Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan komitmennya dalam menjaga ketahanan energi nasional, di tengah meningkatnya eskalasi geopolitik global. Melalui penguatan protokol keselamatan dan skenario jalur alternatif, PIS memastikan pengangkutan energi tetap berjalan.
Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron, menyampaikan bahwa pengawasan intensif dilakukan terhadap pergerakan tanker, terutama di kawasan rawan seperti Terusan Suez, Teluk Arab (Arabian Gulf), dan Selat Hormuz.
"Sejalan dengan protokol keamanan operasional, PIS memastikan bahwa seluruh kapal internasional yang saat ini aktif beroperasi dalam kondisi aman. Pengawasan ketat dilakukan melalui koordinasi langsung dengan otoritas maritim setempat, awak kapal dan penggunaan sistem pemantauan real-time yang terintegrasi," ujar Corporate Secretary PIS Muhammad Baron.
Sebagai langkah antisipatif terhadap potensi gangguan rantai pasok, perusahaan juga telah menyiapkan skenario jalur alternatif untuk pengangkutan energi, yang dinilai aman dan strategis sebagai titik pengganti jika terjadi eskalasi risiko di jalur utama seperti Selat Hormuz.
“PIS terus memantau secara aktif situasi regional dan global, serta mengambil langkah cepat demi memastikan keselamatan awak kapal dan kelancaran distribusi energi. Kami juga terus berkoordinasi secara intens dengan pemilik kargo untuk mengantisipasi perkembangan terkini. Keselamatan dan keberlanjutan pengangkutan energi menjadi prioritas utama kami dalam menjaga ketahanan energi nasional dan memastikan layanan yang andal kepada konsumen global.” tambahnya.
Pemain Utama dalam Industri Perkapalan Global
PIS terus memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri perkapalan global dengan memastikan keamanan, keberlanjutan, dan keunggulan dalam setiap operasionalnya. Seperti diketahui, saat ini puluhan armada tanker PIS beroperasi di lebih dari 65 rute internasional yang dioperasikan melalui anak usaha PIS, yakni PIS Asia Pacific yang memiliki kantor cabang di Singapura, Dubai, dan London.
Langkah-langkah ini menegaskan kesiapan PIS dalam menghadapi ketidakpastian global serta memperkuat posisinya sebagai penyedia jasa logistik energi yang andal, adaptif, dan tangguh di tengah tantangan geopolitik dunia.
Bakal Ditutup Iran, Ketahui Peran Selat Hormuz bagi Pasar Minyak Global
Sebelumnya, pasar global tengah memperhatikan perkembangan dari Iran yang tengah mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz. Pasalnya, penutupan jalur perairan tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan implikasi serius pada pengiriman logistik minyak dan perdagangan dunia.
Lantas, seberapa besar peran Selat Hormuz terhadap ekonomi global?
Melansir CNN, Senin (23/6/2025) Selat Hormuz, yang terletak di antara Teluk Persia dan Teluk Oman hanya berjarak 21 mil pada titik tersempitnya.
Namun, wilayah tersebut menjadi satu-satunya jalur untuk mengirim minyak mentah dari Teluk Persia, dengam Iran mengendalikan sisi utaranya.
Sekitar 20 juta barel minyak, atau sekitar seperlima dari produksi global harian, mengalir melalui selat tersebut setiap hari, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).
EIA bahkan menyebut Selat Hormuz sebagai "titik kritis minyak."
Manajer portofolio senior di perusahaan investasi energi Tortoise Capital, Rob Thummel mengatakan bahwa potensi gangguan pada rute laut di Selat Hormuz akan menyebabkan harga minyak melonjak hingga USD 100 per barel.
Seorang penasihat terkemuka pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah menyerukan penutupan Selat tersebut.
“Selat Hormuz sangat penting bagi kesehatan ekonomi global,” katanya.
Penutupan Selat Hormuz Berisiko bagi Negara Asia
Penutupan Selat diperkirakan berisiko bagi Tiongkok dan ekonomi Asia lainnya, yang bergantung pada minyak mentah dan gas alam yang dikirim melalui jalur air tersebut.
EIA memperkirakan bahwa 84% minyak mentah dan 83% gas alam cair yang melewati Selat Hormuz tahun lalu masuk ke pasar Asia.
Vandana Hari, pendiri dan CEO Vanda Insights, yang melacak pasar energi, melihat pemblokiran Selat Hormuz tidak akan menimbulkan risiko yang luas di luar Asia.
"Iran akan kehilangan banyak hal dan sangat sedikit, jika ada, yang akan diperoleh dengan mencoba menutup Selat," kata Hari.
“Iran tidak mampu mengubah negara-negara tetangganya yang memproduksi minyak, yang selama ini bersikap netral atau bahkan bersimpati terhadap negara tersebut saat menghadapi serangan Israel dan AS, sama seperti tidak memicu kemarahan pasar minyak mentah utamanya, Tiongkok,” ucapnya.