Liputan6.com, Jakarta - Namanya Sugiyono. Ia merupakan Guru Sekolah Dasar (Guru SD) sejak 1995 dan pensiun pada 2024. Sugiono yang merupakan Guru Sejarah di Sekolah Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) Bontang, Kalimantan Timur memiliki ide bermanfaat.
Kala itu, Sugiyono melihat hasil tangkapan nelayan, khususnya ikan-ikan kecil sejenis teri banyak terbuang akibat minimnya pengolahan dan kurangnya permintaan.
Ia lalu mencoba menghubungi PT Badak NGL atau Badak LNG yang diketahuinya kerap membantu masyarakat melalui kegiatan CSR-nya.
Bak gayung bersambut, tidak bertepuk sebelah tangan, idenya untuk mengembangkan pengolahan ikan teri dan limbah ikan mendapat dukungan dari Badak LNG.
Diketahui, PT Badak NGL merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Pertamina Hulu Energi, yang melalui 4 pilar kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) aktif terlibat dalam upaya pembangunan Kota Bontang.
Pada bidang pemberdayaan, perusahaan berkolaborasi dengan masyarakat mendesain dan menjalankan berbagai program yang memanfaatkan potensi ekonomi daerah secara optimal.
Di mana, salah satunya adalah program "Waste Free Ocean for Future Fit Society", menyasar pengolahan produk perikanan laut dan limbah yang dihasilkannya.
"Berbekal ide dan tidak malu, saya pengen punya kegiatan produksi yang ada di Bontang melimpah, yaitu ikan teri. Ikan teri itu tidak menyenggol orang lain dan di Jakarta berapa pun jumlahnya pasti menerima," cerita Sugiyono saat ditemui Liputan6.com dan beberapa media lainnya, Rabu 15 Oktober 2025 di Bontang, Kalimantan Timur.
Dia lalu menjelaskan bagaimana proses pengolahan ikan teri.
"Mulai dari dapat dari nelayan, kemudian kita pilah, kita hampar di tempat tray, baru kita rebus, kemudian kita jemur. Setelah itu baru kita sortir sesuai ukuran, ada yang besar, ada yang kecil. Kita sortir, baru kita packing. Baru kita siap kirim ke lokasi," cerita Sugiyono.
Dia menjabarkan, berangkat dari situasi Kota Bontang yang pesisir, banyak hasil ikan dan kadang terbuang, sehingga harus mengawetkan, maka itu bisa kami manfaatkan, dan jadi produk ekonomi.
"Hasil lain disamping teri, kita ada limbahnya, terutama limbah yang selama ini terbuang dan mengganggu lingkungan. Kami olah, kami keringkan juga, dan kami tepungkan dan ada nilai ekonominya juga," kata Sugiyono.
Menurut Sugiyono, saat ini, hasil olahan ikan terinya dikirim ke Jakarta. Namun untuk besaran pengirimannya, berdasarkan hasil tangkapan dan olahannya.
"Sementara ini kami kirim ke Jakarta. Kirimnya menyesuaikan dengan hasil tangkapan dan hasil produksi kami, yang dirata-rata antara 2-3 ton per bulan," ucap dia.
Seekor ikan tuna sirip biru dijual di pelelangan Tahun Baru dengan harga sekitar Rp 24 miliar. Penawar yang berhasil mendapatkan ikan seberat 276 kg itu adalah pemilik jaringan restoran sushi