Kemasan dan branding yang kuat membuat produk UMKM lebih diterima konsumen, baik di dalam negeri maupun pasar global,” tambahnya.

Dukungan Ritel Modern dan Potensi Ekspor

Menteri Perdagangan, Budi Santoso, menambahkan - alumni program tidak hanya mendapat pelatihan desain dan identitas merek, tetapi juga akses langsung ke jaringan ritel modern. Melalui pola kemitraan dengan HIPINDO, Hero Supermarket, dan berbagai jaringan ritel, produk UMKM difasilitasi untuk masuk pasar.

“Bahkan, banyak alumni program tahun lalu yang sudah tembus ke FamilyMart dan toko oleh-oleh bandara. Ini bukti nyata bahwa UMKM kita bisa naik kelas dengan kemasan dan branding yang tepat,” kata Mendag.

Menteri Perdagangan menambahkan, program branding dan kemasan sejatinya tidak hanya bertujuan menembus pasar dalam negeri, tetapi juga membuka akses ekspor.

"Begitu produk UMKM kita masuk ritel modern, artinya sudah siap ekspor. Karena standar ritel modern setara dengan permintaan buyer global," kata Mendag.

Transaksi hingga Juni 2025

Bahkan, melalui program UMKM Bisa Ekspor yang difasilitasi Kemendag, transaksi Januari–Juni 2025 sudah mencapai USD 90,4 juta atau setara Rp 1,4 triliun. Yang menarik, 70 persen UMKM yang terlibat sebelumnya belum pernah ekspor dan hanya bertemu buyer secara online.

Ketua Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPINDO), Budi Harjo Iduansjah optimistis terhadap keberhasilan UMKM masuk ritel modern dan pasar ekspor akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

"Dengan produk UMKM semakin diterima, belanja masyarakat berputar di dalam negeri. Ini bisa mendorong target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen,” ujar Budi Harjo.

Kemendag juga membuka peluang ekspor bagi UMKM. Melalui program UMKM Bisa Ekspor, produk alumni diberi kesempatan tampil di Trade Expo Indonesia Oktober mendatang yang akan dihadiri 2.000 buyer mancanegara.

Diharapkan jadi Motivasi

Cerita sukses alumni diharapkan menjadi motivasi bagi 300 UMKM pangan terpilih yang mengikuti program tahun ini. Para peserta akan menjalani tahapan kurasi, pelatihan branding, hingga pendampingan lanjutan.

“Pendampingan ini bukan sekadar desain. Di balik kemasan menarik, ada identitas brand yang kuat, strategi komunikasi, hingga narasi produk yang membuat konsumen percaya. Itulah yang membedakan UMKM yang siap bersaing,” tegas Mendag.

Dengan semangat “dari dapur ke ritel modern”, pemerintah optimistis semakin banyak UMKM pangan yang mampu naik kelas, tidak hanya juara di dalam negeri, tetapi juga bersaing sebagai brand Indonesia di pasar global.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |