Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Danantara sebagai sovereign wealth fund (SWF) baru di Indonesia memunculkan harapan baru terhadap peningkatan valuasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di mata investor.
Dengan struktur yang melibatkan ratusan BUMN, Danantara diharapkan mampu menjadi katalis perbaikan kinerja dan efisiensi aset-aset negara, layaknya Temasek di Singapura atau Khazanah Nasional di Malaysia.
"Kalau berkaca dari yang sudah ada, peran SWF itu menciptakan nilai tambah dengan menjadi kurator asset. Di mana aset BUMN yang selama ini kurang produktif, bisa dikemas menjadi lebih strategis lewat Danantara," ujar Senior Analyst of Creative Trading System, Joseph Gabetua kepada Liputan6.com, Selasa (29/4/2025).
Joseph menekankan langkah awal yang dapat dilakukan Danantara adalah meningkatkan Return on Asset (RoA), mengingat nilai dividen BUMN dibandingkan dengan asetnya masih sangat rendah, yaitu di bawah 1%. Meski melibatkan 844 BUMN terdengar kompleks, potensi efisiensi tetap terbuka jika Danantara mampu memilih fokus yang tepat.
"Melibatkan 844 BUMN memang terdengar sangat kompleks, tapi kalau fokusnya hanya pada aset yang produktif (kurator asset), harusnya membuat Danantara jadi lebih lincah," tambahnya.
Menurut Joseph, jika hasil dividen yang dipakai untuk investasi malah kembali dipakai untuk melakukan bailout pada BUMN yang kurang produktif, kemungkinan hasilnya tidak akan berbeda dengan yang ada selama ini. Di sisi lain, Joseph juga menyoroti pentingnya prioritas sektor dalam kebijakan Danantara.
Menurut diasektor padat karya dengan efek berganda (multiplier effect) tinggi seharusnya mendapat perhatian utama. "Kalo melihat bahwa ide awal Danantara sebagai economic activator, maka sektor-sektor yang padat karya dan punya multiplier effect yang lebih panjang, harus menjadi prioritas," ujar dia.
Tata Kelola Jadi Perhatian
Meski demikian, risiko tata kelola (governance) menjadi sorotan utama yang perlu diperhatikan oleh investor. Joseph menuturkan, perbaikan indikator keuangan akan menjadi kunci untuk meraih kepercayaan publik dan investor global, sebagaimana terjadi pada peningkatan apresiasi terhadap peran Bank Indonesia melalui teknologi QRIS.
"Resiko yang mungkin dihadapi jelas good governance. Bukan bermaksud mengungkit yang sudah-sudah, tapi jelas kasus unclean sudah sering terdengar ke publik," jelasnya.
Dari sisi strategi investasi, ia menilai kehadiran Danantara bisa menjadi katalis positif, terutama untuk saham-saham BUMN. Joseph mencontohkan strategi Temasek yang lebih dahulu membenahi BUMN domestik sebelum merambah ke sektor lain, sebagai alasan kuat agar investor asing mau menanamkan modal di Indonesia.
"Sebenarnya untuk saham-saham yang masuk Danantara, ini bisa menjadi katalis positif. Ingat bahwa Danantara mengatakan siap menjadi liquidity provider. So far paling masuk akal harus mulai dari saham BUMN dulu," kata dia.
Beri Sinyal Positif Jadi Liquidity Provider Bursa, Danantara Bakal Jadi Penyangga IHSG
Dengan sokongan investasi sebesar USD 2 miliar dari Qatar, kehadiran Danantara diyakini mampu memberikan dampak signifikan terhadap stabilitas dan kedalaman pasar keuangan nasional.
Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian, keberadaan institusi domestik yang mampu menyuntikkan likuiditas dalam skala besar sangat dibutuhkan. Danantara hadir dengan kapasitas tersebut, dan bahkan diharapkan mampu menjadi jangkar bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, kehadiran Danantara tidak hanya dipandang sebagai sumber likuiditas baru, tetapi juga sebagai jangkar stabilitas bagi IHSG, khususnya saat pasar menghadapi gejolak.
"Dengan kapasitas dana yang besar dan dukungan politik yang kuat, Danantara bisa meredam volatilitas, menjaga kepercayaan investor, serta menopang pertumbuhan indeks lewat strategi investasi jangka panjang yang terukur," kata Hendra dalam keterangan yang diterima Liputan6.com.
Lebih dari sekadar stabilisator, Danantara juga digadang-gadang dapat mengurangi ketergantungan pasar terhadap investor asing. Selama ini, dominasi asing di saham-saham unggulan membuat IHSG kerap terombang-ambing oleh arus dana global yang sulit diprediksi.
Ciptakan Keseimbangan Baru
Keberadaan investor institusi domestik yang kuat seperti Danantara dapat mengisi celah tersebut, menciptakan keseimbangan baru yang lebih tahan terhadap tekanan eksternal. Langkah ini juga sejalan dengan strategi jangka panjang pemerintah untuk memperkuat basis investor lokal.
“Walau belum dapat sepenuhnya menggantikan peran asing, Danantara mampu berperan sebagai penyangga pasar di saat aksi jual asing membanjir, sehingga pasar tak mudah terguncang," imbuh Hendra.
Selain peran jangka pendek sebagai penyerap gejolak, kehadiran Danantara juga membawa harapan baru bagi penguatan struktur ekonomi dalam negeri. Bila dikelola dengan cermat, dana ini bisa diarahkan ke sektor-sektor produktif dan strategis yang selama ini kekurangan pembiayaan jangka panjang.
Sektor seperti energi terbarukan, teknologi, pangan, dan manufaktur nasional bisa menjadi sasaran investasi yang tepat, sekaligus membuka jalan bagi lahirnya emiten-emiten baru dan instrumen pasar yang lebih dalam serta terdiversifikasi.
Secara makro, Hendra menilai kehadiran Danantara menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia serius membangun ekosistem investasi domestik yang tangguh, apalagi jika alokasi dana difokuskan pada sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, teknologi, pangan, hingga manufaktur nasional.
"Efek dominonya bisa sangat besar: memperkuat emiten lokal, menarik lebih banyak investor institusi domestik, hingga mendorong lahirnya instrumen pasar baru yang lebih dalam dan terdiversifikasi,” jelas Hendra.
Perlu Tata Kelola yang Transparan
Namun, keberhasilan rencana ini tidak akan terwujud tanpa manajemen yang profesional. Risiko kesalahan pengelolaan, apalagi jika disertai intervensi politik, justru bisa menciptakan distorsi pasar dan merusak kepercayaan investor.
Karena itu, penting bagi pemerintah dan regulator untuk memastikan bahwa tata kelola Danantara berada di jalur yang transparan dan akuntabel. Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan manajer investasi yang kompeten akan sangat krusial dalam menjaga integritas inisiatif ini.
“Keberhasilan Danantara sangat bergantung pada tata kelola yang profesional, transparan, serta terhindar dari intervensi politik yang bisa merusak tujuan mulia ini. Salah kelola dana sebesar itu bisa menciptakan distorsi harga, bubble, hingga memperburuk persepsi investor terhadap integritas pasar modal Indonesia,” kata Hendra.
Dengan catatan, seluruh proses dijalankan dengan strategi yang matang dan pengawasan ketat. Sehingga Danantara tak hanya akan memperkuat IHSG dalam jangka pendek, tetapi juga menjadi lambang kedaulatan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan global.
“Jika dilakukan secara hati-hati dan strategis, Danantara bukan hanya bisa membuat IHSG bergairah, tapi juga menjadi simbol kedaulatan finansial Indonesia di tengah ketidakpastian global,” pugkas Hendra.
Sinyal Danantara Masuk ke BEI sebagai Liquidity Provider
Badan Pengelola Investasi Daya Anagatha Nusantara (BPI Danantara) mengindikasikan kemungkinan untuk ikut serta menjadi liquidity provider di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Langkah ini akan memanfaatkan dana dari hasil dividen perusahaan-perusahaan yang berada dalam portofolio Danantara. Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, menjelaskan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan alokasi investasi dari dana yang akan diterima dalam waktu dekat.
Di antara opsi instrumen yang sedang dibahas adalah saham dan obligasi di pasar publik. “Jadi kan kita baru nanti dividen akhir bulan ini masuk ke kami ya kan, dari situ kita harus mulai alokasikan uangnya kemana. Ya tentu yang paling cepat pertama ya tentu di public market, tapi nanti kita harus kan udah ada proyek-proyek," ungkap Pandu di Gedung Bursa, Senin 14 April 2025.
Saat ditanya lebih jauh mengenai sektor-sektor yang akan menjadi prioritas investasi, Pandu menyampaikan bahwa fokus saat ini masih pada potensi imbal hasil dan pemanfaatan saham-saham strategis yang sudah dimiliki Danantara. "Paling penting fokus, simple kita kan balik ke returnnya, tapi kita juga sekarang sudah ada memegang semua saham BUMN dan Tbk kurang lebih ada 18 ya, kalau saya nggak salah yang ada di pasar modal," kata Pandu.