Sejarah May Day: Berawal dari Tragedi, Kini Jadi Hari Libur Nasional

4 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta May Day atau Hari Buruh Internasional diperingati setiap tanggal 1 Mei. Peringatan May Day ini merupakan buah dari perjuangan panjang kaum buruh di seluruh dunia untuk mendapatkan hak-hak dasar mereka, seperti pengurangan jam kerja dan peningkatan kesejahteraan. 

Dikutip dari History.com, Rabu (30/4/2025), perjuangan ini dimulai sejak awal abad ke-19, dipicu oleh kondisi kerja yang buruk akibat Revolusi Industri di Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Para buruh pada masa itu bekerja selama 10 hingga 16 jam sehari dengan upah yang sangat rendah dan lingkungan kerja yang tidak aman. Kondisi ini memicu berbagai aksi protes dan pemogokan, salah satunya di Amerika Serikat pada tahun 1806.

Puncaknya adalah demonstrasi besar-besaran di Chicago pada 1 Mei 1886, yang menuntut jam kerja 8 jam sehari. Namun, demonstrasi ini berujung pada tragedi Insiden Haymarket, di mana terjadi ledakan bom dan bentrokan dengan polisi, mengakibatkan korban jiwa.

Tragedi Haymarket

Tragedi Haymarket menjadi titik balik dalam perjuangan kaum buruh. Sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan kepada para pejuang buruh yang gugur, Kongres Sosialis Internasional di Paris pada tahun 1889 menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional atau May Day.

Sejak saat itu, Hari Buruh diperingati di berbagai negara sebagai simbol perjuangan kelas pekerja dan momentum untuk menyuarakan hak-hak buruh.

Perjuangan May Day di Indonesia

Di Indonesia, peringatan May Day pertama kali dilakukan pada 1 Mei 1918 oleh serikat buruh Kung Tang Hwee di Semarang. Namun, peringatan ini sempat dilarang pada masa penjajahan Belanda dan Orde Baru karena dikaitkan dengan ideologi komunis.

Setelah era reformasi, peringatan May Day kembali dihidupkan dan menjadi momentum penting bagi buruh untuk menyampaikan tuntutan mereka.

Pada masa penjajahan Belanda, peringatan May Day sudah dilakukan sejak tahun 1918, meskipun seringkali dihambat oleh pemerintah kolonial.

Setelah kemerdekaan, May Day menjadi momentum penting bagi gerakan buruh Indonesia. Namun, pasca peristiwa G30S/PKI, perayaan May Day sempat terhenti karena kebijakan pemerintah Orde Baru.

Baru pada tahun 2013, May Day ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia, sebuah pengakuan atas perjuangan dan kontribusi kaum buruh.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya perjuangan panjang para pekerja untuk mendapatkan pengakuan dan hak-hak mereka. Perjuangan untuk mendapatkan pengakuan sebagai hari libur nasional ini mencerminkan betapa pentingnya peran buruh dalam pembangunan Indonesia.

Tokoh-tokoh Penting dalam Perjuangan May Day

Meskipun tidak ada satu tokoh yang dapat disebut sebagai pencetus tunggal May Day, beberapa tokoh penting berperan dalam gerakan buruh awal di Amerika Serikat, seperti Peter McGuire dan Matthew Maguire, yang aktif mengorganisir mogok kerja dan menyerukan jam kerja delapan jam. McGuire bahkan memimpin pawai Hari Buruh pertama di New York pada tahun 1882.

Namun, penting untuk diingat bahwa keberhasilan penetapan May Day adalah hasil kerja keras banyak individu dan organisasi buruh.

Di Indonesia, sejarah May Day juga penuh dinamika. Peringatan pertama kali dilakukan pada tahun 1918 di masa penjajahan Belanda, meskipun seringkali terhambat oleh kebijakan kolonial.

Setelah kemerdekaan, May Day menjadi momen penting bagi gerakan buruh Indonesia. Namun, pasca peristiwa G30S/PKI tahun 1965, pemerintah Orde Baru sempat melarang kegiatan buruh yang dianggap terkait dengan komunisme, sehingga perayaan May Day sempat terhenti.

Baru pada tahun 2013, May Day kembali ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia, menandai pengakuan pemerintah atas perjuangan dan kontribusi kaum buruh terhadap pembangunan bangsa.

May Day di Era Modern

Saat ini, May Day dirayakan secara global sebagai momentum untuk memperingati perjuangan para pekerja dan mengingatkan kita akan pentingnya hak-hak pekerja. Hak-hak tersebut meliputi upah layak, jam kerja yang manusiawi, kondisi kerja yang aman dan sehat, serta hak untuk berserikat dan bernegosiasi.

Peringatan May Day juga menjadi kesempatan untuk memperjuangkan perbaikan kondisi kerja dan kesejahteraan pekerja di seluruh dunia. Perjuangan ini terus berlanjut, memastikan bahwa hak-hak pekerja dihormati dan dipenuhi, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan berkelanjutan.

Peringatan May Day tidak hanya sekedar hari libur, melainkan juga momentum untuk merefleksikan perjuangan panjang dan pengorbanan para pekerja dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Perjuangan ini harus terus dijaga dan diperjuangkan agar kesejahteraan pekerja terus meningkat.

Dari tragedi Haymarket hingga penetapan sebagai hari libur nasional, sejarah May Day adalah bukti nyata perjuangan panjang dan pengorbanan para pekerja.

Peringatan ini menjadi pengingat akan pentingnya terus memperjuangkan hak-hak pekerja dan menciptakan dunia kerja yang lebih adil dan bermartabat.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |