Bertumpu Pasar AS, Penjualan Perhiasan Asal Denmark Pandora Tetap Kuat

2 weeks ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Perhiasan menjadi tren di berbagai belahan dunia, terutama pembeli di Amerika Serikat (AS) juga terus berbelanja perhiasan, bahkan saat hambatan ekonomi membebani sentimen konsumen di Eropa dan China.

Salah satu merek perhiasan terkenal Denmark, Pandora, mengatakan pasar AS, yang menyumbang sepertiga dari total pendapatannya, tetap menjadi pegangan di tengah penurunan penjualan global.

Pada Jumat 15 Agustus 2025, CEO Pandora, Alexander Lacik mengatakan kepada “Squawk Box Europe” CNBC “ AS terus melawan arus dari tren.

"Konsumen AS sangat menunjukkan ketertarikan pada Pandora, dan, seperti yang saya katakan, selera Eropa sangat bervariasi," ia menambahkan, seperti dikutip dari CNBC, Rabu (20/8/2025).

Ia juga mencatat basis klien Eropa telah berada di bawah tekanan untuk waktu yang cukup lama. Lacik menuturkan, China, yang hanya mendonasikan 1% dari total pendapatan Pandora, “terus menghadapi tantangan".

Ia mengatakan, hal itu seiring kesulitan konsumsi yang lebih luas di negara tersebut. Lacik mengatakan, juga dikenal dengan toko-toko di jalan utama yang menjual perhiasan perak dan gelang-gelang populer, per Jumat telah mencatat kenaikan penjualan sebesar 8 persen di As berdasarkan basis tahunan yang sama pada kuartal kedua.

Merambah Pasar AS

Di sisi lain, terdapat penurunan penjualan 15 persen di China selama periode tersebut, sementara penjualan di beberapa pasar utama Eropa juga ikut turun dengan angka satu digit yang tinggi.

Pada paruh pertama tahun ini, penjualan perhiasan AS mengalami penguatan penjualan, dengan kenaikan sebesar 5 persen dibanding angka data paruh pertama 2024, menurut firma analitik, Tenoris.

Pada Juli, yang sesuai perkiraan tahunan biasanya merupakan bulan yang lebih sepi untuk penjualan perhiasan. Akan tetapi, hasil mengatakan sebaliknya terjadi kenaikan penjualan sebesar 3,5 persen di negara tersebut.

“Merek Pandora saat ini sedang merambah pasar AS, yang turut mendorong kesuksesannya,” ujar Analis Senior dan Kepala divisi ritel dan pengiriman makanan Eropa di Bernstein, William Woods kepada CNBC melalui email.

Bayang-Bayang dari Risiko Tarif

Ia menambahkan, pelemahan Pandora di Prancis dan Jerman. Sementara itu, “konsisten dengan lingkungan yang fluktuatif yang telah disaksikan selama beberapa tahun terakhir.

Woods mengutip kekuatan keseluruhan di pasar AS saat ini, tetap menunjukkan gambaran bervariasi dari pada pengecer, beberapa di antaranya telah memangkas prospek setahun penuh merek karena kekhawatiran tarif.

Hingga sekarang, tarif menjadi tantangan utama bagi merek perhiasan, termasuk Pandora, yang sangat bergantung pada manufaktur di Thailand.

Pada Jumat, perusahaan memperbaharui panduan tarifnya untuk memperkirakan kerugian sebesar Krona Denmark 200 juta (setara USD 31 juta) pada 2025, seraya oleh perkiraan kerugian sebesar Krona Denmark 450 juta pada tahun depan. Perusahaan memperhitungkan margin laba operasional sekitar 24 persen terjadi pada 2025.

Peluang tersebut memperhitungkan tarif sebagaimana berlaku pada saat ini, dengan Morgan Stanley dalam catatannya pada Jumat menandai potensi kenaikan tarif Thailand saat ini sebesar 19 persen sebagai risiko utama bagi perusahaan.

Tantangan Potensial

Sementara itu, analisis barang mewah UBS, Chris Huang, menyebutkan pungutan eksternal dan "ketergantungan yang berlebihan pada AS" sebagai tantangan yang potensial.

Setelah rilisnya hasil dari kuartal kedua, saham Pandora mengalami penurunan drastis lebih dari 14 persen pada Jumat pagi.

CEO Lacik mengatakan perusahaannya saat ini mengambil keuntungan dua pertiga dari penambahan pendapatan tersebut, termasuk melalui optimalisasi biaya dan penyesuaian harga, sedangkan sisanya akan ditanggung dalam estimasi margin laba operasi tahun ini.

Namun, ia mengakui tarif merupakan rintangan baru yang dapat melemahkan konsumen AS saat ini, sekaligus permintaan pasar  di samping biaya pencatatan yang lebih tinggi. Perak, sebagai kunci produksi Pandora, mencapai titik tertinggi dalam 14 tahun bulan lalu.

Di sisi lain harga emas, merupakan aset yang secara tradisional dianggap sebagai aset safe haven atau aset yang selalu stabil di tengah ketidakstabilan pasar, harga emas terus meningkat pada tahun ini.

“(Konsumen AS) mungkin akan berubah di masa depan, siapa tahu, dengan dampak tarif, tidak hanya pada perhiasan tetapi secara umum,”  kata Lacik.

"Dolar AS kita melemah, harga perak naik, dan yang paling parah adalah tarif di AS,” lanjutnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |