Liputan6.com, Jakarta Prasasti Center for Policy Studies resmi memulai perjalanannya sebagai lembaga think tank independen. Peluncuran yang digelar di Djakarta Theater pada Senin (30/6/2025) kemarin menandai kelahiran sebuah institusi yang berambisi menjadi jembatan antara dunia usaha, civil society dan para perumus kebijakan publik.
Anggota Board of Adviser Prasasti Burhanudin Abdullah menyatakan bahwa nama Prasasti dipilih sebagai simbol peradaban. "Seperti prasasti kuno yang menjadi saksi sejarah, kami ingin meninggalkan jejak intelektual untuk generasi mendatang," ujarnya dikutip Selasa (1/7/2025).
Lembaga ini, menurut Burhanudin, didirikan sebagai respons atas kebutuhan akan ruang dialog yang netral dan berbasis ilmiah. "Prasasti bukan milik segelintir elite, melainkan wadah kolaborasi antara masyarakat sipil, akademisi, dan pemerintah," tegas mantan Gubernur Bank Indonesia ini.
Dalam kesempatan yang sama, terungkap bahwa Prasasti didukung oleh deretan nama besar seperti Hashim Djojohadikusumo (pengusaha dan politisi), Gandi Sulistiyanto (pengusaha), serta Ellyus Achiruddin dan Prijono Sugiarto dari kalangan profesional. Komposisi ini menunjukkan upaya untuk menciptakan keseimbangan perspektif.
"Kita harus menjadikan dialog sebagai budaya baru dalam merumuskan kebijakan," tegas Burhanudi.
Acara ini sendiri dihadiri oleh sejumlah tokoh penting termasuk Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, yang menyatakan dukungannya terhadap inisiatif ini.
Prijono Sugiarto adalah mantan Presiden Direktur Astra Internasional selama satu dekade, yakni periode 2010 - 2020. Sementara Ellyus merupakan Presiden Komisaris PT Triputra Utama Selaras. Astra dan Djarum Foundation tercatat sebagai sponsor utama Prasasti, bersama Triputra Agro Persada , TBS Energi Utama, Panbil Group, dan Kadin.
Diisi Sejumlah Mantan Pejabat
Selain para pelaku usaha, Prasasti juga diisi oleh sejumlah mantan pejabat dan para pakar antara lain Jimly Asshiddiqie, Sudrajad Djiwandono, Ronald Waas, Halim Alamsyah, Arcandra Tahar dan Chatib Basri.
Sementara di jajaran pengurus, terdapat anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Piter Abdullah sebagai direktur kebijakan publik dan mantan ekonom regional Bank DBS Gundy Cahyadi sebagai direktur riset. Prasasti dipimpin Nila Marita, eks petinggi GOTO, sebagai direktur eksekutif.
Dalam pemaparannya, Nila Marita memaparkan tiga pilar utama lembaga ini. "Kami berkomitmen pada riset berbasis data (data-driven research), menyelenggarakan dialog strategis, dan membangun kolaborasi lintas sektor," jelasnya dengan penuh semangat.
"Filosofi kami sederhana," lanjut Nila, "Daripada mengutuk kegelapan, lebih kita baik menyalakan lilin." Pernyataan ini mengacu pada pendekatan solutif yang ingin diusung Prasasti dalam menghadapi berbagai tantangan kebijakan di Indonesia.
Untuk memastikan kredibilitas, Prasasti telah menyiapkan tim peneliti yang akan bekerja dengan metode ilmiah ketat. "Setiap data yang kami publikasikan telah melalui proses verifikasi berlapis dan bisa dipertanggungjawabkan secara akademis," tegas Nila.
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Peluncuran ini juga mengungkap rencana Prasasti untuk menerbitkan laporan triwulanan tentang perkembangan ekonomi Indonesia, serta menyelenggarakan forum diskusi reguler yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Menurut data yang diungkapkan saat peluncuran, Indonesia saat ini hanya memiliki 37 lembaga think tank, jauh di bawah negara-negara maju yang memiliki ribuan institusi serupa. "Ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran Prasasti," ujar Burhanudin.
Dalam wawancara terpisah, Hashim Djojohadikusumo menekankan pentingnya independensi lembaga ini. "Prasasti harus tetap kritis dan objektif, meski beberapa pendirinya memiliki afiliasi politik," ujarnya.
Acara peluncuran yang berlangsung selama tiga jam ini ditutup dengan penandatanganan prasasti simbolis oleh seluruh anggota dewan pembina, menjadi metafora yang tepat untuk lembaga yang ingin meninggalkan jejak dalam sejarah kebijakan publik Indonesia.
Dengan modal awal yang kuat dan jaringan yang luas, Prasasti Center for Policy Studies kini siap memainkan perannya sebagai penyeimbang dalam percaturan kebijakan nasional. Tantangan selanjutnya adalah membuktikan bahwa lembaga ini bisa konsisten menjaga independensi dan kualitas analisisnya di tengah dinamika politik yang kerap berubah.