Bahlil Bongkar Rahasia Biar Indonesia Tak Terjebak Kutukan SDA dan jadi Negara Maju

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, sekaligus Ketua Satgas Hilirisasi, Bahlil Lahadalia, menyebutkan pentingnya industrialisasi dan hilirisasi bagi kemajuan ekonomi nasional. Menurutnya, negara ini tidak akan maju tanpa mengembangkan sektor industri dan hilirisasi.

“Negara ini tidak akan pernah maju kalau tanpa industrialisasi dan hilirisasi. Kalau tidak, kita akan jadi negara dengan kutukan sumber daya alam,” ujar Bahlil dalam sebuah kesempatan.

Pernyataan itu, selaras dengan pandangan berbagai ekonom dunia seperti Dani Rodrik yang menilai industrialisasi adalah fondasi utama bagi transformasi ekonomi negara berkembang.

Promosi 1

Ekspor Nikel Naik Melalui Program Hilirisasi

Bahlil mencontohkan keberhasilan Indonesia dalam sektor nikel. Pada 2018, sebelum kebijakan ekspor dihentikan, nilai ekspor nikel Indonesia hanya mencapai USD 3,3 miliar.

Namun setelah kebijakan hilirisasi nikel dijalankan, nilai ekspor melonjak tajam menjadi USD 34 miliar pada 2023–2024.

Meski demikian, Bahlil menilai pelaksanaan hilirisasi di Indonesia masih belum sepenuhnya adil dan terencana.

“Hilirisasi yang kita bangun bukan by design, tiba-saat tiba akal. Negara lain seperti China, Korea, Jepang, mereka punya lembaga khusus di bawah perdana menteri atau menteri perencanaan. Indonesia belum punya struktur sekuat itu,” jelasnya.

Tantangan Hilirisasi: Energi dan Gas Jadi Kunci

Bahlil menyoroti persoalan energi dan pasokan gas alam yang menjadi tantangan utama dalam mendukung keberlanjutan hilirisasi di berbagai sektor industri.

Menurutnya, hilirisasi bukan hanya bicara peningkatan nilai tambah bahan baku, tetapi juga ketersediaan energi sebagai instrumen pendukung utama.

“Sekarang kita mendesain, neraca komoditas kita. Untuk gas 2027 itu kita akan surplus. 2025-2026, betul kita punya gas banyak tapi kita sudah marketnya sudah diteken 30 persen untuk ekspor,” ujar Bahlil.

Ia mencontohkan sejumlah proyek besar seperti Eni dengan kapasitas 1.000 mm, Mubadala tahap pertama sebesar 300 mm, serta proyek-proyek di Papua dan Jawa Timur yang akan menopang kebutuhan energi dalam negeri.

Harga Gas Industri Tetap Dijaga Lewat Skema HGBT

Bahlil memastikan pemerintah tetap memberikan insentif harga bagi industri strategis, meskipun belum sesuai ekspektasi seluruh sektor.

“HGBT tetap kita berikan, tapi size-nya memang tidak sebesar yang diharapkan. Untuk industri berorientasi subsidi kita berikan 6,5 dolar per MM, sedangkan non-subsidi 7 dolar. Padahal harga pasar sekarang 10–11 dolar,” terangnya.

Pemerintah menargetkan seluruh kebutuhan gas industri dapat tercover secara penuh pada tahun 2027, seiring realisasi surplus gas nasional.

Melalui kebijakan hilirisasi, pemerintah berharap dapat menciptakan nilai tambah ekonomi, meningkatkan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |