55% Orang Indonesia Belum Punya Rencana Keuangan Lebih dari 1 Tahun

2 weeks ago 20

Liputan6.com, Jakarta Riset dari Sun Life Asia Financial Resilience Index 2025 menunjukkan bahwa 55% masyarakat Indonesia belum memiliki rencana keuangan lebih dari satu tahun. Sementara itu, hanya 9% yang telah menyiapkan perencanaan keuangan lebih dari 10 tahun ke depan.

Pada saat yang sama, 92% masyarakat terdampak langsung oleh inflasi, yang mendorong mereka untuk lebih fokus pada kebutuhan harian dibandingkan persiapan masa depan. Hal tersebut disampaikan Chief Partnership Distribution Officer, Sun Life Indonesia Octavianus Ariwan.

“Banyak masyarakat, terutama generasi produktif, ingin memiliki proteksi namun tidak ingin proses yang rumit atau komitmen pembayaran jangka panjang. Asuransi X-Tra Plan Protection menjawab kebutuhan ini dengan menawarkan proteksi dan manfaat hidup dalam satu produk yang tetap mudah diakses,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Selasa (19/8/2025).

Sementara itu, di tengah tingginya tekanan inflasi dan belum meratanya perencanaan keuangan jangka panjang di Indonesia, PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life Indonesia) bersama PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menghadirkan solusi baru melalui peluncuran produk Asuransi X-Tra Plan Protection.

Produk ini dirancang untuk memberikan perlindungan jiwa yang komprehensif sekaligus benefit yang dapat diproses menjadi produk investasi di masa mendatang, menjadikannya pilihan cerdas dan relevan untuk masyarakat Indonesia terutama generasi masa kini yang menghadapi ketidakpastian ekonomi dengan gaya hidup yang dinamis.

Sebagai produk asuransi jiwa tradisional, Asuransi X-Tra Plan Protection menawarkan kombinasi perlindungan dan manfaat hidup, yaitu perlindungan jiwa hingga 14x premi tahunan, manfaat tahunan secara reguler selama masa polis aktif ditambah manfaat akhir kontrak dijamin dengan total hingga 140% dari total premi yang dibayarkan dan terminal Bonus (jika ada) yang dapat diterima baik pada saat meninggal dunia maupun saat hidup di akhir masa polis.

Nasabah cukup memilih plan dengan masa pembayaran premi 5 tahun atau 10 tahun, untuk mendapatkan perlindungan selama 20 atau 30 tahun. Produk ini juga dilengkapi proses pengajuan asuransi yang mudah, tanpa pemeriksaan medis (hingga Rp2,5 miliar), cukup dengan menjawab pertanyaan kesehatan sederhana, sehingga menjadikannya semakin inklusif.

Waspada, Gen-Z jadi Generasi Paling Rentan di Tengah Tekanan Inflasi

Sebelumnya, Sun Life Indonesia merilis edisi kedua dari Sun Life Asia Financial Resilience Index: Balancing Today’s Needs and Tomorrow’s Goals, yang menjelaskan lebih detail mengenai bagaimana masyarakat indonesia mengelola keuangan di tengah tantangan ekonomi yang terus berkembang.

Meski terjadi sedikit peningkatan dalam persepsi terhadap kemapanan finansial secara keseluruhan, laporan ini mengungkapkan adanya kesenjangan ketahanan finansial yang signifikan antar generasi. Gen-Z tercatat sebagai kelompok paling rentan secara finansial dan memiliki ketahanan jangka panjang terendah. Sebagai perbandingan, nyatanya sebanyak 63% responden Baby Boomer merasa aman secara finansial, jauh di atas Gen-Z (49%).

Gen-Z Menghadapi Tantangan Finansial yang Lebih KompleksGen-Z menunjukkan tingkat kepercayaan diri dan kematangan perencanaan finansial yang paling rendah di antara seluruh kelompok usia. Hanya 49% dari mereka yang merasa aman secara finansial, dibandingkan 61% Milenial dan 63% Baby Boomer. Sebanyak 58% Gen-Z menyebut diri mereka sebagai investor konservatif. Hal ini menunjukkan kecenderungan untuk menghindari risiko dan kemungkinan akan kurangnya pemahaman terhadap pentingnya menyeimbangkan risiko dan imbal hasil jangka panjang.

Lebih dari seperempat Gen-Z (29%) tidak mencari bantuan atau nasihat dalam membuat keputusan finansial mereka. Angka ini menjadi yang tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Padahal, Gen Z justru menjadi kelompok yang paling membutuhkan panduan dan struktur dalam membangun masa depan finansialnya.

