Liputan6.com, Jakarta - PT. Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali menggelar ajang lari virtual (virtual race) yang bertajuk Runvestasi 2025, sebuah acara unik yang memadukan olahraga dan literasi finansial.
Acara ini resmi diumumkan dalam Konferensi Pers pada Selasa, 14 Oktober 2025 di Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Mengusung konsep “Wealth Life Balance”, Runvestasi mengajak masyarakat untuk hidup sehat sambil berinvestasi cerdas melalui aplikasi MyBCA.
Program ini merupakan gelaran tahun kedua, setelah edisi perdana pada 2024 yang menuai antusiasme luar biasa. Tahun lalu, lebih dari 11 ribu peserta turut ambil bagian, mulai dari nasabah hingga masyarakat umum.
“Tahun lalu itu pertama kali kita melaksanakan yang namanya Runvestasi. Tadi motonya sudah disampaikan oleh Ibu Hera yaitu adalah wealth-life balance,” jelas Direktur BCA Haryanto, dikutip Rabu (15/10/2025).
Runvestasi 2025 hadir dengan dua kategori jarak, yakni 10K dan 42K, yang bisa diikuti secara indoor maupun outdoor. Pendaftaran sudah dibuka sejak 22 Agustus 2025, sementara periode akumulasi kilometer berlangsung pada 2 hingga 17 November 2025.
Acara Runvestasi bersifat terbuka untuk umum, namun untuk mengikuti tantangan investasi peserta harus menjadi Nasabah BCA dan telah berusia minimum 17 tahun.
Lebih dari sekadar lomba lari, BCA ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli pada keseimbangan antara fisik dan finansial.
“Kita harus sehat, dan kita harus sehat secara finansial,” ujar Haryanto. Ia menambahkan, program ini menjadi bentuk nyata komitmen BCA dalam mendorong gaya hidup sehat sekaligus mengedukasi publik agar mulai berinvestasi dengan benar.
Dua Langkah Sejalan Menuju Kesehatan Holistik
Di balik konsep unik Runvestasi, tersimpan filosofi mendalam tentang keseimbangan hidup. Menurut EVP Wealth Management BCA Indrawan B, penggabungan antara lari dan investasi bukan sekadar gimmick, tetapi merupakan hasil refleksi atas kesamaan prinsip keduanya.
“Kalau kita lihat lari itu ya pertama butuh komitmen,” ujarnya. “Sama, investasi juga harus ada komitmen, harus ada purpose-nya.”
Indrawan menjelaskan, baik berlari maupun berinvestasi menuntut disiplin, konsistensi, dan pengetahuan. Ia menggambarkan bahwa pelari harus tahu kapan waktunya melambat, berhenti, atau melanjutkan. Begitu pula investor, mereka perlu memahami kapan waktu tepat untuk masuk ke pasar atau menahan diri saat kondisi tidak mendukung.
“Ada saat-saat tertentu dimana kita perlu cooling down dulu. Oke, market lagi enggak bagus nih. Ya sudah, kita tahan dulu,” katanya mencontohkan.
Ia kembali menjelaskan, pengetahuan menjadi bekal utama sebelum memulai. “Kalau asal-asalan, gak pake pemanasan, langsung lari, langsung injure. Kita butuhnya ke dokter, bukan ke finish line,” ujarnya
Prinsip yang sama berlaku dalam investasi, tanpa pengetahuan yang cukup, risiko kerugian justru lebih besar.
Sejalan dengan hal tersebut, seorang publik figur dan pelari, Melanie Putria, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan hidup secara menyeluruh.
“Untuk bisa mencapai kesehatan yang holistik harus ada tiga unsur nih dalam hidup kita,” kata Melanie.
Ia menuturkan bahwa tiga unsur tersebut meliputi fisik, mental, dan finansial, di mana ketiganya harus seimbang. “Bagi saya lari membuat saya waras,” ungkapnya.
Menurutnya, olahraga seperti lari tidak hanya menjaga kebugaran tubuh, tapi juga membantu menjaga kewarasan mental dan mendorong perencanaan finansial yang lebih baik.
Jangan Masuk Investasi Bodong!
Dalam kesempatan yang sama, Haryanto, juga berbagi sejumlah tips berinvestasi yang bijak di tengah ketidakpastian global. Ia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam memilih produk keuangan.
“Jangan investasi di investasi bodong meskipun investasi tersebut menawarkan bunga yang sangat tinggi,” tegasnya.
Menurutnya, tidak ada investasi dengan bunga tinggi dan risiko rendah, karena hal tersebut “tidak mungkin.”
Haryanto mengingatkan agar masyarakat memahami kebutuhan finansial sebelum menentukan produk investasi. Uang yang dibutuhkan dalam waktu dekat sebaiknya ditempatkan pada instrumen yang likuid, seperti emas, reksa dana pendapatan tetap, atau surat berharga negara (SBN). Sementara investasi jangka panjang dapat dialokasikan pada saham atau properti, dengan catatan mempertimbangkan likuiditasnya.
Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi portofolio, agar risiko dapat tersebar merata. “Jangan taruh semua telurnya di satu keranjang,” ujarnya.
Menurutnya, investor perlu memiliki kombinasi aset yang seimbang, mulai dari fixed income, obligasi, saham, hingga reksa dana campuran, agar lebih tahan terhadap gejolak pasar.
Melalui acara Runvestasi, Haryanto mengajak masyarakat untuk memulai investasi sedini mungkin dan secara teratur. “Bahkan bisa berinvestasi dengan 10 ribu rupiah,” ujarnya. Melalui aplikasi MyBCA, masyarakat dapat mulai mengenal investasi dengan nominal kecil, yang diharapkan menumbuhkan budaya menabung dan berinvestasi sejak dini.
“Kalau sehat dengan hasilnya bagus, nanti pada saat mereka meningkat usia lanjut, hidupnya akan menjadi sehat,” tutupnya