Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan penerapan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) dipastikan belum akan berlaku pada 2025.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Djaka Budhi Utama, saat konferensi pers APBN, dikutip Rabu (18/6/2025).
"Terkait dengan pemberlakuan MBDK sampai saat ini mungkin itu rencana sampai tahun 2025, sementara tidak akan diterapkan mungkin ke depan akan diterapkan,” ujar Djaka.
Di tengah penerapan cukai MBDK belum pasti, menarik untuk diketahui mengenai pengertian cukai mbdk dan tujuannya.
Adapun penerapan cukai MBDK dilatarbelakangi upaya pemerintah Indonesia mengendalikan penyakit diabetes mengingat bahaya diabetes dan jumlah penderita diabetes di Indonesia. Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menduduki peringkat lima negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia dengan 19,5 juta penderita pada 2021, dan akan terus naik dari tahun ke tahun.
Hal ini bila aspek yang menyebabkan diabetes tak segera ditangani Pemerintah Indonesia. IDF prediksi, penderita diabetes akan bertambah dan menyentuh 28,6 juta penderita pada 2045, demikian mengutip dari laman djpb.kemenkeu.go.id, Rabu pekan ini.
Seiring hal itu, pemerintah Indonesia melakukan sejumlah langkah untuk mengendalikan diabetes termasuk Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), dan termasuk penerapan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).
Adapun cukai merupakan pungutan yang dilakukan oleh negara terhadap barang-barang yang memiliki karakteristik tertentu seperti barang yang peredarannya diawasi, tingkat konsumsinya perlu dikendalikan dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan. Selain itu, cukai dapat meningkatkan penerimaan negara dan cukai ini juga diatur dan diawasi oleh Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).
Pengenaan cukai terhadap Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) ini diatur dalam Pasal 194 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2024 tentang kesehatan.
Pungutan cukai dikenakan pada produk-produk minuman yang mengandung gula tambahan yang berlebih baik dalam bentuk kaleng, botol dan bentuk lainnya.
Contoh minuman-minuman itu adalah minuman bersoda atau soft drink, boba, minuman berperisa yang mengandung gula manis berlebih, minuman energi dan lainnya.