Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Infraatruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tak bisa menopang seluruhnya pembangunan tanggul laut raksasa atau giant sea wall. Maka diperlukan adanya investor tambahan.
"Yang paling penting adalah skema pembiayaannya harus kredibel, karena ini besar sekali, tidak mungkin kita mengandalkan APBN. Fiskal kita selalu ada batas dan ada prioritas yang harus dipenuhi," ungkap AHY di Travoy Hub, Jakarta, ditulis Jumat (26/9/2025).
Sebelumnya Presiden Prabowo Subianto sempat menyebut biaya pembangunan giant sea wall (GSW) di Pantai Utara (Pantura) Jawa ini diperkirakan mencapai USD 80 miliar atau sekitar Rp 1.341 triliun (estimasi kurs Rp 16.766 per USD).
Melihat angka tersebut, AHY tengah menjajaki investor yang tertarik terlibat dalam membangun giant sea wall Pantura.
Soal dimulainya pembangunan, AHY masih belum bicara banyak.
"Oleh karena itu kita sedang berkomunikasi dengan berbagai pihak dalam dan luar negeri untuk menarik investasi yang juga kredibel. (Kapan groundbreaking?) Nanti akan kita sampaikan pada waktunya. Ini masih terus kita komunikasikan dengan baik," tandasnya.
Di Sidang Umum PBB, Prabowo Sebut Indonesia Akan Bangun Giant Sea Wall 480 Kilometer
Presiden Prabowo Subianto mengatakan Indonesia akan membuat giant sea wall atau tanggul laut raksasa sepanjang 480 kilometer (km). Pembangunan giant sea wall dilakukan untuk melindungi wilayah pantai utara (pantura) Jawa dari ancaman kenaikan air laut karena dampak perubahan iklim.
Hal ini disampaikan Prabowo saat berpidato pada Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Gedung Sekretariat PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9/2025). Prabowo mendapatkan urutan ketiga saat berpidato.
"Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kami bersaksi di hadapan anda bahwa kami telah merasakan dampak langsung dari perubahan iklim, terutama ancaman kenaikan permukaan air laut," kata Prabowo sebagaiman disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (23/9/2025).
Dia menyampaikan permukaan air laut di Pantura Jawa naik 5 sentimeter setiap tahun. Untuk itulah, Prabowo berkomitmen membangun tanggul laut raksasa yang diprediksi memakan waktu 20 tahun.
"Bayangkannya dalam sepuluh tahun? Dalam dua puluh tahun? Untuk ini, kami terpaksa membangun tembok laut raksasa, sepanjang 480 kilometer. Ini mungkin akan memakan waktu 20 tahun, tetapi kami tidak punya pilihan. Kami harus mulai sekarang," tuturnya.
Langkah Hadapi Perubahan Iklim
Prabowo menuturkan pembangunan tanggul laut raksaka menandakan bahwa Indonesia mengambil langkah dalam menghadapi perubahan iklim. Disisi lain, dia juga meyakini Indonesia mampu mencapai net zero emission sebelum 2060.
"Kami memilih untuk menghadapi perubahan iklim bukan dengan slogan, tetapi dengan langkah-langkah segera," ucap Prabowo.
Di sisi lain, Presiden Prabowo Subianto memamerkan capaian Indonesia yang sudah mencapai swasembada beras. Prabowo menyampaikan bahwa produksi beras Indonesia tahun ini tertinggi sepanjang sejarah. Tak hanya itu, kata dia, cadangan pangan Indonesia juga melimpah.
"Tahun ini, kami mencatat produksi beras dan cadangan pangan tertinggi dalam sejarah kami. Kami kini swasembada beras," kata Prabowo sebagaimana disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (23/9/2025).
Dia menuturkan Indonesia pun mulai mengekspor beras ke beberapa negara yang membutuhkan. Salah satunya, ke Palestina.
"Kita mulai mengekspor beras ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk Palestina," ujarnya.
Bangun Rantai Pasokan
Prabowo menyampaikan Indonesia membangun rantai pasokan pangan yang kuat hingga meningkatkan produktivitas petani dalam negeri untuk ketahanan pangan. Dia meyakini Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia.
"Kami membangun rantai pasok pangan yang tangguh, meningkatkan produktivitas petani, dan Climate-Smart Agriculture, demi ketahanan pangan anak-anak kita, dan anak-anak dunia. Kami yakin, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia," jelas Prabowo.