Menariknya, 21% dari Gen-Z mengandalkan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan konsultasi keuangan, sedangkan Milenial (21%), Gen X (9%), dan Baby Boomer (11%).

”Gen Z memiliki waktu yang panjang untuk merancang masa depan keuangan mereka, tetapi banyak dari mereka justru diliputi kekhawatiran dan keraguan. Mereka tumbuh dalam era ekonomi yang penuh ketidakpastian dan tekanan biaya hidup yang tinggi. Meningkatkan literasi finansial serta memperluas akses terhadap informasi terpercaya dapat menjadi kunci dalam membantu mereka membangun ketahanan finansial jangka panjang," kata Chief Client and Distribution Officer Sun Life Indonesia, Kah jing Lee dikutip Jumat (27/6/2025).

Fokus Keuangan Jangka Pendek Mendominasi di Tengah Tekanan Inflasi

Inflasi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat banyak orang kesulitan menyeimbangkan kebutuhan harian dan rencana keuangan jangka panjang mereka. Sebanyak 92% responden mengaku merasakan langsung dampak dari inflasi, dan 46% menyatakan bahwa hal tersebut berdampak besar terhadap kemampuan mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Akibatnya, fokus keuangan masyarakat bergeser ke tujuan jangka pendek. Sebanyak 62% responden menyatakan bahwa mengelola uang untuk kebutuhan sehari-hari adalah prioritas utama, sedikit menurun dari 63% pada tahun 2024. Sementara itu, perencanaan pensiun yang sebelumnya menempati posisi kedua kini turun menjadi peringkat kelima. Situasi ini menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih memprioritaskan kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan perencanaan pensiun yang sebelumnya menjadi salah satu fokus utama.

Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, menabung untuk dana darurat kini menjadi prioritas kedua yang paling penting (42%).

Namun, kesiapan masyarakat untuk membangun ketahanan finansial jangka panjang masih tergolong rendah. Lebih dari separuh responden (55%) belum memiliki rencana keuangan lebih dari 12 bulan ke depan, dan hanya 9% yang mempersiapkan rencana keuangan hingga lebih dari 10 tahun ke depan. Angka ini menandakan masih minimnya perencanaan jangka panjang yang dibutuhkan untuk mencapai ketahanan finansial yang berkelanjutan.

Kesenjangan Ketahanan Finansial Terlihat Jelas

Laporan ini juga menyoroti perbedaan yang cukup signifikan antara individu yang memiliki ketahanan finansial tinggi dan mereka yang memiliki ketahanan rendah.

Kelompok dengan ketahanan finansial tinggi mampu menghadapi tantangan ekonomi tanpa harus mengorbankan tujuan finansial jangka panjang. Selain itu, mereka lebih memprioritaskan dana darurat (45%) dan pendidikan diri atau anak-anak (38%).

Sebaliknya, individu dengan ketahanan finansial rendah lebih fokus pada pelunasan utang (53%) dan dana darurat (45%). Hanya 27% dari mereka merasa mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek, dan hanya 15% yang yakin dapat mencapai tujuan finansial jangka panjang. Bahkan, 68% dari kelompok ini menyatakan tidak akan mampu bertahan lebih dari enam bulan jika kehilangan pekerjaan atau mengalami gangguan kesehatan serius.

Sementara itu, kelompok berketahanan tinggi menunjukkan keyakinan yang lebih besar: 81% merasa mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek, dan 87% yakin akan mencapai tujuan tabungan jangka panjang. Sebanyak 51% bahkan percaya diri dapat bertahan lebih dari enam bulan dalam situasi darurat. Mereka juga cenderung lebih proaktif dalam mengelola keuangan, di mana 44% berkonsultasi dengan penasihat keuangan, 50% secara rutin mempelajari topik-topik keuangan, dan 48% aktif berinvestasi.

Kah jing Lee menambahkan, ”Laporan ini memperlihatkan adanya kesenjangan yang semakin jelas antara mereka yang secara aktif merencanakan masa depan finansialnya dan mereka yang masih terjebak pemenuhi kebutuhan sehari-hari. Di tengah situasi ekonomi yang penuh tantangan, literasi dan perencanaan keuangan menjadi semakin penting. Karena itu, Sun Life hadir dan berkomitmen untuk menyediakan panduan serta solusi keuangan yang relevan agar masyarakat Indonesia dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih percaya diri.”

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |