Bahlil Lahadalia Ungkap Investor Brasil Mau Bangun Pabrik Etanol di Indonesia

5 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia buka peluang investor asal Brazil membangun pabrik etanol di Indonesia. Menyusul wajib penggunaan etanol dalam bahan bakar pada 2027.

Bahlil mengatakan, peluang itu terbuka. Adapun, diskusi mengenai investasi pabrik etanol dari Brazil jadi bahasan di sela-sela pertemuan Bahlil dengan perwakilan negara tersebut.

"Kemarin, semalam saya pasca tanda tangan yang MoU, semalam kami diskusi, ada kemungkinan besar," ungkap Bahlil, di Monumen Nasional, Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Meski begitu, dia menjelaskan lagi, pembangunan pabrik etanol perlu menunggu bahan bakunya tersedia. Tanaman tebu, singkong, hingga jagung bisa memasok kebutuhan itu.

"Tetapi memang harus ada prosesnya itu, mekanisasi teknologi. Jadi ini kita akan kolaborasi plasma intilah. Jadi supaya juga ekonomi daerah bisa tumbuh. Begitu ditanam, selesai, baru kita bangun pabrik etanolnya," ujar dia.

Dalam hitungan Bahlil, lama proses penanaman hingga bisa diolah menjadi etanol di pabrik membutuhkan waktu sekitar 2 tahun. "Ya paling lama satu setengah tahun-dua tahun," sambungnya.

Promosi 1

BBM Wajib Campur Etanol 10 Persen

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) akan mewajibkan pemakaian bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan etanol sebesar 10% atau bioethanol 10% pada 2027. Hal itu dilakukan untuk menciptakan sumber energi nabati dan mengurangi impor bensin.

Demikian disampaikan Menteri ESDM Bahlil saat  Upacara Hari Jadi Pertambangan dan Energi yang digelar di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat, (24/12/2025), seperti dikutip dari Antara.

"Di 2027, kita akan mandatori untuk membangun bensin kita dengan E10 sampai dengan E20,” kata Bahlil.

Ciptakan Sumber Energi

Langkah mandatori tersebut, menurut Bahlil, dalam rangka menciptakan sumber-sumber energi dari nabati dan membangun kedaulatan energi, agar Indonesia mengurangi impor bensin.

Berdasarkan data Kementerian ESDM 2024, impor minyak nasional mencapai 330 juta barel, yang terdiri atas 128 juta barel minyak mentah dan 202 juta barel dalam bentuk bahan bakar minyak (BBM).

Ia meyakini mandatori bioetanol 10 persen (E10) dapat menekan angka impor bensin Indonesia, sebagaimana penerapan Biodiesel 40 (B40) berhasil memangkas impor solar Indonesia.

Dibahas dengan Brazil

Catatan Kementerian ESDM menunjukkan Indonesia berhasil menghemat devisa dengan pemanfaatan biodiesel tahun 2020–2025 sebesar 40,71 miliar dolar AS, sebab mengurangi impor solar lewat penerapan mandatori biodiesel.

Rencana penerapan mandatori E10 juga menjadi salah satu topik yang dibicarakan dalam pertemuan dengan Brasil.

"Mereka (Brasil) mandatori etanol, di negara mereka itu E30, tapi di beberapa negara bagian sudah ada sampai E100, ada juga E85,” kata Bahlil.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |