Liputan6.com, Jakarta - Selama lebih dari satu dekade terakhir, CEO Profit Labs Eli Rubel yang telah mendirikan tiga agensi digital sudah mewawancarai lebih dari 500 calon karyawan.
Dari pengalaman panjang itu, ia menemukan kunci untuk memprediksi performa seseorang setelah direkrut bukan hanya terletak pada resume atau referensi, melainkan pada pertanyaan yang tepat.
Dia menuturkan, ada satu pertanyaan sederhana yang terbukti lebih efektif dibanding alat rekrutmen canggih sekalipun. Pertanyaan itu, menurut dia, menjadi prediktor paling andal untuk mengukur kesuksesan jangka panjang seorang karyawan, sekaligus membantu perusahaan menghemat biaya besar dalam proses perekrutan karyawan.
Pertanyaan yang Mengungkap Jawaban Jujur
Awalnya, Rubel sering menanyakan kandidat tentang "zona kejeniusan" mereka mencakup keahlian, kompetensi, hingga kelemahan. Namun, istilah “incompetence” (ketidakmampuan) justru membuat banyak kandidat defensif, sehingga jawaban terdengar seperti sudah dipersiapkan, bukan jujur apa adanya.
Dari situ, ia menemukan cara yang lebih efektif untuk menanyakan saat wawancara kerja. Pertanyaan itu adalah "Apa yang memberi Anda energi, dan apa yang menguras energi Anda?”
"Dengan cara ini, saya menunjukkan bahwa saya berada di pihak mereka. Saya tidak mencoba menjebak. Saya justru berusaha melindungi mereka dari pekerjaan yang mungkin tidak mereka sukai," ujar Rubel.
Ungkap Kecocokan Kandidat
Dia menuturkan, framing pertanyaan tersebut membuat kandidat lebih nyaman dan terbuka. Jawaban yang muncul pun jauh lebih jujur dan relevan.
Rubel menilai, pertanyaan ini jauh lebih cepat mengungkap kecocokan kandidat dibanding sekadar telaah resume atau tes kepribadian.
"Keterampilan dan pengalaman memang penting, tetapi ada variabel krusial lain: energi. Bahkan talenta terbaik pun bisa burnout jika terus mengerjakan hal-hal yang menguras energi mereka," ujar dia.
Sebaliknya, ketika pekerjaan selaras dengan hal-hal yang memberi energi, seseorang bisa mempertahankan performa tinggi bahkan setelah euforia awal bekerja memudar.
Pengalaman Rubel menunjukkan, dalam sembilan dari sepuluh kasus, jawaban kandidat terkait “profil energi” ternyata konsisten dengan hasil evaluasi kinerja mereka beberapa bulan kemudian. “Saya tidak pernah mendapatkan tingkat akurasi setinggi itu dari software perekrutan yang mahal,” ujarnya.
Deteksi Red Flags Sejak Awal
Pertanyaan ini juga membantu Rubel menemukan “red flags” lebih cepat.
Ia mencontohkan seorang kandidat untuk posisi account manager yang mengatakan: "Saya suka membantu klien, tapi saya tidak tahan berulang kali berdebat ketika mereka menolak ide.”
Padahal, dinamika diskusi dan feedback dari klien termasuk penolakan adalah bagian tak terpisahkan dari peran tersebut.
"Saya langsung tahu, kandidat ini akan terkuras energi oleh pekerjaan inti dari posisinya," ujar Rubel.
Ia pun memilih memberi penjelasan jujur, dan keduanya sama-sama terhindar dari situasi yang buruk di masa depan.
Temukan Kandidat Top Performer
Di sisi lain, jawaban kandidat juga bisa menunjukkan siapa yang akan menjadi bintang. Rubel mengenang wawancara untuk posisi customer success. Kandidat tersebut menjawab:
"Saya mendapatkan energi dari mendalami kebutuhan klien, memahami tujuan mereka, dan memastikan kami memberikan solusi yang tepat. Hal yang menguras energi saya adalah pekerjaan administratif yang menjauhkan saya dari klien.”
Enam bulan setelah direkrut, hasil evaluasi kinerja kandidat tersebut nyaris sama persis dengan jawaban wawancaranya. Ia terbukti unggul dalam peran yang berfokus pada interaksi dengan klien, hingga menjadi salah satu top performer perusahaan.
Cara Ajukan Pertanyaan
Cara Mengajukan Pertanyaan Ini
Bagi para perekrut atau manajer, Rubel memberikan beberapa tips jika ingin menerapkan pertanyaan ini dalam proses wawancara:
- Tanyakan di awal. Jangan menunggu sampai akhir wawancara. Kandidat akan lebih rileks dan jawabannya lebih jujur ketika suasana masih segar.
- Dengarkan lebih dari sekadar kata-kata. Perhatikan nada suara, jeda, hingga intonasi. Keraguan seringkali sama bermaknanya dengan antusiasme.
- Pastikan bisa memenuhi. Jika kandidat mengatakan mereka berkembang di lingkungan kolaboratif berenergi tinggi, perusahaan harus benar-benar bisa menyediakan hal itu. Jika tidak, kandidat akan gagal.
- Jangan memaksa dalam ketidakcocokan. Terkadang perekrut tergoda untuk meyakinkan kandidat hebat agar tetap mengambil posisi meskipun tidak cocok.
Menurut Rubel, itu hanya akan berakhir dengan masa kerja singkat dan biaya perekrutan ulang.
Cara Menjawab bagi Kandidat
Pertanyaan ini juga bisa menjadi "tes lakmus" bagi para pencari kerja. Rubel menyarankan agar kandidat menyiapkan jawaban dengan refleksi mendalam:
- Renungkan pengalaman kerja sebelumnya.
- Pikirkan tugas apa yang membuat Anda bersemangat hingga akhir hari, dan tugas apa yang membuat Anda lelah.
- Gunakan untuk menilai kecocokan.
- Jika tanggung jawab sehari-hari dalam peran yang ditawarkan tidak sesuai dengan hal-hal yang memberi energi, itu bisa jadi tanda pekerjaan tersebut bukan pilihan tepat.
- Jujurlah. Menyembunyikan kebenaran hanya akan membuat Anda terjebak pada pekerjaan yang terasa seperti beban. Semakin jujur Anda, semakin besar peluang menemukan pekerjaan yang selaras dengan energi dan potensi Anda.