Bank Jago Kantongi Laba Rp 199 Miliar hingga kuartal III 2025

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan pertumbuhan bisnis yang konsisten dan impresif hingga akhir kuartal III 2025. Kinerja positif ini didorong oleh strategi inovasi berkelanjutan serta kolaborasi erat dengan ekosistem keuangan digital yang kian meluas. 

Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan, hasil gemilang ini tercermin dari kenaikan signifikan di berbagai lini, mulai dari jumlah nasabah, Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga penyaluran kredit.

“Hasil positif ini merupakan bukti nyata bahwa inovasi dan kolaborasi yang kami lakukan dengan berbagai ekosistem keuangan digital mampu memberikan nilai tambah bagi nasabah,” kata Arief dalam keterangan tertulis, Rabu (29/10/2025).

Hingga akhir September 2025, total nasabah Bank Jago tercatat telah mencapai 18,6 juta. Angka ini termasuk 14,5 juta nasabah funding yang aktif menggunakan Aplikasi Jago dan Jago Syariah. Jumlah ini melonjak tajam lebih dari 4,5 juta nasabah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sejalan dengan pertambahan nasabah tersebut, penghimpunan DPK Bank Jago juga meroket. Hingga akhir kuartal III-2025, DPK berhasil mencapai Rp 23,9 triliun, naik 41% dari posisi September 2024 yang sebesar Rp 17 triliun.

Capaian ini sekaligus menempatkan Bank Jago di jajaran bank digital dengan pertumbuhan DPK tercepat.

Pertumbuhan Bank Jago bukan hanya soal penghimpunan dana, tetapi juga penyaluran kredit yang sehat. Bank Jago secara konsisten mengedepankan model bisnis partnering atau kolaborasi dengan berbagai mitra, mulai dari fintech, ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, hingga lembaga keuangan lain.

Strategi kolaborasi ini sukses mendorong penyaluran kredit yang signifikan. Hingga akhir September 2025, Bank Jago berhasil membukukan total kredit sebesar R p23,5 triliun. Jumlah ini tumbuh 36% dibandingkan posisi tahun lalu yang sebesar Rp 17,3 triliun.

Penyaluran kredit tersebut juga dilakukan dengan sangat hati-hati, sebuah prinsip yang wajib diterapkan dalam industri perbankan digital. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross yang tetap berada di level sangat rendah, yakni 0,4%. Angka NPL ini jauh di bawah rata-rata industri perbankan nasional.

Kombinasi antara pertumbuhan DPK dan penyaluran kredit yang sehat ini kemudian berdampak langsung pada kenaikan total aset Bank Jago. Total aset per September 2025 mencapai Rp 34,5 triliun, naik 28% dari posisi September 2024 sebesar Rp 26,8 triliun.

Kinerja bisnis yang solid tersebut pada akhirnya membawa Bank Jago pada lonjakan profitabilitas yang fantastis. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025, Bank Jago berhasil membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar Rp 199 miliar.

Angka laba bersih ini menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 132% dibandingkan laba Rp86 miliar yang dicatatkan pada periode yang sama di tahun 2024. Lonjakan laba ini menjadi bukti bahwa Bank Jago mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan (akuisisi nasabah dan kredit) dan profitabilitas secara berkelanjutan.

“Kami bersyukur dapat menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas secara berkelanjutan,” tutup Arief Harris Tandjung.