Cerita Karyawan Migas, Banting Stir Jadi Pengepul Sampah Ikan Beromzet Ratusan Juta

5 days ago 15

Liputan6.com, Jakarta Banyak pengusaha hebat lahir karena keberanian mengambil resiko, dan meninggalkan zona nyaman. Tak terkecuali, Aang Permana, pemilik Sipetek Food, yang memutuskan meninggalkan gaji besar di perusahaan minyak dan gas saat baru dua tahun bekerja. Usianya saat itu 24 tahun.

Di saat anak muda lain tengah merintis karier di kota, Aang memilih “resign” dan pulang kampung pada tahun 2014. Ada kekosongan dalam hatinya yang membuatnya memilih jalan karier yang menempa hidupnya 10 tahun kemudian.

“Saya selama SD-SMP-SMA selalu mendapat beasiswa. Ketika kuliah, saya dapat delapan beasiswa: empat beasiswa karena anak tidak mampu, dan empat beasiswa untuk prestasi. Saat saya kerja di perusahaan oil & gas itu, enak sekali. Saya cek terumbu karang, diving di Raja Ampat, Kaimana, Laut China Selatan. Tapi saya rasa cukup cuma buat diri sendiri. Kok saya enggak bantu orang ya, padahal selama ini dibantu banyak orang lewat beasiswa,” ujar Aang dalam sesi Ruang Karya, rangkaian acara Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 di Smesco Indonesia, Jakarta, Sabtu (23/8/2025).

Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 adalah festival tahunan yang bertujuan memperkuat ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kualitas SDM dan pemberdayaan UMKM oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna).

Pesta Rakyat untuk Indonesia digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia dan merayakan 112 tahun kiprah Sampoerna di Indonesia. Acara ini menjadi ruang kolaborasi bagi pengusaha UMKM dan masyarakat untuk saling terhubung, belajar, dan berkembang. 

Bisnis Kripik Ikan

Aang yang kini menjadi pembicara di hadapan banyak pengusaha UMKM ini mengenang perjuangan memulai bisnis kripik ikan di kampung halamannya di Cianjur, Jawa Barat. Ikan petek dipilih Aang menjadi bahan baku utama.

Ide ini bermula dari ketidaksengajaan melihat banyak ikan mati di pinggir danau. Rupanya, itu adalah ikan petek yang biasa dibuang para nelayan pembudidaya ikan nila dan mas karena dianggap merebut pakan ikan budidaya mereka. 

“Ikan-ikan ini dianggap sampah oleh para pembudidaya itu. Kata dosen saya, semua yang di hidup di air itu halal dan bisa dimakan, bahkan kapal selam,” seloroh pria lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Para nelayan dengan cuma-cuma memberikan ikan petek itu kepada Aang. Dia belajar mengolah ikan itu menjadi kripik. Pada tahap awal produksi Sipetek, kemasan yang dibuat Aang sangat sederhana yakni plastik dengan logo Sipetek warna hitam putih hasil photocopy. 

“Jangan dipikir setelah bekerja di oil and gas company, saya punya banyak uang. Ada, tapi enggak gede. Jadi pakai yang ada dulu, yang penting kita jalan. Jadi bisnis itu jangan nunggu sempurna dulu. Mulai dulu aja sama apa yang kita punya. Nanti pelan-pelan kita belajar, berkembang,” kata Aang.

Program Pembinaan UMKM

Aang yang mengaku tak pernah punya pengalaman bisnis ini juga rajin mencari ilmu kepada pengusaha-pengusaha UMKM yang sudah sukses. Meski berusia muda, Aang mengaku tak paham caranya menjual produk Sipetek. 

“Dulu jualan saya ya cuma naik motor sama Bapak buat dititip ke warung-warung. Saya ke arah Cianjur, Bapak ke arah Bandung,” ungkap dia.

Kisah kerja keras Aang untuk mengembangkan Sipetek akhirnya berbuah manis ketika ia bergabung ke program pembinaan UMKM Sampoerna Entrepreneurship Training Center oleh Sampoerna pada Tahun 2014. Ia mendapatkan pembinaan berkelanjutan dan kesempatan berjejaring.

Program SETC, yang berada di bawah Payung Program Keberlanjutan ”Sampoerna untuk Indonesia”, telah melatih lebih dari 97.000 peserta, membina 1.600 UMKM, dengan lebih dari 200 UMKM berhasil ekspor, dan 80 persen di antaranya telah terdigitalisasi. Didukung dengan fasilitas pelatihan seluas 27 hektare di Pasuruan, Jawa Timur, SETC menjadi pusat pengembangan UMKM yang berdaya saing global.

”Saya mendapat banyak networking. Kita belajar keuangan, marketing, dan bertemu dengan pelaku bisnis yang semua ilmunya bisa kita terapin di lapangan. Dan setelah pelatihan, kita bisa mentoring langsung. Saya bersyukur banget ketemu sama mentor-mentor di SETC,” ucap Aang.

Raup Omzet Ratusan Juta

Berkat niat Aang belajar terus menerus itu, usaha Sipetek Food kian berkibar. Sepuluh tahun berjalan, kini Sipetek Food memiliki omzet ratusan juta per bulannya. Varian produknya kian lebar dengan aneka cemilan seperti kentang mustofa, abon sapi, abon ayam, kulit ayam crispy.

Sipetek juga telah menembus pasar internasional seperti Malaysia dan Hongkong. Tak hanya terus mengepakkan sayap bisnisnya, Sipetek juga aktif menjalani misi sosial kemanusiaan seperti merenovasi rumah ibadah, membangun sekolah di desa, hingga membuat sumur di desa.

”Kuncinya bagi teman-teman yang mau mulai bisnis, jangan egois merasa produknya paling bagus. Dengarkan apa kata konsumen. Sebelum bikin produk, riset dulu apa yang diinginkan konsumen. Nah, kita bikin yang mereka mau, jangan yang kita mau,” ucap Aang.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |