Daftar Lengkap Harga BBM Hari Ini di SPBU Pertamina, Shell, BP dan Vivo: Kompak Naik!

5 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Harga BBM pada Selasa, 1 Juli 2024 kompak mengalami kenaikan, baik di SPBU milik Pertamina maupun swasta seperti Shell, bp, maupun Vivo.

Dalam kenaikan harga ini, BP jadi perusahaan dengan tingkat penyesuaian paling sedikit. Harga BBM hari ini di SPBU bp naik di rentang Rp 230-550.

Lonjakan harga tersebut masih lebih kecil dari yang dilakukan Pertamina, dengan kenaikan di rentang Rp 400-580. Sementara SPBU Shell menaikan harga produknya di kisaran Rp 440-580, sedangkan Vivo di rentang Rp 470-590.

Kendati begitu, BBM Pertamina masih jadi yang paling murah dibandingkan produk sejenis milik SPBU swasta. Baik untuk produk BBM subsidi semisal Pertalite dan Bio Solar, maupun produk non-subsidi.

Berikut perbandingan harga BBM di SPBU Pertamina, Shell, bp, dan Vivo per 1 Juli 2025:

1. RON 90

- Pertalite (Pertamina): Rp 10.000 per liter

- Revvo 90 (Vivo): Rp 12.730 per liter

2. RON 92

- Pertamax (Pertamina): Rp 12.500 pr liter

- BP 92 (bp): Rp 12.600

- Shell Super (Shell): Rp 12.810 per liter

- Revvo 92 (Vivo): Rp 12.810 per liter

Harga BBM Lainnya

3. RON 95

- Pertamax Green 95 (Pertamina): Rp 13.250 per liter

- Shell V-Power (Shell): Rp 13.300 per liter

- BP Ultimate (bp): Rp 13.300 per liter

- Revvo 95 (Vivo): Rp 13.300 per liter

4. RON 98

- Pertamax Turbo (Pertamina): Rp 13.500 per liter

- Shell V-Power Nitro+ (Shell): Rp 13.540 per liter

5. CN 48

- Bio Solar (Pertamina): Rp 6.800 per liter

6. CN 51

- Dexlite (Pertamina): Rp 13.320 per liter

- Diesel Primus Plus (Vivo): Rp 13.800 per liter

- Shell V-Power Diesel (Shell): Rp 13.830 per liter

7. CN 53

- Pertamina Dex (Pertamina): Rp 13.650 per liter

- BP Ultimate Diesel (bp): Rp 13.800 per liter

Tekan Impor BBM di Tengah Lonjakan Harga Minyak, Indonesia Harus Lakukan Ini

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Panggah Susanto menyatakan pihaknya mendorong peningkatan produktivitas sawit domestik untuk mendukung kebijakan mandatory B40, sebagai langkah strategis membangun ketahanan energi, sekaligus mengurangi impor BBM.

Hal ini terlebih adanya potensi lonjakan harga minyak dunia akibat perang di Timur Tengah.

“Kebijakan mandatory B40, menjadi langkah strategis mengurangi ketergantungan Impor minyak jenis solar selama ini, kita memiliki sumber daya sawit yang melimpah, maka harus dimaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatannya untuk meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi bangsa yang menjadi cita-cita bapak Presiden," ujar dia di Jakarta, dikutip darri Antara, Rabu (25/6/2025)

Kebijakan pemerintah terkait dengan pencampuran bahan bakar nabati jenis biodiesel dari 35 persen ke 40 persen di dalam bahan bakar minyak jenis solar dinyatakan berlaku sejak tanggal 1 Januari tahun 2025 melalui Keputusan Menteri ESDM No 341.K/EK.01/MEM.E/2024 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Dalam Rangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit sebesar 40 persen.

Pasokan CPO

Kebijakan mandatory ini, kata dia, membutuhkan pasokan minyak sawit mentah (CPO) sebagai bahan baku biodiesel untuk program B40 yang diperkirakan 15,6 juta kiloliter per tahun.

Oleh karena itu, diperlukan upaya dalam mendorong peningkatan produktivitas sawit, sehingga dapat menjaga stabilitas ketersediaan pasokan untuk kebutuhan program mandatory dan kebutuhan pangan minyak goreng untuk konsumsi masyarakat.

“Kita harus mendorong peningkatan produktivitas sawit sehingga kebutuhan yang besar untuk program mandatory B40, tidak mengganggu kebutuhan masyarakat atas konsumsi minyak goreng dari sawit dan kebutuhan bahan baku industri lainnya, sehingga harga tetap stabil dan tidak terganggu karena kebutuhan biodiesel," ucapnya. 

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |