Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut tengah menyiapkan kesepakatan yang memungkinkan pemerintah AS mengambil alih 10% saham Intel. Gedung Putih mengonfirmasi kabar tersebut pada Selasa, 19 Agustus 2025.
"Presiden ingin mengutamakan kebutuhan Amerika, baik dari segi keamanan nasional maupun ekonomi," ujar sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt kepada para wartawan, demikian seperti dikutip dari BBC, Rabu (20/8/2025).
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengungkapkan, kesepakatan yang sedang dirancang berpotensi melibatkan pertukaran hibah pemerintah dengan saham Intel.
Meski terbilang tidak lazim, langkah ini dinilai penting untuk membantu Intel bersaing dengan Nvidia, Samsung, dan TSMC di industri chip AI yang tengah melonjak. Lutnick menjelaskan, saham tersebut diminta sebagai imbalan atas hibah yang sudah disetujui sejak masa pemerintahan Biden.
"Kita harus mendapatkan bagian ekuitas untuk uang kita," ia menambahkan.
"Kita akan mendapatkan ekuitas sebagai imbalannya, alih-alih hanya memberikan hibah,".
Kesepakatan potensial yang pertama kali diberitakan pekan lalu ini ditujukan untuk membantu Intel membangun pusat manufaktur utama di Ohio, AS.
Saat itu, seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan kepada BBC laporan tersebut masih sebatas “spekulasi” hingga ada pengumuman resmi. Sementara itu, Intel tidak memberikan komentar langsung, tetapi menegaskan komitmennya untuk mendukung upaya Presiden Trump memperkuat sektor manufaktur dan teknologi di AS.
SoftBank Bakal Beli Saham Intel
Raksasa investasi Jepang, SoftBank, pada Senin mengumumkan rencana pembelian saham Intel senilai USD 2 miliar (£1,5 miliar), setara sekitar Rp 32,5 triliun (dengan estimasi kurs Rp 16.300/USD).
Sejumlah analis menilai langkah tersebut sebagai sinyal keyakinan pada prospek pemulihan Intel. Dampaknya terasa segera: saham Intel di New York melonjak hampir 7% pada perdagangan Selasa.
Intel masih menjadi salah satu produsen semikonduktor kelas atas asal AS, meski tertinggal dari pesaing global. Vincent Fernando dari Zero One menilai langkah pemerintah mengambil saham Intel masuk akal karena Washington membutuhkan industri chip dan pertahanan yang tidak bergantung pada pemasok asing.
Potensi konversi hibah menjadi saham dinilai dapat memberi dorongan bagi Intel, tetapi sekaligus menimbulkan “ketidakpastian bagi perusahaan lain yang telah menerima atau tengah mempertimbangkan hibah federal.”
Keterlibatan Politik Bakal Berisiko untuk Intel
Menurut Dan Sheehan dari Telos Wealth Advisors, keterlibatan politik juga berisiko memperlambat pengambilan keputusan dan menggeser prioritas, sehingga menambah tantangan dalam upaya pemulihan Intel yang sudah sulit.
"Menyuntikkan ekuitas pemerintah ke dalam lingkungan itu berisiko mengaburkan batas antara disiplin komersial dan tujuan politik," kata Sheehan.
Perkembangan ini terjadi di tengah meningkatnya pengawasan Gedung Putih terhadap industri chip AS. Pekan lalu, Nvidia dan AMD sepakat membayar 15 persen dari pendapatan mereka di Tiongkok kepada pemerintah AS, sebagai bagian dari kesepakatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memperoleh lisensi ekspor ke negara tersebut.
Saham Intel Melesat Usai Pemerintahan Trump Ingin Ambil Alih Saham
Sebelumnya, Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah pimpinan Presiden AS Donald Trump dikabarkan sedang negosiasi dengan produsen chip Intel untuk mengambilalih saham. Kabar tersebut mendorong saham Intel menguat pada perdagangan Kamis, 14 Agustus 2025.
Harga saham Intel naik 7% pada Kamis, 14 Agustus 2025. Saham Intel melesat 7,38% ke posisi USD 23,86.Seiring kenaikan harga saham Intel mendorong kapitalisasi pasar tercatat USD 104,44 miliar.
Mengutip CNBC, Intel merupakan satu-satunya perusahaan AS yang mampu memproduksi chip tercepat di AS meski para pesaingnya termasuk Taiwan Semiconductor Manufacturing Company dan Samsung juga memiliki pabrik di AS.
Presiden AS Donald Trump telah menyerukan agar lebih banyak cip dan teknologi tinggi diproduksi di AS.
Kepemilikan Saham
Kepemilikan saham pemerintah tersebut akan membantu mendanai pabrik-pabrik yang saat ini dibangun Intel di Ohio, menurut laporan tersebut.
Awal pekan ini, CEO Intel Lip-Bu Tan mengunjungi Trump di Gedung Putih, sebuah pertemuan yang berlangsung setelah presiden meminta pengunduran diri Tan berdasarkan tuduhan ia memiliki hubungan dengan China.
Intel mengatakan pada saat itu Tan "sangat berkomitmen untuk memajukan kepentingan keamanan nasional dan ekonomi AS." Seorang perwakilan Intel menolak berkomentar mengenai laporan pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mengambil alih saham di perusahaan tersebut.