Cerita Fox and Bunny, Mainan Edukasi yang Lahir dari Fenomena Anak Kecanduan Gadget

2 days ago 8

Liputan6.com, Jakarta Fox and Bunny merupakan salah satu brand mainan edukasi lokal favorit di kalangan anak-anak dan orang tua. Produk-produknya tak hanya lucu dan seru, tapi juga dirancang untuk mendukung keterampilan sensorik serta motorik anak. Cerita di balik lahirnya brand ini penuh makna, berawal dari keresahan Novia Chandra Dewi, sang founder, terhadap kebiasaan anaknya yang terlalu lama bermain gadget.

Business Representative Fox and Bunny, Lala mengungkapkan bahwa Fox and Bunny adalah produsen produk edukasi anak yang lebih dari sekadar mainan. Dengan berbagai produk unggulan seperti Busy Book, Baby Book, dan Sensory Pad, Fox and Bunny menjadi pilihan bagi orang tua yang menginginkan mainan yang dapat mengembangkan keterampilan dasar anak.

"Kami mengkategorikan diri sebagai pembuat mainan edukasi, khususnya mainan sensorik untuk anak mulai usia bayi baru lahir (newborn) hingga 5 tahun. Berbasis di Yogyakarta, kami sudah berdiri sejak tahun 2016. Tahun 2025 ini, menandai tahun ke-8 kami dalam dunia mainan edukasi," kata Lala saat ditemui dalam acara BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang berlangsung di ICE BSD Hall 5, Tangerang, Banten, Kamis, (30/1/2025).

Lala menceritakan, sebelum resmi mendirikan Fox and Bunny pada tahun 2016, sang Owner merupakan seorang karyawan. Kesibukan kerja membuat waktu Bersama anak menjadi terbatas, sehingga sang anak lebih banyak berinteraksi dengan gadget dibandingkan orang tua. Ketergantungan terhadap gadget semakin parah hingga mencapai tahap adiksi.

"Ketika gadget diambil, anak menjadi tantrum hebat. Sampai pada titik berdampak pada kesehatan, menyebabkan mata anak sampai kena infeksi akibat terlalu lama menatap layar. Akhirnya, mbak Novi memutuskan untuk resign dan mulai mengembangkan Fox and Bunny dengan Busy Book sebagai prototype produk pertama kami," kata Lala.

Lala menjelaskan Busy Book dibuat sebagai sesuatu yang lebih interaktif dibandingkan handphone, tujuannya agar anak tidak lagi kecanduan gadget.

"Cara ini berhasil. Alhamdulillah, anaknya tidak lagi bergantung pada gadget, dan kondisi matanya juga membaik. Tak disangka, banyak teman yang tertarik dengan produk ini. Mulai dari situ, akhirnya mbak Novi membangun bisnis ini," jelasnya.

Pemilihan nama produk Busy Book tak lepas dari keinginan sang Owner agar produk buatannya membuat anak menjadi lebih aktif ketimbang bermain gadget.

"Kalau gadget itu kan produk aktif yang membuat anak jadi malah pasif. Nah, produk kami membuat anak menjadi lebih aktif ketika memainkannya. Makanya kita sebut Busy Book. Busy Book dirancang sebagai buku interaktif yang membantu anak belajar sambil bermain," ujarnya. 

Selain Busy Book, Fox and Bunny memiliki berbagai produk unggulan seperti Baby Book, Kalender Interaktif dan Sensory Pad.

Mainan Edukasi untuk Mendukung Milestone Perkembangan Anak

Lala memaparkan bahwa setiap produk Fox and Bunny dibuat dengan konsep edukasi yang mendukung perkembangan sensorik dan motorik anak, menjadikannya mainan yang lebih bermanfaat dibandingkan gadget.

"Kami membagi segmen milestone perkembangan anak berdasarkan usia, yang dimulai dari newborn (0 bulan). Kategori pertama  usia 0 sampai 6 bulan, kemudian 6 bulan sampai 1 tahun. Setelah melewati usia 1 tahun, anak sudah masuk dalam kategori toddler, yang berlangsung hingga usia 5 tahun," jelasnya.

Sebagian besar produk Fox and Bunny menggunakan bahan dasar kain dan flanel, adapun produk berbahan dasar kertas masuk dalam seri Risugumi, yang mencakup buku stiker dan buku tulis dengan rentang harga sekitar Rp50.000 hingga Rp60.000.

"Harga produk kita berkisar mulai dari Rp50.000 untuk produk termurah, seperti buku stiker. Best seller kita adalah Busy Bunny. Busy Bunny dibanderol dengan harga Rp299.000 dan masih menjadi best seller dalam kategori Busy Book dan Baby Book," ujarnya.

Baby Book dirancang dengan konsep sederhana, berisi enam aktivitas yang berfokus pada pengenalan objek dan warna. Busy Book dikembangkan menjadi lebih kompleks karena untuk anak usia 1–2 tahun, seiring dengan perkembangan sensorik mereka.

Sedangkan Busy Book memiliki 10 halaman dengan beragam aktivitas sensorik. Contohnya, pada halaman pertama anak akan belajar mengenal tekstur dan motorik menggunakan sempoa. Kemudian, pada halaman kedua terdapat aktivitas belajar menyikat gigi, dan masih banyak lagi kegiatan menarik lainnya.

"Semua fitur pada mainan Busy Book bisa dilepas dan dipasang kembali. Jadi, si anak dapat belajar melalui role play, seperti menyikat gigi dan aktivitas lainnya. Intinya, mainan ini dirancang untuk membantu anak mengenal bentuk, warna, sampai cara mengikat tali sepatu. Intinya, kita menghadirkan konsep sehari-hari dalam bentuk yang interaktif dan fun," bebernya.

Berkompetisi dengan Perkembangan Gadget

Perjalanan mengembangan bisnis Fox and Bunny ternyata tidaklah mudah. Tantangan besar pertama yang dihadapi adalah mengedukasi orang tua tentang bahaya gadget bagi anak dan mengenalkan manfaat produk kami. 

"Kita tidak hanya menjual produk, tetapi juga membawa misi besar untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia dari ketergantungan gadget. Menyampaikan pesan ini ternyata bukan hal yang mudah. Banyak tantangan, respon orang tua sangat bervariasi. Tapi kami terus berusaha menemukan cara yang agar orang tua menerima informasi dan memahami manfaat produk kami," tuturnya.

Selain itu, Lala menyampaikan tantangan Fox and Bunny adalah harus berkompetisi perkembangan gadget yang menawarkan banyak fitur-fitur canggih.

"Kami harus memutar otak, memikirkan konsep yang lebih banyak untuk dikembangkan lagi. Karena kita menggabungkan unsur edukasi di dalamnya, jadi pengembangan produk harus lebih terstruktur, tidak asal mengembangkan begitu saja. Salah satu tantangannya adalah semakin berkembangkan teknologi gadget. Anak-anak ditawari banyak fitur dari gadget. Jadi kita bertarung dengan gadget," sebutnya.

Seiring berjalannya waktu, Fox and Bunny pun berkembang dan produk-produknya diterima masyarakat. Dari omzet per bulan sekitar Rp50 juta hingga bisa mencapai Rp300 - Rp500 juta per bulan dan kini telah memiliki hamper 100 karyawan.

"Sebenarnya, masih belum percaya bahwa bisnis kecil yang berawal dari masalah anak bisa berkembang menjadi besar seperti saat ini. Di awal-awal, tantangan kami terkait dengan modal. Terus kemudian, adanya pandemi Covid-19 yang cukup memukul banyak pihak tetapi justru pada masa tersebut penjualan kami malah mengalami kenaikan karena banyak keluarga yang lebih banyak tinggal di rumah," kata Lala sembari menyebutkan bahwa penjualan produk Fox and Bunny sebagian besar berasal dari platform online.

BRI UMKM EXPO(RT) Sejalan dengan Misi Fox and Bunny untuk Go Global

Fox and Bunny merupakan salah satu dari 1.000 UMKM terpilih yang berpartisipasi dalam BRI UMKM EXPO(RT) 2025, pameran UMKM terbesar di Indonesia yang semula bernama UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur. Tahun ini merupakan keikutsertaan Fox and Bunny yang ketiga kalinya sejak tahun 2022.

"Kita sudah aktif mengikuti program pemberdayaan UMKM BRI sejak tahun 2022. BRI sangat membantu pelaku usaha seperti kami, apalagi untuk event seperti BRI UMKM EXPO(RT) kali ini. Dukungannya sangat luar biasa, mulai dari fasilitas booth, akomodasi, sampai promosi. Kita dikasih akses untuk bertemu dengan tim BRI dan Kementerian, yang sangat membantu untuk memperluas jaringan usaha kita," ujarnya.

Secara khusus, Lala menyampaikan terima kasihnya kepada BRI yang senantiasa memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM melalui permodalan, kegiatan workshop, membantu memasarkan dan mengenalkan produk-produk lokal hingga menggelar pameran dalam skala besar.

"Harapan kami, konsep BRI UMKM EXPO(RT) ini bisa terus berkembang. Kami juga mendukung konsep UMKM Export karena kebetulan kita memang sedang yang ingin ke level ekspor. Bisa dibilang kita masih di level pemula dan baru belajar tentang ekspor. Jadi, kami mungkin akan sangat terbantu bila ada kanal dari BRI yang dapat menghubungkan kami dengan ITPC atau diaspora yang ada di luar negeri," ujarnya.

(*)

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |