BI Pede Ekspor Indonesia Tetap Moncer di Tengah Tarif Impor Trump

2 weeks ago 12

Liputan6.com, Yogyakarta - Bank Indonesia (BI) menilai prospek ekspor Indonesia masih menjanjikan meski ketidakpastian terkait tarif perdagangan global masih membayangi.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter (DKEM) Bank Indonesia, Juli Budi Winantya menuturkan, posisi tarif Indonesia dan mitra dagang utama relatif lebih rendah dibanding negara lain.

"Kaitannya dengan tarif ketidapastian masih ada dalam jangka pendek bahwa yang disampaikan terkait Indonesia tarifnya lebih rendah, mitra dagang kita tarifnya juga rendah, Eropa juga lebih rendah, kita yakini ekspornya akan tetap baik,” kata Juli dalam media briefing Bank Indonesia di Yogyakarta, Jumat (22/8/2025).

Meski demikian, ia mengingatkan masih ada risiko tambahan berupa tarif transhipment yang bisa memengaruhi arus perdagangan.

"Selain dari tarif ketidakpastian dari sisi tarif ini semakin jelas cuma masih ada risiko additional tarif transhipment,” ujarnya.

Ruang Penurunan BI Rate

Juli Budi Winantya menyampaikan, Bank Indonesia (BI) masih terus mencermati ruang penurunan suku bunga acuan atau BI rate. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih tinggi.

“BI rate pak Gubernur menyampaikan kita terus mencermati ruang penurunan di BI untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi,” kata Juli.

Menurutnya, kebijakan suku bunga harus dijalankan secara hati-hati dengan mempertimbangkan berbagai aspek, terutama inflasi dan stabilitas nilai tukar.

Bank Indonesia Serap SBN Rp 186 Triliun, Ini Tujuannya

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, volume lelang dan posisi Sekuritas Rupiah BI (SRBI) terus diturunkan. Hingga 15 Agustus 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp720,01 triliun, menurun dari Rp916,97 triliun pada awal Januari 2025.

"Untuk mendukung ekspansi likuiditas, operasi moneter juga diarahkan pada tenor yang lebih pendek," ujar Perry dalam konferensi pers RDG BI Agustus 2025, dikutip Kamis (21/8/2025).

Perry menjelaskan, implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.

Sementara itu, posisi instrumen SVBI dan SUVBI pada 15 Agustus 2025 tercatat masing-masing sebesar USD4,56 miliar dan USD 460 juta.

Pembelian SBN

Untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah.

Adapun hingga 19 Agustus 2025, Bank Indonesia telah membeli SBN Rp186,06 triliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp137,80 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp48,26 triliun.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan likuiditas dan efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah," ujarnya.

Strategi Moneter Pro Market Bank Indonesia

Bank Indonesia terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk memperkuat transmisi penurunan suku bunga dari BI-Rate ke suku bunga pasar uang dan perbankan.

Penurunan BI Rate sebesar 100bps sejak September 2024 telah diikuti penurunan suku bunga di pasar uang, meskipun langkah lebih lanjut perlu ditempuh untuk mempercepat penurunan suku bunga perbankan.

Di pasar uang, sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Juli 2025 dan operasi moneter Bank Indonesia, suku bunga INDONIA terus menurun dari sebelum pengumuman penurunan BI-Rate pada Juli sebesar 5,14% menjadi 4,78% pada 19 Agustus 2025.

Suku Bunga SRBI

Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun dari masing-masing sebesar 5,85%; 5,86%; dan 5,87% sebelum penurunan BI-Rate pada Juli 2025 menjadi 5,28%; 5,32%; dan 5,34% pada 15 Agustus 2025.

Bank Indonesia mencatat, imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 5,86% menjadi 5,54%, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,56% menjadi 6,40%. Suku bunga deposito 1 bulan juga mulai menurun, yakni dari 4,85% pada Juni 2025 menjadi 4,75% pada Juli 2025.

"Sementara itu, penurunan suku bunga kredit perbankan masih berjalan lambat. Pada Juli 2025, suku bunga kredit tercatat sebesar 9,16%, masih relatif sama dengan bulan sebelumnya," ujar Perry. Bank Indonesia memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun sehingga dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |