Mengupas Strategi Investasi Properti Ala Iwan Sunito

5 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta “The best investment on Earth is earth.” Demikian kutipan terkenal dari Louis Glickman, seorang investor properti asal New York, Amerika Serikat. Tak dapat dibantah, properti merupakan salah satu investasi paling menguntungan, lantaran ketersediaan lahan yang terus berkurang, inflasi, permintaan yang terus bertambah, dan perkembangan infrastruktur kawasan.

Hal inilah yang dicermati Iwan Sunito, Founder & CEO One Global Capital, perusahaan investasi dan pengembang properti yang berbasis di Sydney, Australia. Bayangkan, dengan modal awal Rp150 miliar, pengusaha kelahiran Surabaya ini mampu mencetak Rp1 triliun untuk properti yang berada di Five Dock, kawasan suburban Sydney.

Dia mengungkapkan, sebelumnya kawasan Five Dock tidak dilirik pengembang. Bahkan, lahan di 155 William Street, Five Dock, yang diakuisisinya pada 2002 silam, semula hanya berupa showroom mobil bekas dengan ceceran oli di sana-sini dan bising oleh deru truk-truk bermuatan berat yang melintasi Parramatta.

Namun, saat banyak pengembang mengabaikannya, pria yang besar di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah ini, justru melihat sebuah peluang emas—bukan hanya mengembangkan sebidang tanah, melainkan membangun masa depan kota.

“Tanpa peliputan dari media, tanpa pesta peresmian, hanya dering telepon, proposal sederhana, dan tentu saja optimisme,” kenang Iwan Sunito.

Setelah berhasil mengakuisisi lahan tersebut, Iwan beserta kolega kemudian menyewakannya sebagai showroom mobil.

“Selama lebih dari satu dekade, harga sewa dipatok hanya AUD1 juta per tahun. Sekadar cukup untuk membayar bunga dan biaya operasional—hingga waktunya dikembangkan,” tuturnya.

Aturan Zonasi

Momentum itu datang pada tahun 2019, saat Pemerintah New South Wales (NSW) meluncurkan Parramatta Road Transformation Strategy, yang mengubah aturan zonasi dan membuka potensi besar di koridor ini.

Pemerintah NSW pun menetapkan kawasan Five Dock sebagai pusat pertumbuhan baru, dengan stasiun metro modern yang akan menghubungkan Parramatta dan Sydney CBD secara cepat dan efisien.

Menurut Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, proyek metro dan zonasi baru menciptakan peluang luar biasa untuk perumahan dan komersial di kawasan Five Dock dan sekitarnya.

“Dengan demikian, Five Dock akan menjadi titik strategis dalam konektivitas kota,” jelas Albanese—yang juga merupakan warga wilayah tersebut.

Tak hanya Pemerintah, para ahli tata kota mendukung optimisme ini. “Five Dock adalah studi kasus ideal bagaimana transportasi publik dan perencanaan terpadu menciptakan pusat kota baru yang inklusif dan bernilai tinggi,” kata Prof. Nicole Gurran, pakar perencanaan dari University of Sydney.Alhasil, Five Dock yang dulu dipandang sebelah mata, kini berdiri di garis depan perubahan. Zonasi lahan berubah secara dramatis.

Potensi GFA (Gross Floor Area) melonjak menjadi 65.000 m² dan membuka kesempatan pembangunan 750 apartemen.Di sisi lain, lahan yang dibeli Iwan Sunito dan koleganya hanya Rp150 miliar di 2002, kini nilainya meroket menjadi Rp1 triliun, dengan potensi pengembangan senilai lebih dari Rp10 triliun. “Ini bukan spekulasi, tapi strategi, riset mendalam, kesabaran, dan kemampuan membaca arah pengembangan tata kota,” tukasnya.

Pasar Properti

Di tengah pasar properti yang stakeholder-nya sering terobsesi pada investasi dan keuntungan jangka pendek, Iwan Sunito memiliki filosofi berbeda, yakni urban chess.Setiap akuisisi yang dilakukan, dievaluasi dari sisi urban, baik perubahan zonasi, kebijakan infrastruktur, serta proyeksi pertumbuhan kota.

“Pada akhirnya, nilai investasi terbaik itu tercapai bahkan sebelum pengurusan IMB. Kesabaran itu kini membuahkan hasil berlipat ganda,” tuturnya.

Lebih lanjut, Iwan mengatakan, pihaknya berencana mengembangkan proyek mixed-use mid-rise di Five Dock, kawasan suburban Sydney. Dirancang menjadi ikon baru, proyek ini terletak sangat strategis, yakni hanya 20 menit dari central business district (CBD) menggunakan proyek Sydney Metro West yang saat ini tengah dibangun.One Global Capital: Lahirnya Filosofi BaruSebagai pendiri Crown Group (1996), Iwan Sunito telah menciptakan ikon-ikon arsitektur yang menghiasi di langit Sydney.

Namun, menurutnya, Five Dock menjadi lebih dari sekadar proyek. Ini merupakan titik balik.

“Dari sinilah lahir visi One Global Capital: platform untuk mengubah aset tersembunyi menjadi investasi unggulan—melalui struktur modal kecil, utang rendah, dan visi jangka panjang,” paparnya.Dalam 12 bulan terakhir, One Global Capital telah mengakuisisi dan mengoperasikan One Global Resorts, proyek resor dan kawasan gaya hidup senilai Rp1 triliun; Grand Eastlakes, proyek hunian mixed-use senilai Rp280 miliar; dan Macquarie Park Hotel, proyek hotel modular senilai Rp750 miliar.

Lebarkan Kemitraan

One Global Capital memiliki visi untuk mengulang kesuksesan ini dengan melebarkan kemitraan dari segelintir partner menjadi 1.000 partner—lintas geografi dan kelas aset—dengan pendekatan yang menggabungkan co-investor aktif dan mitra pasif.

“Banyak mitra baru kami berasal dari AS dan Tiongkok, yang tertarik bergabung lantaran stabilitas properti Australia dan pendekatan investasi butik kami yang personal,” jelas Iwan.

Lebih lanjut, dia menerangkan, One Global Capital bukan institusi dana atau pula platform urun dana (crowdfunding) massal. Ini adalah jalur investasi yang eksklusif, personal, dan kolaboratif.“Model hybrid ini memungkinkan mitra pasif menikmati hasil stabil, sementara mitra aktif ikut membentuk proyek sejak tahap awal,” ujarnya.

Kini, jaringan sindikasi 1.000 mitra eksklusif One Global Capital sedang dibangun, untuk proyek-proyek di Sydney, Jakarta, Los Angeles, dan Singapura.Setiap proyek membawa DNA Five Dock, yakni akuisisi berbasis keyakinan, utang rendah, arus kas nyata, dan kenaikan nilai jangka panjang. “Kami hanya butuh 1.000 orang yang berpikir seperti kami—yang ingin membangun kota, bukan sekadar portofolio,” pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |