Sektor Keuangan Indonesia Terjaga di Tengah Dinamika Global Meningkat

1 day ago 26

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga meskipun dihadapkan pada meningkatnya dinamika perdagangan dan ketegangan geopolitik global.

"Stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga di tengah dinamika tensi perdagangan dan geopolitik global," kata Ketua OJK Mahendra Siregar, dalam RDKB Mei 2025, Senin (2/6/2025).

Menurut Mahendra, dinamika perdagangan internasional menunjukkan perkembangan positif setelah tercapainya beberapa kesepakatan penting. Di antaranya adalah kesepakatan dagang permanen antara Amerika Serikat dan Inggris yang dicapai pada 8 Mei 2025, menjadi perjanjian pertama AS setelah penundaan penerapan tarif resiprokal.

Selain itu, kesepakatan sementara antara AS dan Tiongkok yang berlaku selama 90 hari sejak 12 Mei 2025 turut menurunkan tensi perdagangan global.

"Pelaku pasar menyambut baik kesepakatan tersebut sehingga mendorong penguatan pasar keuangan global diikuti juga penurunan volaitilitas pasar keuangan dan capital inflow ke pasar negara-negara berkembang," ujarnya.

Namun demikian, ketegangan geopolitik yang meningkat di beberapa kawasan tetap menjadi perhatian, meski dampaknya terhadap pasar global masih tergolong terbatas dan cenderung terlokalisir.

Pertumbuhan Ekonomi Global

Mahendra menyampaikan, data pertumbuhan ekonomi global pada kuartal I-2025 menunjukkan adanya pelemahan yang disertai penurunan inflasi, mencerminkan berkurangnya permintaan global. Merespons hal ini, kebijakan moneter global mulai lebih akomodatif. Beberapa bank sentral menurunkan suku bunga, menyuntikkan likuiditas ke pasar, dan melonggarkan persyaratan cadangan.

Sementara kebijakan fiskal global juga cenderung ekspansif, meski di tengah keterbatasan ruang fiskal. Di Amerika Serikat, The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengindikasikan akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama sambil menanti kepastian dampak kebijakan tarif terhadap perekonomian.

Hal ini membuat pasar merevisi ekspektasi penurunan Fed Fund Rate menjadi dua kali pada 2025, dari sebelumnya 3–4 kali, dengan penurunan pertama diperkirakan mundur ke September.

"Pasar juga terus mencermati rencana penerbitan undang-undang 'One Big Beautiful Bill' istilah yang digunakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang diperkriakan akan meningkatkan defisit fiskal Amerika Serikat, sehingga Woodys lembaga pemeringkat untuk utang negara menurunkan rating Amerika Serikat," ujarnya.

Ekonomi Domestik Tunjukkan Ketahanan

Sementara itu, di tengah tekanan global tersebut, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan ketahanannya. Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 tercatat positif meski sedikit melambat menjadi 4,87 persen. Konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 4,89 persen.

Inflasi domestik terjaga pada level 1,95 persen, masih dalam rentang target Bank Indonesia. Sejumlah indikator perekonomian lainnya juga menunjukkan kinerja yang solid, seperti neraca perdagangan yang terus mencatatkan surplus, defisit transaksi berjalan yang menyempit menjadi 0,05 persen dari PDB (sebelumnya 0,87 persen), serta cadangan devisa yang tetap tinggi.

Mahendra mengingatkan dengan masih tingginya suku bunga global dan belum selesainya perundingan dagang AS dengan beberapa negara mitra utama, berbagai risiko tetap perlu diwaspadai.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |